nusabali

Festival Desa Wisata Nusantara Digelar di Ubud

  • www.nusabali.com-festival-desa-wisata-nusantara-digelar-di-ubud

Festival Desa Wisata Nusantara digelar selama tiga hari di Lapangan Astina Ubud.

GIANYAR, NusaBali
Festival menyajikan 70 desa wisata se Indonesia ini dibuka Jumat (12/10), berlangsung hingga Minggu (14/10). Perwakilan Desa Wisata Nusantara ini pula menampilkan kerajinan dan kuliner nusantara.

Acara dibuka lewat pemukulan gong oleh Dr Vitria Ariani, Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Pedesaan dan Perkotaan Kementerian Pariwisata RI. Hadir, Wakil Gubenur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) dan pejabat terkait.

Dalam sambutannya, Fitria menyatakan festival memiliki tiga manfaat. “Pertama mempromosikan daerah. Kedua, menjadi ikon mendatangkan wisatawan dan ketiga, memotivasi masyarakat untuk terlibat dalam kepariwisataan,” ujar Fitria. Selanjutnya, dalam sesi wawancara, Fitria, mengaku festival Desa Wisata Nusantara ini bentuk dari menyokong program pemerintah pusat. “Program pemerintah pusat, yakni membangun dari pinggiran, salah satunya dengan membentuk desa wisata,” jelas Fitria.

Kata dia, desa bukan dibentuk menjadi pariwisata, melaikan dijadikan sebagai alat untuk mewujudkan pariwisata. “Dengan adanya desa wisata, ekonomi maju. Di Bali, tidak hanya Ubud, Tegallalang, Tabanan, dengan persawahannya. Ini bisa dijadikan pembelajaran berbasis pariwisata,” jelasnya.

Lanjut Fitria, turis yang ke Indonesia, sebanyak 60 persen datang dengan alasan ingin menyimak budaya Indonesia. “Dengan festival desa wisata ini, kami berharap desa wisata lain di Indonesia bisa berkembang sporadik. Dengan catatan, tidak boleh kehilangan nilai luhur desa, tidak boleh kehilangan roh desanya, tidak boleh kehilangan kearifan lokalnya,” tegasnya.

Untuk membangun desa wisata, menurut Fitria tidak harus menyulap desa. “Pengembangannya harus pakai hati. Contoh di Bali masih pakai kamben dan kebaya, kenapa masih mau? Itu yang harus dipelajari oleh desa lain. Jadilah seperti Bali, budayanya masuk ke hati, bukan budaya yang dikomersialkan,” tukasnya.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengaku Ubud menjadi salah satu desa wisata tak lepas dari peran almarhum ayahnya, Tjokorda Agung Sukawati yang sudah mempromosikan Ubud sejak 1926 silam. “Hampir 100 tahun, baru bisa lihat hasilnya. Pariwisata itu mengaltukurasi budaya agraris dengan wisata. Jangan sampai akulturasi menghilangkan akar budaya,” pinta Wagub yang akrab disapa Cok Ace itu.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali itu mengaku membangun pariwisata yang paling sulit adalah membangun manusianya, lalu membangun alam. “Ada tiga hal diperhatikan, pertama berbasis masyarakat. Artinya ketika masyarakat menjadi penonton, jangan salahkan kesenjangan. Jadikan masyarakat subjek,” jelasnya.

Kedua, kata Cok Ace, desa wisata harus berskala kecil. “Kalau skala besar, maka masyarakat nggak bisa masuk dan tersisihkan,” jelasnya. Dengan mengajak masyarakat, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) bisa meningkat disertai kesejahteraan masyarakatnya.

Ketua Panitia Festival Mangku Kandia menyatakan festival ini baru pertama kali digelar. Festival yang berlangsung tiga hari berturut-turut hingga Sabtu nanti, terdapat beragam agenda. Di antaranya, memasak, melukis, permainan gangsing, seminar desa wisata, tour desa wisata dan hiburan band. “Festival Desa Wisata Nusantara pertama ini sekaligus merayakan 92 tahun Ubud menjadi desa wisata,” ujarnya. *nvi

Komentar