nusabali

P2TP2A: Perlu Penguatan Pengawasan Orangtua

Kasus Siswi SMP Digilir 5 Pemuda

  • www.nusabali.com-p2tp2a-perlu-penguatan-pengawasan-orangtua

SINGARAJA, NusaBali
Kasus digilirnya siswi SMP oleh lima pemuda di Buleleng yang mencuat awal Mei lalu menjadi fokus perhatian Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Buleleng.

Kejadian yang kembali terulang kedua kali di awal 2021 ini disebut memerlukan penguatan pengawasan orangtua di tengah keleluasaan penggunaan gadget. Ketua P2TP2A Buleleng Made Wibawa dikonfirmasi, Jumat (15/5), mengatakan pemicu peristiwa mengagetkan itu cenderung mengarah pada penggunaan media sosial. Bahkan pemicu ini sering kali ditemukan pada kasus pelecehan seksual maupun kasus persetubuhan lainnya. Keleluasaan penggunaan gadget pada anak-anak yang masih mengenyam pendidikan tak jarang disalahgunakan.

Yang terpenting saat ini orangtua harus memaksimalkan pengawasan kepada anaknya. Seperti mengarahkan anak-anaknya melakukan kegiatan positif di tengah pembatasan gerak dan interaksi pada masa pandemi. Seperti penerapan pembatasan waktu memegang gadget dan pengawasan fitur dan aplikasi yang dibuka.

“Seperti kasus ini antara korban dan pelaku memang kenal di media sosial. Dari chatting, berkirim foto hingga menggunakan profil pose menantang, ini cenderung menyebabkan kejadian seperti ini sering muncul,” kata Made Wibawa yang akrab disapa Riko.

Perkenalan lewat media online ini pun menjadi liar ketika oknum pemuda menyalahgunakan dan menyebar secara bebas nomor target (korban pelecehan) kepada temannya yang lain. Sehingga sangat rentan hingga terjadi kasus siswi SMP digilir 5 pemuda.

Selain itu Riko juga menjelaskan lokasi kejadian di kos-kosan tanpa pengawasan menjadi pemicu aksi asusila. “Yang masuk siapa saja, apa keperluannya, itu tidak jelas. Berbeda kalau dulu kan ketat ada pengawasannya. Jadi situasi itu juga menjadi peluang terjadi peristiwa itu (persetubuhan, Red),” imbuh dia.

P2TP2A sejauh ini telah melakukan penguatan pengawasan dan pendampingan anak, seperti program gerakan nasional anti kekerasan seksual setiap tahunnya. Meski pada masa pandemi meminimalkan tatap muka, sosialisasi dan penguatan dilakukan secara daring. P2TP2A juga menggandeng Forum Anak Daerah untuk mengedukasi teman sebaya yang ada di lingkungan sekitarnya. *k23

Komentar