nusabali

Gubernur Minta Implementasi Nyata Ajaran Bung Karno

Para Bupati Se-Bali Kompak Hadiri Pembukaan Bulan Bung Karno

  • www.nusabali.com-gubernur-minta-implementasi-nyata-ajaran-bung-karno

DENPASAR, NusaBali
Bulan Bung Karno yang untuk ketiga kalinya digelar Pemprov Bali telah dibuka resmi Gubernur Wayan Koster, Selasa (1/6) malam, di Gedung Ksiarnawa Taman Budaya Provinsi Bali, Jalan Nusa Indah Denpasar.

Dalam acara yang dihadiri semua bupati/walikota se-Bali tersebut, Gubernur Koster mengajak seluruh elemen masyarakat melaksanakan konsep dan gagasan Bung Karno secara nyata.

Para kepala daerah se-Bali yang kompak hadiri pembukaan Bulang Bung Karno tadi malam, masing-masing Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya, Bupati Jembrana I Nengah Tamba, Bupati Buleleng I Putu Agus Suradnyana, Bupati Karangasem I Gede Dana, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta, dan Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra.

Gubernur Koster sangat gembira dengan kompaknya kehadiran semua bupati/walikota se-Bali tersebut. Bahkan, Gubernur Koster secara khusus menyapa Bupati Giri Prasta, yang belakangan jarang menghadiri kegiatan Pemprov Bali. "Pak Bupati Badung (Giri Prasta) yang konsisten dengan warna hitam, hadir," sapa Gubernur Koster, yang semalam didampingi Wagub Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace), Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra, dan sang istri Putu Putri Suastini.

Dalam pidatonya, Gubernur Koster mengatakan peringatan Bulan Bung Karno dan 1 Juni 1945 sebagai peringatan lahirnya Pancasila, yang menjadi dasar negara saat ini, juga diperingati di semua kabupaten/kota. "Saya salut peringatan Bulan Bung Karno di kabupaten/kota dan semua desa se-Bali berjalan bagus. Dari 636 desa di Bali, 427 desa di antaranya aktif melaksanakan kegiatan ini. Bahkan, sudah ada desa yang memasukkan anggaran kegiatan Bulan Bung Karno dalam APBDes," tandas Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.

Koster menyebutkan, Pancasila yang ditetapkan sebagai dasar negara pada 18 Agustus 1945, juga ditetapkan sebagai sebuah ideologi. Pancasila juga jadi landasan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, sebuah negara bangsa yang terdiri dari 300 suku bangsa, 700 bahasa daerah, dan 17.000 pulau. "Tanpa ada landasan filosofis dan ideologi dasar ini (Pancasila), akan sulit membayangkan bangsa kita mencapai tujuan bernegara, sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945,” te-rang Koster.

Peringatan lahirnya Pancasila (1 Juni) dan Bulan Bung Karno (1-30 Juni), kata Koster, dilaksanakan Pemprov Bali karena terjadi peristiwa fundamental dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Peristiwa itu mulai hari lahirnya Pancasila (1 Juni 1945) yang digali Bung Karno, lahirnya Bung Karno (6 Juni 1901), dan wafatnya Bung Karno (21 Juni 1970).

Bahkan, Koster telah keluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 19 Tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno. "Bupati/Walikota se-Bali juga mengeluarkan peraturan yang sama untuk mengenang dan peringatan Bulan Bung Karno," papar Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.

Gubernur Koster pun mengajak seluruh elemen masyarakat Bali untuk melaksanakan konsep dan gagasan Bung Karno secara nyata, sesuai dengan tema peringatan Bulan Bung Karno: ‘Wana Kerthi, Taru Prana Buwana’ (pohon sebagai napas bumi), di mana dedikasi, semangat, dan inspirasi perjuangan Bung Karno, untuk bangsa Indonesia laksana keberadaan pohon bagi kehidupan). Konsep dan tema ini dapat dijadikan wahana penyebarluasan dan internalisasi ajaran Pancasila dan ajaran Bung Karno secara nyata dalam perlindungan alam semesta.

"Sehingga politik green (hijau), politik yang pro alam lestari, memanfaatkan energi baru terbarukan, pola pembangunan yang senantiasa menjaga kesucian dan kelestarian hutan, keragaman hayati, ruang hijau, serta menjadi tekad ideologis kita bersama, tidak boleh gentar, lemah, putus asa, walaupun banyak tantangan dan upaya membelokkan cita-cita tersebut," katanya.

Koster mengatakan harus tegas demi kelangsungan harmoni alam dan kebudayaan Bali, hutan, kekayaan hayati yang jadi sumber kehidupan, namun sebagai inspirasi dalam menata kehidupan sosial. Disebutkan, Bung Karno dalam merumuskan Pancasila, dengan memasuki desa-desa di Indonesia. Termasuk saat Bung Karno dalam di pengasingan di Pulau Ende, Nusa Tenggara Timur.

"Di bawah pohon sukun, Bung Karno menyerap energi supranatural, Tri Murti pada dedaunan dan dahan pohon. Harmoni beliau dengan semesta, yang  memancarkan keindahan alam semesta. Inilah tema Wana Kerthi ini jadi kontekstual. Terlebih, di tengah pandemi Covid-19 ini, di mana tumbuhan bisa menjadi sumber usadha (pengobatan). Jadi, gagasan dan ide Bung Karno harus dilaksanakan untuk elemen masyarakat," pinta Koster. "Saya mengajak generasi muda, mari dengan suka cita, mari memikul tanggung jawab ideologis ini." *nat

Komentar