nusabali

Tiga Kecamatan di Jembrana Mengalami Kekeringan

  • www.nusabali.com-tiga-kecamatan-di-jembrana-mengalami-kekeringan

NEGARA, NusaBali - Kekeringan meluas di Kabupaten Jembrana. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, kekeringan telah melanda 3 kecamatan di Jembrana, yaitu Melaya, Pekutatan, dan Mendoyo.

Kecamatan Melaya merupakan kecamatan yang paling terdampak kekeringan, dengan hari tanpa hujan berturut-turut mencapai 121 hari. Hal ini menyebabkan pasokan air untuk irigasi pertanian semakin menipis, dan mengancam gagal panen. "Para petani di Melaya sudah mulai khawatir gagal panen," kata Kadek Sudiasa, seorang petani di Melaya. "Kami sudah melakukan berbagai upaya untuk menghemat air, tapi tetap saja tidak cukup."

Selain Melaya, kekeringan juga berdampak pada kecamatan Pekutatan dan Mendoyo. Di Kecamatan Pekutatan, hari tanpa hujan berturut-turut mencapai 120 hari, sedangkan di Kecamatan Mendoyo mencapai 115 hari.

Kekeringan ini juga menyebabkan pasokan air bersih untuk masyarakat semakin terbatas. Beberapa desa di Melaya, Pekutatan, dan Mendoyo bahkan sudah mulai kesulitan mendapatkan air bersih. "Kami hanya bisa mendapatkan air bersih dari sumur bor," kata Wayan Astawa, seorang warga Mendoyo. "Tapi airnya juga sudah mulai menipis."

Selain Jembrana, BMKG Wilayah III Denpasar mendata kekeringan meluas dari 26 kecamatan pada minggu ketiga Oktober 2023 menjadi 35 kecamatan di Bali memasuki November 2023. “Daerah tanpa hujan berturut-turut di wilayah itu hingga 121 hari,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya, Rabu (1/11).

Ia menjelaskan kecamatan di Bali yang masuk peringatan dini kekeringan meliputi Kabupaten Buleleng yakni di Buleleng, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, Seririt, dan Tejakula.

Kemudian di Kabupaten Jembrana di Melaya, Pekutatan dan Mendoyo, Kabupaten Tabanan di Kediri, Marga, Penebel, Kerambitan, dan Tabanan. Selanjutnya di Kabupaten Bangli di Bangli, Tembuku dan Kintamani, kemudian di Kabupaten Karangasem di Abang, Karangasem dan Kubu.

Selain itu, di Kabupaten Badung di Kuta, Kuta Utara, Kuta Selatan, Mengwi, serta di Kabupaten Klungkung di Dawan, dan Nusa Penida. Wilayah lain yang mengalami kekeringan yakni di Kabupaten Gianyar meliputi Payangan, Sukawati, Blahbatuh, Tampaksiring dan Ubud serta di Kota Denpasar yakni di Denpasar Timur, Denpasar Barat, Denpasat Utara dan Denpasar Selatan.

Meski begitu, BBMKG Denpasar mendata masih berpotensi terjadi hujan di sejumlah kawasan di Bali diperkirakan selama periode 1-10 November 2023 yakni di Kabupaten Tabanan, Kecamatan Pekutatan, Busungbiu, Seririt. Kemudian di Sukasada, Banjar, Petang, Abiansemal, Mengwi, Payangan, Tegalalang, Tampaksiring, Susut, Tembuku, Bangli, Selat, Sidemen dan Rendang.   “Distribusi curah hujan di Bali secara umum antara nol hingga 86,5 milimeter per 10 hari,” katanya.

BBMKG Denpasar memperkirakan puncak musim hujan di Bali terjadi pada Januari 2024 dengan curah hujan diperkirakan pada rentang 500-600 milimeter per bulan sehingga perlu diwaspadai dampak bencana hidrometeorologi di antaranya banjir dan tanah longsor. Hanya satu zona musim, yakni di Karangasem bagian selatan yang diperkirakan puncak musim hujannya terjadi pada Februari 2024. 7ant

Komentar