nusabali

Warga Protes Bangunan Makam Pribadi

  • www.nusabali.com-warga-protes-bangunan-makam-pribadi

Supradnya menilai, adanya pengaduan tentang pembangunan tempat persemayaman itu ada kaitan dengan Pemilihan Perbekel (Pilkel) yang akan dihadapinya.

NEGARA, NusaBali

Sejumlah warga Banjar Munduk Tumpeng Kaja, Desa Berangbang, Kecamatan Negara, Jembrana, memprotes keberadaan sebuah bangunan makam di banjar setempat. Bangunan makam milik pribadi warga asal Surabaya, Jawa Timur  ini, tepat berada di pinggir waduk Bendungan Benel. Warga protes bangunan berada di wilayah hulu desa setempat.

Dari informasi warga penyanding di Tempek Giri Sari, Banjar Munduk Tumpeng Kaja, Jumat (20/9), bangunan makam pribadi itu dibangun tahun 2018. Sebelumnya, dari pihak desa bersama keluarga pemilik makam bersama jajaran desa, tersebut sempat melakukan sosialisasi ke warga banjar setempat, saat pembangunan sudah mulai berjalan. Dalam sosialisasi yang hanya digelar sekali itu,  warga yang mengetahui rencana pembangunan makan pribadi itu telah berusaha menyuarakan penolakan, dengan pertimbangan lokasi di wilayah hulu. “Dari awal saya yang mewakili tempek di sini, sudah jelas menolak. Karena selain menjadi penyanding, kita juga berpikir lokasinya. Masak kuburan ada di atas Tri Kahyangan kita di desa. Dekat sini juga ada Pura Jagat Berangbang Agung. Sebenarnya kami tidak keberatan kalau ada makam begitu. Tetapi lokasinya yang tidak tepat. Kalau mau bangun begitu, apa tidak bisa carikan tempat di bawah,” ujar Kelian Tempek Giri Sari, I Ketut Sutarma, 58, yang juga mendampingi NusaBali saat mencari lokasi makam tersebut.

Meski sudah jelas ditolak ketika sosialisasi, kata Sutarma, nyatanya pembangunan makam yang tampak didukung mantan Perbekel Berangbang, I Gusti Putu Supradnya itu tetap berlanjut hingga rampung. Setelah mengetahui pembangunan tetap berlanjut, dirinya selaku Kelian Tempek sempat dipertemukan dengan keluarga dari pemilik makam tersebut, dan dijanjikan sejumlah hal. Diantaranya menyangkut perbaikan bale tempek, jalan dan pembangunan jembatan gantung ke lokasi makam yang disebut-sebut bisa menjadi daya tarik wisata tersebut. “Pak Perbekel waktu itu bilang jika kuburan ini akan menjadi peluang wisata. Tetapi sampai sekarang mana ada wisatawan ke makam ini. Paling hanya keluarganya saja. Jalan dibilang akan diperbaiki dan akan membangun jembatan gantung, tetapi tidak ada apa. Cuman janji untuk membantu pembangunan bale tempek yang direaliasikan. Itu pun hanya dibantu Rp 20 juta. Sedangkan untuk pembangunan bale tempek, menghabiskan sampai Rp 68 juta,” ucapnya.

Setelah bangunan jadi, menurut Sutarma, warga desa di luar Banjar Munduk Tumpeng Kaja, juga banyak yang mempertanyakan tentang izin pembangunan makam tersebut. Begitu juga sejumlah warga luar desa, seperti dari Manistutu dan Kaliakah, juga mencibir pembangunan makam yang sampai dibuatkan di hulu itu. “Saya banyak dapat pertanyaan begitu, saya kira Pak Perbekel waktu itu juga sudah bilang ke warga lain. Tetapi banyak warga terkejut. Apalagi, sebelumnya dibilang kalau nanti di sana hanya ada abu. Tetapi baru-baru, ini warga lihat kalau yang ada di dalam sana adalah tengkorak,” ungkapnya.

Dari informasi yang diterimanya, orangtua dari warga asal Surabaya yang dimakamkan, ini dulunya tinggal di Sangsit, Buleleng. Tetapi, dia pun tidak mengerti kenapa makamnya sampai dibangun di Desa Berangbang. “Satu bulan lalu juga ada kejadian niskala. Ada ibuk-ibuk dari Manistutu, tukang panen cengkih, pas dia panen cengkih di kebun selatan tempat makam, ini terus-terusan kerauhan mengeluarkan bahasa, seperti bahasa Mandarin. Ternyata setelah ditanya-tanya, katanya itu roh dari yang dimakamkan di sini, katanya tidak tenang dihukum Ida Bhatara di Pura Berangbang Agung dan Bhatari Danu di Pura Subak, karena tidak ada matur piuning dan macaru. Sampai waktu ini, dibuatkan upakara, baru ibuk-ibuk itu dapat tenang,” ungkapnya.

Mantan Perbekel Berangbang I Gusti Putu Supradnya, saat dikonfirmasi Jumat kemarin, mengatakan, jika bangunan, itu merupakan kuburan atau makam. Tetapi hanya tempat persemayaman yang memang dibangun di tanah pribadi, milik warga asal Surabaya, Jawa Timur, yang merasa cocok untuk membangun tempat persemayaman di lokasi lahan dengan pemandangan asri, yang tepat mengarah ke view waduk Bendungan Benel tersebut. Sebelum mengiyakan pembangunan itu, dia pun mengaku sudah menggelar sosialisasi dengan pihak banjar setempat, dan waktu itu tidak ada penolakan. “Memang ke depan kami ingin juga di sana ada objek wisata. Ada rencana membuat jembatan. Tetapi sementara memang belum dibangun, dan mungkin nanti kedepannya akan dibangun sama keluarga yang punya tempat persemayaman itu,” ujarnya.

Disinggung mengenai adanya warga yang sempat beberapa kali kerauhan, diakuinya memang sempat ada. Warga yang setiap kerauhan dinyatakan berbicara Mandarin, dan meminta agar dilakukan pecaruan serta matur piuning di Pura Jagat Berangbang Agung, itu juga sudah langsung dijajakinya bersama keluarga pemilik tempat persemayaman ayahnya. “Waktu itu saya juga ikut turun ke rumahnya. Dibilang bahasa Mandarin, tetapi anaknya yang ngerti bahasa Mandarin, tidak jelas mengerti. Tetapi walaupun begitu, sudah dijalankan keinginannya, untuk matur piuning sekalian macaru di sana,” ucapnya.

Secara pribadi, Supradnya menilai, adanya pengaduan tentang pembangunan tempat persemayaman itu ada kaitan dengan Pemilihan Perbekel (Pilkel) yang akan dihadapinya. Padahal, menurutnya, saat dilakukan sosialisasi di Banjar Munduk Tumpeng Kaja, dipastikan tidak ada penolakan terhadap rencana pembangunan tempat persemayaman tersebut. “Mungkin ingin nyerang saya. Kaitan saya maju kembali sebagai calon incumbent,” ujarnya, yang memastikan dirinya tidak ada kepentingan apapun dalam pembangunan tempat persemayaman tersebut. *ode

Komentar