nusabali

Badung Vaksinasi 77,97 Persen HPR, Tertinggi di Bali

  • www.nusabali.com-badung-vaksinasi-7797-persen-hpr-tertinggi-di-bali

MANGUPURA, NusaBali.com - Kabupaten Badung tercatat sebagai wilayah dengan vaksinasi hewan penular rabies (HPR) tertinggi di Bali yakni 77,97 persen dari total 89.909 populasi khususnya anjing.

Data ini dibuka oleh Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Nurul Hadi Kristiantri di sela vaksinasi massal HPR di Desa Adat Kwanji, Kelurahan Sempidi, Kecamatan Mengwi, Rabu (28/6/2023) sore.

"Kabupaten Badung adalah wilayah dengan tingkat vaksinasi tertinggi di Bali meskipun untuk jumlah kasus itu ada di peringkat 7 dengan 22 kasus hingga 27 Juni 2023," buka Nurul.

Keberhasilan ini tidak lepas dari kerja sama Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Pemprov Bali, dan Pemkab Badung dalam hal distribusi vaksin. Pada tahun 2023 ini, Kabupaten Badung melakukan pengadaan vaksin Neo Rabivet produksi Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Surabaya sebanyak 40.000 dosis.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana menjelaskan, dari enam kecamatan di Badung hanya Petang yang belum terjangkau vaksinasi. Alasannya, di wilayah ini hampir tidak ada kasus dan populasi HPR tidak sebanyak lima kecamatan lain.

"Sejumlah kasus itu merata tersebar di lima kecamatan. Sejauh ini memang kami fokuskan di daerah wisata seperti Kecamatan Kuta Selatan, Kuta, dan Kuta Utara. Bulan Juli ini kami targetkan vaksinasi sudah mencapai 80 persen populasi," ujar Wijana.

Wijana juga melobi desa adat untuk turut terlibat dalam penanganan kasus rabies. Selain ranah kedinasan seperti penerbitan peraturan desa, desa adat juga diminta turut menyusun awig-awig dan pararem. Sebab, peraturan adat cenderung lebih ditaati masyarakat.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI Nasrullah menyebut Bali masuk dalam 13 besar wilayah endemik rabies. Tantangan yang sedang dihadapi pemerintah dalam penanganan rabies saat ini adalah keberadaan anjing liar dan soal kesadaran masyarakat.

"Pertama karena resistensi dari masyarakat dengan berbagai pertimbangan. Kedua, banyak anjing yang 'dipekerjakan' sehingga tidak diikat. Ketiga, karena banyaknya anjing liar mungkin dari hutan datang ke sini (pemukiman) bawa penyakit," ungkap Nasrullah dijumpai di sela vaksinasi massal di Desa Adat Kwanji.

Oleh karena itu, Nasrullah berharap keberadaan kearifan lokal di Bali seperti struktur adat dapat ikut terlibat. Dia meyakini posisi adat lebih kuat untuk menggerakkan masyarakat memerangi rabies. *rat

Komentar