nusabali

Dinilai Berjasa dalam Penguatan Persahabatan Jepang-Indonesia melalui Seni dan Budaya

Prof Bandem Terima Penganugerahan Bintang Jasa Jepang untuk Musim Gugur 2019

  • www.nusabali.com-dinilai-berjasa-dalam-penguatan-persahabatan-jepang-indonesia-melalui-seni-dan-budaya

Prof Bandem mengaku penghargaan tersebut memotivasi dirinya untuk terus mengabdikan diri dalam penguatan hubungan diplomasi Indonesia dan Jepang.

DENPASAR, NusaBali
Budayawan Bali, Prof Dr I Made Bandem MA, menerima Penganugerahan Bintang Jasa Jepang untuk Musim Gugur Tahun 2019 yang diserahkan oleh Konsul-Jenderal Jepang, Chiba Hirohisa, di Kediaman Konjen Jepang di Denpasar, Jumat (31/1) petang. Bintang Jasa bertajuk ‘The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon’ dari Sri Baginda Kaisar Jepang tersebut dianugerahkan kepada Prof Bandem atas kontribusinya dalam peningkatan pertukaran akademis dan saling pengertian antara Jepang dan Indonesia.

Nama Prof Bandem diumumkan bersama sejumlah nama warga negara asing pada 3 November 2019. Konsul-Jenderal Jepang di Denpasar, Chiba Hirohisa, mengapresiasi atas jasa-jasa Prof Bandem yang telah secara aktif berperan dalam penguatan hubungan persahabatan antara Jepang dengan Indonesia melalui bidang kesenian, kebudayaan maupun akademis. “Saya sangat senang bisa menyerahkan penganugerahan bintang jasa kepada bapak Prof Bandem yang begitu besar jasanya untuk meningkatkan hubungan persahabatan antara Jepang dan Indonesia,” ujar Chiba Hirohisa.

Menurut Chiba Hirohisa, Prof Bandem juga menerima penghargaan Kementerian Luar Negeri Jepang dua tahun lalu (2018). Penghargaan demi penghargaan tersebut diberikan karena Prof Bandem memang dipandang berkontribusi dalam hubungan kedua negara melalui kompetensi yang dimilikinya.

“Mudah-mudahan jasa yang luar biasa dari beliau akan dipahami oleh banyak masyarakat, baik di Indonesia dan Jepang. Sehingga hubungan persahabatan antara Jepang dan Indonesia semakin meningkat pada masa mendatang,” imbuhnya.

Penyerahan penghargaan Penganugerahan Bintang Jasa Jepang untuk Musim Gugur Tahun 2019 tersebut dihadiri oleh Gubernur Provinsi Bali yang diwakili oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Bali, I Gede Indra Dewa Putra, para pengurus Bali Japan Club, serta keluarga, sahabat-sahabat dan rekan-rekan Prof Bandem dari kalangan seniman, budayawan, akademisi dan Korps Konsular.

Sementara itu, budayawan Bali Prof Bandem mengaku bahagia atas penganugerahan yang diberikan kepadanya. Dia mengaku penghargaan tersebut memotivasi dirinya untuk terus mengabdikan diri dalam penguatan hubungan diplomasi Indonesia dan Jepang.

“Ini merupakan pencapaian hidup yang panjang bagi saya sesungguhnya, dan ini sangat membahagiakan bagi saya. Mudah-mudahan dengan penghargaan ini saya terus bisa bekerja keras untuk meningkatkan hubungan antara Indonesia dan Jepang lewat kebudayaan dan pendidikan,” jelas suami dari Ny Dr Suasthi Widjaja Bandem ini. Ditanya soal yang paling berkesan, kata Prof Bandem, adalah saat dia banyak mempelajari kesenian Jepang, seperti musik klasik Jepang bernama Gagaku, dengan instrument-instrumen yang banyak memiliki persamaan dengan musik-musik yang ada di Indonesia. Begitu juga kebudayaan yang lainnya.

“Saya juga mempelajari tarian klasik Jepang terutama yang menggunakan topeng. Jepang juga ternyata sangat kuat, sama kuatnya dengan Bali untuk ini. Sehingga ini yang membuat kami tertarik saat menyentuh dunia belajar tentang kebudayaan Jepang,” tutur orang Indonesia pertama yang meraih gelar PhD dalam bidang etnomusikologi dari Wesleyan University, Connecticut, Amerika Serikat pada tahun 1980 ini.

“Yang paling menarik juga adalah Jepang bisa memelihara, mengembangkan, serta memanfaatkan seni tradisinya dan seni modernnya. Ini yang perlu kita tiru, karena budaya mereka hidup baik tradisi dan modern hidup berdampingan. Ini salah satu kekaguman saya terhadap Jepang. Pada masa lampau, Jepang mengambil langkah mempelajari metodologi barat, untuk digunakan memelihara dan menyelamatkan kebudayaan mereka,” ungkap akademisi yang pernah memimpin kampus-kampus seni seperti ASTI Denpasar (1981-1989), STSI Denpasar (1989-1997) dan ISI Jogjakarta (1997-2006) ini.

Pada tahun 1965 Prof Bandem turut serta dalam misi kesenian Kepresidenan RI ke luar negeri termasuk Jepang. Setelah lulus dari Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar pada tahun 1968, Prof Bandem melanjutkan pendidikan bidang seni tari dan musik di Universitas Hawaii, AS dan pada saat itu Prof Bandem tertarik mempelajari kesenian Jepang seperti Bon Odori (tari rakyat pada musim panas) dan Taiko (drum tradisional). Prof Bandem mempelajari kesenian klasik Jepang, yaitu tari Bugaku dan musik Gagaku dari seorang maestro Jepang serta mengadakan pementasan di kuil-kuil Jepang di Los Angeles dan juga sejumlah pementasan di sekitar kota Middletown, Connecticut, AS.

Setelah kembali ke Bali dan menjabat Ketua ASTI Denpasar sejak tahun 1981, Prof Bandem aktif memimpin misi kesenian ke Jepang diantaranya pada tahun 1982 atas prakarsa the Japan Foundation mengadakan pementasan di Tokyo, Kyoto, Nagoya, Okinawa dan beberapa kota Iainnya. Kemudian pada tahun 1987 memimpin kelompok kesenian anak-anak Bali untuk mengikuti Asian Children Dance Festival di Expo Land, Osaka.

Seiring dengan semakin eratnya hubungan persahabatan Indonesia dan Jepang pada bidang seni-budaya, Prof Bandem aktif menulis Mikel dan mengadakan simposium untuk memperkenalkan seni-budaya Bali di media dan perguruan tinggi di Jepang.

Di antaranya artikel mengenai Ramayana yang dimuat di Asian Culture terbitan Tokyo. Kemudian mengadakan simposium mengenai kesenian Indonesia khususnya Bali di Tokyo National Research Institute of Cultural Properties, dan Universitas Ritsumeikan Kyoto. Di Bali, Prof Bandem juga mengadakan simposium di Universitas Udayana dengan mengambil tema Strategi Peningkatan Hubungan Diplomasi Indonesia-Jepang. *ind

Komentar