nusabali

Komunitas Seni Candi Ghana Bawakan Kesenian Tradisi Gandrung

  • www.nusabali.com-komunitas-seni-candi-ghana-bawakan-kesenian-tradisi-gandrung

DENPASAR, NusaBali - Komunitas Seni Candi Ghana, Banjar Suwung Batan Kendal, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar menampilkan Rekasadana (Pergelaran) Gandrung, di Kalangan Angsoka, Taman Budaya (Art Centre) Provinsi Bali, Selasa (11/7) siang.

Kesenian Gandrung ini merupakan kesenian tradisi yang ditarikan setiap pujawali di Pura Dalem Desa Adat Sesetan.

Komunitas Seni Candi Ghana siang itu membawakan tujuh pementasan baik berupa tari maupun tabuh. Pementasan mereka diawali Tabuh Petegak Klasik Kreasi Kebyar Ndung Samudra Kerti yang merupakan tabuh kreasi klasik yang diciptakan sekitar tahun 1961. Dilanjutkan pementasan Tari Condong Gandrung yang terinspirasi dari Tari Condong Palegongan. Tabuh Petegak Klasik Kreasi Jejagulan kemudian melanjutkan persembahan mereka.

Persembahan keempat yakni Tari Gegandrangan Ratu Ayu Gandrung (sesi I) yang merupakan sebuah tarian sakral yang ditampilkan dalam bentuk tunggal dan ditarikan oleh seorang penari laki-laki yang belum menginjak dewasa atau mengalami masa akil balik. Dalam pementasan tari ini para penonton bisa ikut menari (ngibing) sehingga pertunjukan menjadi atraktif. Tak kurang maestro tari Bali Prof Dr I Made Bandem ikut naik panggung ngibing penari cilik.

Sebelum dilanjutkan dengan Tari Gegandrangan Ratu Ayu Gandrung (sesi II), Komunitas Seni Candi Ghana menampilkan Tabuh Petegak Klasik Kesiar Angklung. Tabuh ini diciptakan sekitar tahun 1960 oleh seorang maestro seniman karawitan Putu Geria.

Pementasan ditutup Tari Kreasi Tasik Amertaning Segara. Tari ini menceritakan kehidupan masyarakat Suwung Batan Kendal yang terletak di daerah pesisir yang hampir sebagian besar berprofesi sebagai pembuat garam secara tradisional (nguyah). Di dalam pembuatan garam tersebut banyak menggunakan alat-alat seperti gau, dungki, suwuk, angkup, sok, sinduk, jun, dan yang lainnya. Keunikan nguyah tersebut diramu dalam tata gerak yang begitu harmonis dan dipadupadankan dalam tata kostum yang sesuai dengan karakter dari tari kreasi ini.

"Saya harapkan tidak punah supaya ciri masyarakat Suwung Batan Kendal sebagai petani garam terus ada karena itu adalah awal mula kehidupan di Suwung Batan Kendal," ujar Ketua Komunitas Seni Candi Ghana Udha Pramesti.

Ia menuturkan petani garam di Banjar Suwung Batan Kendal masih bertahan sekitar 3 keluarga saja saat ini. Mereka tidak lagi mengambil air laut di perairan Suwung Batan Kendal, namun membeli gumpalan garam dari Madura, Jawa Timur yang kemudian diolah kembali menjadi garam siap jual.


"Itu karena kendala lahan dan kadar garam air laut juga tidak sebagus seperti dulu," urainya. Udha mengatakan pihaknya melakukan persiapan lumayan lama sekitar 3 bulan dengan melibatkan sekitar 30 orang seniman.

Guru karawitan SMKN 5 Denpasar ini menambahkan bahwa Tari Gandrung Suwung Batan Kendal ini biasanya dipentaskan pada pujawali di Pura Dalem Desa Adat Sesetan.

Alumnus ISI Denpasar menambahkan, pihaknya melakukan sedikit kreasi pada pementasan Gandrung kali ini. Misalnya penambahan alat musik suling dan gong. Sementara itu alat musik kendang juga ditambah menjadi 3 yang umumnya hanya 1 kendang.

"Saya senang sekali dengan penampilan anak-anak yang begitu semangat untuk menyuguhkan sebuah pertunjukan Gandrung yang begitu sakral yang unik yang merupakan Sesuhunan di Banjar Suwung Batan Kendal," tandas Udha.

Sementara itu kurator PKB ke-45, Prof Dr I Made Bandem, menjelaskan kesenian gandrung memiliki banyak corak tersebar di Bali. Ia menuturkan dokter Belanda Julius Jacobs yang mengunjungi Bali pada 1880an sudah melaporkan adanya kesenian Gandrung di Pulau Dewata.

"Banyak sekali jenis Gandrung di Bali disebut juga Joged Pingitan. Dr Julius Jacobs dari Belanda datang ke Bali pada 1881 melihat banyak jenis gandrung yang dipentaskan oleh para raja zaman dulu," ujar Prof Bandem.

Dalam perjalanannya kesenian ini kemudian keluar dari istana dan dikembangkan oleh masyarakat luas. Musik gamelan yang mengiringinya kemudian berganti menggunakan gamelan bambu.

Kedekatan hubungan Bali dengan Banyuwangi, Jawa Timur mengakibatkan kesenian Gandrung juga bisa ditemui di Banyuwangi. Meski memiliki ciri khas masing-masing masih bisa ditemui sejumlah kesamaan seperti dalam gamelan, gerakan tari, maupun kostum yang dikenakan. 7 cr78

Komentar