nusabali

Jamu Jadi Warisan Budaya UNESCO, Magnet untuk Wisata Kebugaran RI

  • www.nusabali.com-jamu-jadi-warisan-budaya-unesco-magnet-untuk-wisata-kebugaran-ri

JAKARTA, NusaBali - Jamu ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda UNESCO. Jamu merupakan minuman tradisional yang dapat menjadi daya tarik wisata Indonesia. Penetapan jamu sebagai warisan budaya takbenda (WBTB) dilakukan Komite Konvensi Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada Rabu (6/12). Sidang ke-18 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO itu berlangsung hingga 9 Desember 2023 di Kasane, Botswana.

Ya, budaya sehat jamu meliputi keterampilan tradisional dan nilai-nilai budaya yang terkait dengan obat-obatan alami tradisional yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah. Selain itu, metode pengobatan tradisional juga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dengan meningkatkan kekebalan tubuh.

Eksistensi jamu sebagai obat tradisional di Indonesia ternyata sudah ada sejak abad ke-8 Masehi. Salah satu buktinya terlihat dari relief Candi Borobudur dan manuskrip kuno Kakawin Ramayana serta Serat Centini yang membahas tentang jamu.

Keberadaan jamu di Indonesia dapat menjadi magnet untuk penyuka wisata kebugaran atau wellness tourism.

Dikutip detikcom dari laman Kemenparekraf, pasar wellness tourism di Asia Pasifik pada 2015-2017 melonjak hingga 33 persen. Angka ini diprediksi bertambah seiring dengan berakhirnya pandemi COVID-19.

Kesadaran wisatawan akan kesehatan dapat menjadi modal bagi Indonesia untuk menarik perhatian turis dengan menyuguhkan produk-produk yang unggul. Kemenparekraf juga menyebut jamu herbal sebagai salah satu produk yang dapat dinikmati wisatawan pencari wisata kebugaran.

Salah satu destinasi yang menyuguhkan jamu sebagai daya tarik utamanya adalah Dusun Kiringan yang terletak di Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ).

Dusun Kiringan sudah turun temurun dikenal dengan desa penghasil produk jamu. Potensi sumber daya terbesar Dusun Kiringan adalah jamu tradisional. Warga desa sudah sejak dulu menanam Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di pekarangan rumah mereka.

Mulanya hanya untuk konsumsi pribadi, jamu di Dusun Kiringan perlahan mulai dikenal masyarakat luas. Dengan permintaan jamu yang semakin tinggi, Dusun Kiringan akhirnya menjadi Desa Wisata Jamu Kiringan atau dikenal pula sebagai Desa Wisata Jamu Gendong.

Di sana, wisatawan diajak untuk melihat langsung pembuatan jamu tradisional. Setelahnya, wisatawan juga dapat meminum racikan jamu memakai tempurung kelapa dan dibawa pulang.

Selain itu, wisatawan juga dapat menginap di homestay. Tak cuma beristirahat, wisatawan akan diajak merasakan kehidupan orang desa termasuk makan bersama dengan menu ala orang desa. 7

Komentar