nusabali

Baru 6 Bulan Jabat Syahbandar, Banyak Keanehan Sebelum Meninggal

  • www.nusabali.com-baru-6-bulan-jabat-syahbandar-banyak-keanehan-sebelum-meninggal

Saat Galungan, Astika kerap memeluk ibu kandungnya dan berfoto bersama. Gelagat terakhir, Astika pulang membawa tikar pandan. 

Tabrak Tronton, Nyawa Syahbandar Pelabuhan Gilimanuk Tak Tertolong  


SINGARAJA, NusaBali
Nyawa Syahbandar Pelabuhan Gilimanuk I Made Astika, 48, tidak bisa diselamatkan setelah sempat menjalani perawatan intensif di RSUD Buleleng akibat mobil yang dikemudikan menabarak truk tronton di wilayah Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Jumat (3/11) sore. Pria asal Desa Anturan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, ini dinyatakan meninggal, Sabtu (4/11) sekitar pukul 01.30 Wita dini hari. Astika mengalami pendarahan yang cukup parah di bagian otak dan dada. Jenazah Astika sudah dibawa ke rumah duka di Banjar Munduk, Desa Anturan, Sabtu kemarin sekitar pukul 07.30 Wita. Rencananya jenazah Astika akan dimakamkan di Setra Desa Pakraman Anturan, pada Sukra Wage Kuningan, Jumat (10/11). Astika meninggalkan istri, Ni Putu Emik Krisna Yeni, 28, dan tiga anak dari istri berbeda, yakni, Putu Sonia Gita Ardhia Utami, 17, Kadek Gilang Arif Permana, 14, dan Ni Luh Putu Ardhi Swandayani, 12.

Astika disebutkan baru menjabat Kepala Pelabuhan (Syahbandar) Gilimanuk sekitar enam bulan, setelah sebelumnya di PPI Desa Sangsit, Kecamatan Sawan. Sebelum meninggal, banyak gelagat aneh yang sempat ditunjukkan pada keluarganya. Salah satu keponakan Astika, Wiwin Meliana menuturkan, terakhir bertemu dengan pamannya saat Hari Raya Galungan, Rabu (1/11). Kala itu, Astika berkumpul dan bercengkerama dengan anggota keluarga besarnya. Dalam pertemuan itu, Astika sempat curhat terkait masalah pribadi dan keluarganya. “Kami duduk melingkar, Om Astika duduk di tengah. Di sana beliau curhat banyak hal. Masalah keluarga hingga urusan pekerjaan. Sampai nangis beliaunya curhat. Tumben seperti itu, sebelumnya jarang bisa kumpul kayak gitu,” kata Wiwin di rumah duka di Banjar Munduk, Desa Anturan, Kecamatan Buleleng, Sabtu kemarin.

Sebelum kejadian tabrakan, Astika pulang berniat menjemput istrinya yang berada di kampung halamannya di Desa Selat, Kecamatan Sukasada. Penjemputan itu sekaligus ingin memberikan kejutan pada istrinya yang konon sudah pisah ranjang. Nah sebelum meninggalkan kantor, Astika sempat telepon istrinya hingga enam kali nada panggilan. Namun sang istri tidak menjawab karena kebetulan saat itu tengah tidur. Karena ada nada panggil, istrinya kemudian menelepon balik ke Astika, tetapi tidak ada nada sambung.

“Om pulang dari Gilimanuk itu mau menjemput istrinya di Desa Selat, untuk diajak ke Gilimanuk lagi dengan maksud untuk diberikan kejutan. Istrinya ditelepon 6 kali, tapi tidak ada jawaban karena tidur. Kemudian istrinya telepon balik sampai 25 kali tetapi tidak ada nada sambung,” tutur Wiwin.

Begitu mendengar kabar kalau suaminya tabrakan hingga meninggal dunia, Ni Putu Emik Krisna Yeni langsung jatuh pingsan. Demikian juga saat jenazah sudah dibawa ke rumah duka di Desa Anturan, Emik beberapa kali pingsan karena shock.

Sementara kesedihan juga dirasakan oleh ibu kandung dari Made Astika, Ni Made Putri, 70. Putri menceritakan banyak keanehan yang ditunjukkan oleh anaknya. Mulai terlihat bingung, hingga sempat merah-marah tanpa sebab yang jelas. Namun terakhir, Made Astika menunjukkan gelagat suka cita, dimana Astika tiba-tiba memeluk ibunya saat Hari Raya Galungan. “Lama sekali saya dipeluk, setelah itu diajak foto bersama, lalu ditraktir minum teh botol, dan anak saya mengaku dalam waktu dekat segera akan luas joh (berangkat jauh),” kenang Putri, ibu kandung Astika.

Terakhir Astika menunjukkan gelagat aneh dengan membeli tikar pandan untuk alas tidur. Dari sana Putri selaku ibu kandungnya sudah memiliki firasat buruk. Karena ada kejadian, usai membeli tikar pandan orang yang bersangkutan alami kecelakaan. Namun peristiwa itu tidak berani disampaikan pada Astika, takut anaknya tersinggung dan marah. ”Mendadak membawa pulang sebuah tikar anyaman. Ya, katanya dipakai sendiri. Tikeh klase ne kal anggon kebat pules pang tis (tikar ini akan dipakai alas tidur biar lebih sejuk). Padahal saya sudah punya firasat kurang baik, tapi takut menyampaikan,” ujar Putri.

I Made Astika dipercaya sebagai Syahbandar atau Kepala Unit Pelaksana Penyeberangan (UPP) Kelas III Gilimanuk sekitar April 2017. Teman kerjanya menilai, Astika selalu berusaha menanamkan keterbukaan dalam menjalankan tugas di Pelabuhan Gilimanuk.

Salah seorang pegawai senior Pelabuhan Gilimanuk, I Ketut Tista, mengatakan, Astika selalu berusaha mendekatkan diri dengan para anggota. Anggota diharapkan dapat terbuka dalam berbagai permasalahan tugas mengenai kesyahbandaran di Pelabuhan Gilimanuk. Astika merutinkan rapat eveluasi setiap bulan.

“Yang paling menonjol adalah keterbukaan dalam masalah pekerjaan. Selain itu, beliau juga ingin sama-sama belajar. Apalagi Gilimanuk ini operasionalnya tidak sama seperti di Sangsit. Di Gilimanuk jauh lebih padat, dan bisa dikatakan sebagai penghubung jalur penyeberangan vital,” ujar Tista, yang telah bertugas di UPP Kelas III Gilimanuk sejak 1994.

“Orangnya memang tidak neko-neko, jalankan sesuai aturan. Kalau ada masalah diharapkan biar langsung ditangani. Begitu juga kalau ada masukan-masukan. Karena beliau memaklumi menjadi pimpinan dengan jam terbang baru, sementara ada anggota yang sudah lama tugas di Gilimanuk, dan lebih tahu situasi Gilimanuk. Dan kalau ada masalah perlu dikonsultasikan ke Kementerian, beliau sampaikan ke Kementerian," tambahnya.

Selain itu, Astika juga rajin belajar dan menambah ilmu mengenai pengelolaan pelabuhan. Setiap ada kegiatan semacam workshop maupun sosialisasi berkaitan dengan tugas kesyahbandaran yang digelar di luar daerah, Astika selalu hadir bersama anggota terkait. Karena itu, bisa dikatakan selain sibuk di Gilimanuk, Astika juga sibuk dengan kegiatan memperdalam ilmu tentang kesyahbandaran.

“Hampir setiap seminggu sekali, beliau pasti keluar daerah mengikuti kegiatan-kegiatan tentang kesyahbandaran. Belum lagi ada panggilan dari pusat. Kadang baru kembali ke Gilimanuk, belum sempat istirahat, ada panggilan lagi ke Jakarta, dan kasihan lihatnya. Beliau sih tidak pernah mengeluh capek atau apapun, tetapi kelihatan dari wajah seperti kelelahan,” ucap Tista.

Disinggung mengenai firasat tentang kecelakaan lalu lintas yang menimpa Astika, Tista mengaku tidak ada. “Kemarin (Jumat, 3/11) saya sama teman-teman menjenguk (di RSUD Buleleng) sampai malam sekitar pukul 22.00 Wita. Sampai kami pulang, kondisi beliau belum sadarkan diri dan masih kritis. Begitu pulang sampai Gilimanuk sekitar pukul 24.00 Wita, saya sempat tanyakan perkembangan kondisi beliau melalui keponakannya, dan dikatakan kalau hati dan paru-paru sudah tidak berfungsi, dan menyusul sekitar pukul 02.30 Wita, dapat kabar kalau beliau sudah tidak ada umur,” ujarnya. *k19, ode

Komentar