nusabali

Layanan Konseling Bunuh Diri Hadir Kembali

  • www.nusabali.com-layanan-konseling-bunuh-diri-hadir-kembali

DENPASAR, NusaBali - Layanan pencegahan bunuh diri dan kesehatan mental berbasis di Bali, LISA (Love Inside Suicide Awarness), hadir kembali setelah sempat terhenti akhir tahun lalu akibat tidak mampu melayani permintaan konseling yang overloaded. Namun LISA kini berganti nama menjadi ‘Bisa Helpline’.

Ketua Yayasan Bali Bersama Bisa yang menginisiasi Project Bisa Helpline, I Wayan Eka Sunya Antara alis Bimbim, menjelaskan tidak berimbangnya jumlah permintaan bantuan dengan kapasitas sumber daya relawan dan teknologi yang masih terbatas mengakibatkan LISA yang diinisiasi sejak April 2021 harus tutup pada Juli 2022.

“Juli 2022 diambil keputusan berat untuk menghentikan sementara kegiatan operasional LISA Helpline,” ujar Bimbim, Senin (18/9).

Dikatakannya, sepanjang pengalaman memberikan layanan selama satu tahun, terdapat lebih dari 1.900 pengguna per hari yang mengakses LISA Helpline. Menurut dia, Bisa Helpline kini hadir dengan sistem baru berbasiskan teknologi yang lebih efisien dan juga jumlah serta kapasitas relawan yang mumpuni.

“Bisa Helpline Call Center beroperasi sejak 28 Juni 2023 dan didukung 12 operator. Nomor WhatsApp LISA lama diintegrasikan sejak 1 September 2023. Total sekitar 9.000-an chat dan 200-an panggilan telepon yang masuk mencakup caller yang mengakses dari website dan WhatsApp,” kata Bimbim.

Bimbim mengungkapkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis lebih dari 700.000 nyawa melayang akibat bunuh diri setiap tahunnya.

Bunuh diri merupakan penyebab utama kematian keempat di antara usia 15-29 tahun secara global pada 2019. Lebih dari 20 kali percobaan diperkirakan terjadi untuk setiap kasus bunuh diri. Dan, sebanyak 77 persen kasus bunuh diri tersebut terjadi di negara berpenghasilan menengah ke bawah.

Dalam melakukan misinya menekan angka bunuh diri, Bisa Helpline bermitra dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI). Kolaborasi itu untuk melatih para relawan agar memiliki kapasitas untuk menolong seraya menjaga kesejahteraan dirinya. Tenaga relawan bertugas menerima telepon atau chat (message) dari masyarakat, memberikan dukungan positif kepada mereka.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) sekaligus Koordinator Modul Pelatihan Bisa Helpline dr Gina Anindyajati SpKJ, menjelaskan pelatihan diselenggarakan secara hibrid dalam dua bahasa, bahasa Indonesia dan Inggris. Hal itu diakui sesuai kebutuhan pengguna Bisa Helpline yang selama ini juga cukup banyak warga berkebangsaan asing.

“Dalam pelatihan tersebut, selain mempelajari teori, juga dilakukan sesi praktik dan penugasan agar semakin mengasah keterampilan para relawan untuk membantu di saat krisis. Materi yang diberikan meliputi pengenalan upaya pencegahan bunuh diri, teknik komunikasi, metode intervensi pencegahan bunuh diri, dukungan psikososial untuk para relawan, serta kebijakan dan prosedur Bisa Helpline,” ungkapnya.

Ketua PDSKJI Cabang Denpasar dr I Gusti Rai Wiguna SpKJ, menilai Bisa Helpline sebagai solusi dalam merespons fenomena yang terjadi di masyarakat. Terlebih, berdasarkan data Sample Registration Survey (SRS) Badan Litbangkes Kemenkes tahun 2016, angka kematian akibat bunuh diri sebanyak 0,72 kasus per 100.000 atau 7 kasus dalam 1.000.000 penduduk. Kematian akibat bunuh diri dalam 1 tahun sebanyak 1.800 kasus.

Itu artinya, terdapat 5 orang Indonesia yang meninggal karena bunuh diri setiap harinya.

“Bisa Helpline yang memiliki visi untuk mencegah peningkatan keinginan untuk bunuh diri, menciptakan sistem yang dapat diadopsi di seluruh dunia berupa para relawan dapat menawarkan dukungan kepada orang-orang di negara pilihan mereka, dan untuk mematahkan stigma serta memberdayakan komunitas yang terdiskriminasi dan terpinggirkan,” kata Rai Wiguna. 7 cr78

Komentar