nusabali

Kasus Kebakaran Selalu Meningkat, Anggaran Simulasi Minim

  • www.nusabali.com-kasus-kebakaran-selalu-meningkat-anggaran-simulasi-minim

TABANAN, NusaBali
Kasus kebakaran di wilayah Kabupaten Tabanan sejak 2016 sampai 2019 terus meningkat.

Dari 133 desa di Kabupaten Tabanan, kasus kebakaran paling banyak ada di Kecamatan Kediri dan Kecamatan Tabanan.  Dari data di Kantor Pemadam Kebakaran, tahun 2016 kasus kebakaran yang dapat ditangani mencapai 42 kasus, tahun 2017 meningkat mencapai 48 kasus, tahun 2018 kembali tinggi sebanyak 65 kasus, dan di 2019 mencapai naik drastis mencapai 95 kasus. Jika ditotal empat tahun itu kasus kebakaran di Tabanan mencapai 250 kasus.

Pelaksana Harian Kabid Damkar Satpol PP Tabanan I Wayan Suakta, mengatakan kasus kebakaran memang meningkat tiap tahun. Kasus meningkat seiring bertambahnya penduduk, dan bertambahnya bangunan gedung. Namun dari kasus yang terdata, objek terbanyak yang terbakar adalah ilalang dan sampah. “Kalau bangunan dan gedung juga ada, tapi lebih banyak ilalang dan sampah,” kata Suakta, Rabu (11/3).

Suakta mengemukakan, kasus kebakaran yang terjadi pada bangunan gedung kebanyakan karena human error. Meskipun masyarakat sadar tetapi menyepelekan hal kecil seperti dupa, rokok, anak kecil bawa korek yang menjadi pemicu besar kebakaran. Selain itu sembarangan meletakkan bahan bakar di sekitar rumah.

Kendati kasus kebakaran meningkat tiap tahun, justru di 2020 Pemadam Kebakaran Tabanan hanya dapat dana simulasi dari APBD sebesar Rp 30 juta atau hanya untuk enam kali simulasi. Padahal jumlah desa di Tabanan mencapai 133 desa. “Iya kita anggaran simulasi memang minim hanya dapat 6 kali tahun ini (2020),” kata Suakta.

Dia berharap ada kerjasama dengan pemerintah desa di Tabanan untuk memprogramkan anggaran buat simulasi menggunakan dana desa. Sebab saat ini dari 133 desa di Tabanan banyak desa yang belum tersentuh simulasi.

“Sesuai arahan dari Pak Tito Karnavian (Menteri Dalam Negeri) sewaktu HUT Damkar, disarankan setiap desa menganggarkan simulasi damkar terkait kesiapsiagaan bencana alam. Sebab keamanan dari bencana termasuk urusan wajib dasar,” tutur Suakta.

Mengenai anggaran simulasi mencapai Rp 30 juta di 2020, kata Suakta,  sekali mengadakan simulasi memerlukan anggaran Rp 5 juta. Jumlah Rp 5 juta ini untuk pembelian alat pemadam api ringan (Apar) dan konsumsi. “Harapan saya desa bisa bantu memprogramkan rutin. Sebab untuk bisa memadamkan api harus mengetahui teknik dan cara. Paling tidak, pertama masyarakat tidak panik,” tandasnya. *des

Komentar