nusabali

Hutan Mangrove Dipenuhi Sampah Kiriman dari Hulu

  • www.nusabali.com-hutan-mangrove-dipenuhi-sampah-kiriman-dari-hulu

DENPASAR, NusaBali.com – Sebagai salah satu paru-paru Kota Denpasar, hutan mangrove di kawasan Suwung Kauh, Denpasar Selatan, ‘dihiasi’ sampah.

Bukan hanya sampah organik, melainkan juga serbuan sampah plastik. Di mangrove seluas 102 hektare tersebut, UPT Tahura Ngurah Rai, Dinas Kehutanan Provinsi Bali, bekerjasama dengan PT Tirta Rahmat Bahari dalam menjaga kebersihan kawasan wisata mangrove.

Kalaupun sampah-sampah ini dibersihkan, tak lama kemudian muncul lagi sampah-sampah baru. “Sulit membersihkan sampah di hilir jika sampah di hulu tidak diatasi,” sorot Anak Agung Ngurah Soka Satriawan, 33, Koordinator Lapangan Bidang Kebersihan di Kawasan Wisata Mangrove Suwung Kauh, Pemogan, Denpasar, Jumat (21/5/2021).

Diakui oleh pria yang akrab disapa Agung Mangrove ini jika pihaknya sudah mensosialisasikan agar setiap banjar (di hulu) sungainya disekat saja. “Supaya tahu sampah siapa itu, tapi susah juga,” keluhnya.

Jika hulu tidak disetop, lanjutnya, bakal menciptakan masalah ketika sampah membludak, dan terjadi saat tidak ada petugas. “Kalau saya yang mengawasi takutnya saya tidak selalu sempat,” ujar pria yang sejak tahun 2013 bekerja mengurusi sampah di kawasan wisata mangrove tersebut.

Dikatakan oleh Agung, ada LSM yang menyumbang jaring sampah, tapi hanya bertahan cuma dua bulan, karena tidak kuat bayar gaji pengangkut sampahnya.

Dibantu tiga orang staf  petugas kebersihan (sebelum pandemi ada 13 orang), dalam sehari Agung bisa mengumpulkan sampah sebanyak dua gerobak. “Kalau air surut kita langsung turun, tapi kalau tidak kita gunakan rakit dan sampahnya diambil pakai sangket yang panjangnya empat meter,” jelas lulusan Diploma II Ilmu Komputer ini.   

Meski tidak mudah mengurus sampah di mangrove, Agung bersyukur masih banyak yang peduli dengan masalah sampah di mangrove. Beberapa komunitas maupun LSM secara berkala membantu dirinya membersihkan sampah di kawasan yang merupakan salah satu paru-paru kota Denpasar ini.

Salah seorang pecinta lingkungan dari Yayasan Duta Laut Bali, Tama, 27, ditemui di tempat yang sama, mengaku sudah satu tahun terakhir ikut membantu membersihkan sampah di kawasan wisata mangrove. “Saya sebelumnya lebih banyak membantu membersihkan sampah di jalan, supaya sampahnya tidak masuk ke sungai,”ujar sarjana Ilmu Komunikasi salah satu universitas di Yogyakarta ini.

Dirinya setuju jika masalah sampah di mangrove harus dicegah dari hulu. “Saya lebih (bekerja) ke hulu, karena kan lebih baik mencegah. Tapi karena Covid, sampah di jalan berkurang, sekarang fokus membantu di sini,” jelasnya.

Seperti disebutkan sebelumnya hutan mangrove di kawasan Tahura Ngurah Rai merupakan salah satu fungsi paru-paru Kota Denpasar. Keberadaan sampah terutama sampah plastik dapat mengancam eksistensi hutan mangrove dalam menjaga ekosistem di sekitarnya.

Hal itu disebabkan karena bagi pohon mangrove akar pohonnya berfungsi sebagai alat pernapasan, sehingga apabila terdapat sampah yang tersangkut pada akarnya, maka akan menutup jalan napasnya dan pohon mangrove dapat mati lemas. *adi

Komentar