nusabali

Belum Familiar, Lomba Nyanyian Hindu Hanya Diikuti Tiga Duta

Utsawa (Lomba) Nyanyian Keagamaan di Ajang Utsawa Dharmagita Provinsi Bali Tahun 2023

  • www.nusabali.com-belum-familiar-lomba-nyanyian-hindu-hanya-diikuti-tiga-duta
  • www.nusabali.com-belum-familiar-lomba-nyanyian-hindu-hanya-diikuti-tiga-duta

Materi suara dan kemampuan musikal para peserta Utsawa (lomba) 'Nyanyian Keagamaan' ini sangat bagus, tetapi bentuk lagu rohani Hindu-nya belum ketemu

DENPASAR, NusaBali
Serangkaian Utsawa Dharmagita Provinsi Bali Tahun 2023 diselenggarakan Utsawa (lomba) 'Nyanyian Keagamaan' bertempat di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali (Art Centre) Denpasar, Rabu (6/9). Nyanyian Keagamaan adalah materi baru dalam Utsawa Dharmagita hanya diikuti tiga duta kabupaten/kota, yakni Kabupaten Badung, Tabanan dan Kota Denpasar. Meski demikian, peserta yang tampil mampu memberikan sajian seni yang sangat menarik, disimak dari segi hiburan.

Semua peserta menyajikan materi suara dan kemampuan musikal yang sangat bagus. Kreativitasnya pun tergolong tinggi, namun bentuknya berbeda-beda, ada yang bentuk musikalisasi puisi, ada yang mirip sandyagita, dan ada yang seperti lagu pop dan vocal grup. Salah satu juri, I Komang Darmayuda mengatakan peserta yang tampil dalam utsawa Nyanyian Keagamaan ini sangat beragam, kreativitasnya tinggi. Materi suara dan kemampuan musikal para peserta sangat bagus, tetapi bentuk lagu rohani Hindu-nya belum ketemu.

“Frame-nya belum ketemu, apa untuk lagu agama Hindu, apa itu pop rohani Hindu. Saya merasa perlu diadakan Focus Group Discussion (FGD) untuk menyamakan konsep yang sama,” katanya. Walau sebagai materi baru dalam ajang UDG, namun lagu ini diharapkan mudah didengar dan ditiru, sehingga nantinya menjadi familiar di kalangan umat Hindu. Baik dari isi liriknya, melodi, dan komposisi garapan.

“Saya melihat ketiga peserta Utsawa Nyanyian Kegamaan ini terlalu bebas mengekspresikan kemampuan selera mereka masing-masing, sehingga konsep lagu rohani Hindu yang berbeda beda,” imbuh Dosen musik ISI Denpasar ini. Karena ini materi baru, lanjut Darmayuda, mestinya kriteria perlu dipertajam dan diperuncing, sehingga Nyanyian Keagamaan Hindu itu memiliki bentuk yang jelas dan baik.

"Saya berharap, seperti nyanyian dharma yang pernah dibuat oleh musisi Dewa Budjana dan kawan-kawan itu. Dari segi judul, tema, ajaran agama Hindu, melodi simpel dan enak didengar, dan mudah dilakukan oleh banyak orang, baik dilakukan di pura, di rumah dan di sebuah acara keagamaan,” harapnya. Ia melanjutkan, hal itu juga bisa mengajak umat Hindu di seluruh Indonesia, bukan hanya di Bali saja. Misalnya umat Hindu di Kalimantan, Sulawesi, Papua dan umat Hindu misalnya, sehingga nantinya mereka juga bisa membawakan lagu-lagu hasil ciptaan tersebut.  

“Saya rasa ketiga peserta yang tampil ini, masih mencari bentuk. Maklum, ini materi baru, sehingga perlu didahului adanya worshop dan FGD, sehingga arahnya jelas,” tegasnya.

Sebagai materi baru, lomba Nyanyian Keagamaan seakan belum familiar, sehingga pesertanya tergolong minim yang hanya diikuti tiga duta saja, yakni Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan. Padahal di tiap-tiap kabupaten dan kota di Bali itu memiliki orang-orang bertalenta. “Mungkin karena kurang komunikasi dan masalah biaya, sehingga tiga peserta saja yang muncul. Padahal, kabupaten dan kota memiliki orang-orang yang hebat dan bagus-bagus. Lihat saja dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) masing-masing kabupaten menampilkan yang terbaik,” paparnya.

Hal senada juga dikatakan juri Desak Made Suarti Laksmi. Dosen Seni Pertunjukan ISI Denpasar ini, menyoroti penampilan masing-masing peserta yang mesti mempertimbangkan intonasi, cara pengucapan vokal, konsonan dan lainnya. Semua itu perlu ditingkatkan oleh ketiga peserta yang tampil. “Saat menampilkan suatu lagu yang paling penting adalah dalam penciptaan lagu mesti sesuai denga struktur komposisi lagu,” sebutnya.

Ia mengingatkan, komposisi lagu itu penting karena akan dapat menambah dalam penampilan. Lirik lagu juga sangat menentukan, baik itu dengan lirik bahasa Bali ataupun Indonesia. Kreativitas ketiga peserta juga sangat menarik, memiliki keunikan masing-masing. “Kreativitas itu memang menjadi pertimbangan dewan juri. Namun, tak kalah pentingnya adalah tema lagu itu sendiri. Segara Kerthi sebagai tema lagu, maka semuanya mesti mengacu kepada tema tersebut. Karena semua itu menjadi pertimbangan kami dalam memberikan nilai,” pungkasnya.

Walau semua peserta tampil dengan kreativitas, namun dewan juri memilih Duta Kabupaten Badung sebagai Juara I. Sementara juara II dan III diberikan kepada Duta Kabupaten Tabanan dan Kota Denpasar. 7 cr78

Komentar