nusabali

Tembok Roboh Saat Mebat, 1 Tewas, 7 Luka

Musibah Saat Hujan Deras, Upacara Nelubulanin Terpaksa Ditunda

  • www.nusabali.com-tembok-roboh-saat-mebat-1-tewas-7-luka

Korban saat kejadian sedang membuat sarana yadnya/mebat dalam rangka upacara 3 bulanan cucu salah satu anggota keluarganya.

GIANYAR, NusaBali

Seorang warga Banjar Manukaya Let, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Dewa Gede Putra, 47, tewas tertimbun reruntuhan senderan tembok rumahnya yang roboh, Minggu (15/12) sekitar pukul 13.00 Wita. Saat kejadian, korban sedang mempersiapkan sarana upakara olahan daging (mebat) untuk persiapan nelubulanin salah satu anggota keluarganya yang baru berusia 3 bulan. Acara mebat yang dimulai sekitar pukul 07.00 Wita tersebut diikuti sekitar 10 orang. Dua diantaranya berhasil menyelamatkan diri, sementara 7 lainnya alami luka-luka.

Menurut kakak korban, Dewa Putu Arsana, ditemui di rumah duka, Senin (16/12), saat kejadian cuaca sedang hujan lebat. Diduga, tembok senderan setinggi 2,4 meter itu tidak kuat menahan air hujan, sehingga roboh ke arah barat menimpa satu keluarga yang sedang mebat. Reruntuhan batako tembok tersebut juga menimpa tiga tiang penyangga bangunan semi permanen tempat mebat tersebut, hingga ikut roboh.

“Tiyang awalnya ikut mebat bersama, tapi karena sakit kepala tiyang naik ke rumah mau minum obat. Belum ada 3 menit rasanya, tiyang sudah dengar suara gemuruh di tempat mebat,” jelasnya. Begitu mendengar suara gaduh tersebut, Dewa Putu Arsana dan keluarga yang lain langsung menuju TKP. Didapati, korban Dewa Gede Putra sudah tertimbun dengan posisi tengkurap.

Dari hidung dan telinga keluar darah segar dengan kondisi masih lemas, namun tidak bernafas. Sementara 7 anggota lainnya tertimpa puing-puing. “Hanya satu orang yang berhasil lari, Dewa Putu Jingga dan tiyang yang terlebih dahulu meninggalkan lokasi. Sedangkan tujuh lainnya luka-luka,” terangnya. Adapun korban luka berat, yakni Dewa Putu Karsi, 70, yang mengalami luka di kepala belakang dan Dewa Gede Endra, 30, yang mengalami luka retak pada bagian kaki. Keduanya sempat mendapatkan penanganan medis di RS Ari Canti, Desa Mas, Kecamatan Ubud. “Keduanya kini sudah pulang dari rumah sakit,” jelasnya.

Sementara 5 korban lainnya mengalami luka ringan, yakni Dewa Gede Yoga, 19 (anak korban); Dewa Gede Suteja, 41; Dewa Gede Adi Putra, 30; Dewa Gede Suarnata,30; serta Dewa Gede Ngurah Sukardika, 33. Terhadap jenazah korban sudah dipulangkan dari RS Ari Canti, Desa Mas, Ubud pada malam setelah kejadian.

Selanjutnya, dilakukan upacara penguburan di Setra Adat Manukaya pada Soma Kliwon Landep, Senin (16/12) malam sekitar pukul 22.00 Wita. Korban meninggalkan seorang istri Desak Ketut Sujati dan 3 anak yang sudah dewasa. Dijelaskan Dewa Putu Arsana, lokasi kejadian memang berada di lahan miring. Paling bawah dimanfaatkan untuk garasi mobil, di atas garasi dibuatkan bangunan semi permanen beratap spandek biru untuk tempat paebatan.

Bangunan membawa petaka ini terungkap baru didirikan sekitar 6 bulan lalu oleh korban. “Lokasi ini memang khusus untuk tempat mebat. Setelah musibah ini, rencananya mau dikosongkan. Puing-puingnya dibuang dan digelar pecaruan,” jelasnya. Dalam satu pekarangan di TKP terdapat lima kepala keluarga yang masih berhubungan saudara.  

Oleh karena dirundung musibah, acara nelubulanin ditunda hingga bulan berikutnya. Sebab sesuai kepercayaan setempat, upacara yadnya baru bisa digelar 12 hari setelah kematian. “Seharusnya nelubulanin, Selasa besok (hari ini). Hari ini rencana nguling. Tapi karena kena musibah, nelubulanin diundur bulan depan,” jelasnya.

Di balik musibah itu, Dewa Putu Arsana mengaku masih belum percaya. Sebab sejak pagi bersama-sama mebat di TKP tidak ada tanda-tanda tembok akan roboh. Sakit kepalanya pun muncul hanya berselang tiga menit sebelum kejadian. “Dari pagi tiyang sehat-sehat saja, entah kenapa siangnya merasa agak sakit kepala. Sehingga tiyang keluar dari TKP mau ambil obat di kamar. Begitu saya minum obat, terdengar suara bangunan jatuh. Seolah tiyang diganti, nike sampun tiyang agak aneh. Memang hidup mati di tangan Hyang Kuasa (Tuhan),” ujarnya.

Pasca kejadian, TKP dipasangi police line. Pantauan NusaBali, sejumlah perlengkapan paebatan masih tampak tertimbun reruntuhan tembok seperti kompor gas, perabotan serta sejumlah sandal. Kapolsek Tampaksiring, AKP I Gusti Putu Dharmanatha, ketika dikonfirmasi mengatakan korban saat kejadian sedang membuat sarana yadnya/mebat dalam rangka upacara 3 bulanan cucu salah satu anggota keluarganya.

“Cuaca saat itu hujan lebat dan seketika terjadi tanah longsor pada bangunan yang dijadikan tempat mebat (membuat sarana yadnya)," jelas AKP Dharmanatha. Ditambahkan Kapolsek, keluarga yang lainnya bisa menyelamatkan diri, namun korban tidak sempat lari sehingga ditimpa bangunan sehingga mengakibatkan luka parah dan dibawa ke RS Ari Canti. "Namun korban tidak dapat diselamatkan jiwanya sehingga korban meninggal dunia di RS Ari Canti Mas, Ubud, Senin dinihari pukul 00.00 Wita," jelasnya.

Selain senderan tembok yang longsor menelan korban jiwa di Tampaksiring, hujan lebat yang mengguyur kawasan seni Gianyar juga menyebabkan tembok rumah I Wayan Balik Suasta, 50, di Banjar Kebon Kaja, Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh roboh. Kejadian tersebut berawal saat hujan lebat disertai angin kencang terjadi, Minggu sekitar pukul 17.00 Wita di wilayah Blahbatuh.

Diduga tembok yang berada di bale dauh (bangunan barat) korban kondisinya sudah tua, sehingga pondasinya telah keropos, terlebih lagi hujan dan angin kencang datang usai musim kemaru berkepanjangan. Tidak ada korban jiwa dari musibah tersebut. Kerugian material ditaksir mencapai Rp 50 juta.

Sementara musibah tanah longsor terjadi di Banjar Pejengaji, Desa/Kecamatan Tegalalang, Minggu sekitar pukul 19.12 Wita. Longsoran setebal kurang lebih lima meter menutup akses jalan rumah warga. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Gianyar pun diturunkan untuk melakukan proses evakuasi.

Sementara pohon tumbang timpa pengendara terjadi, Senin (16/12) sekitar 05.30 Wita di Bypass IB Mantra Desa Keramas, Blahbatuh. Mobil Suzuki Carry DK 9672 BA mengalami penyok di bagian depan. Personel Polres Gianyar, Polsek Kota Gianyar dan BPBD langsung membersihkan pohon yang menutup badan jalan. Kanit Laka Polres Gianyar, Iptu I Ketut Nariawan, mengatakan kejadian ini tidak dilaporkan ke polisi. “Infonya hanya kerugian material, tidak ada korban jiwa. Sudah sepakat damai, informasi pengendara nihil,” jelasnya.

Terkait maraknya musibah di musim hujan, Kepala BPBD Gianyar, Anak Agung Oka Digjaya meminta masyarakat lebih waspada. Pihaknya pun siap membantu masyarakat untuk langkah antisipasi bencana. Seperti memangkas pohon tumbang berpotensi bencana. “Mari sama-sama kita tingkatkan kewaspadaan,” ajaknya. *nvi

Komentar