nusabali

Belum Dijaga dengan Baik, Museum Subak Undang Seluruh Elemen untuk Hargai Air

  • www.nusabali.com-belum-dijaga-dengan-baik-museum-subak-undang-seluruh-elemen-untuk-hargai-air

TABANAN, NusaBali
Meseum Subak kembali menggaungkan keberadaannya di tengah pandemi Covid-19. Kali ini dengan menggelar seminar bertema ‘Sakralisasi Air Dalam Subak’ di Museum Subak, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan, Senin (24/5).

Tema ini diangkat melihat fenomena di lapangan air masih banyak dirusak oknum tak bertanggung jawab. Merusak air yang dimaksud, masih banyak dijumpai air dijadikan tempat membuang sampah sembarangan, berludah sembarangan, hingga membuang kotoran. Padahal untuk menjaga kualitas air sudah tertuang dalam sejumlah kitab suci, mulai dari Manawa Dharmasastra, Canakya Nitisastra, Artha Sastra, dan Sarasamuccaya.

Seperti yang dikutip di dalam kitab Manawa Dharmasastra yang diterjemahkan, ‘Hendaknya ia jangan melemparkan air kencingnya, atau kotorannya ke dalam air sungai. Tidak pula ludah, juga tidak boleh melemparkan perkataan yang berisi hal-hal yang tidak suci, tidak pula kotoran-kotoran lain, tidak pula atau hal-hal yang berbisa’.

Kepala UPTD Museum Subak Ida Ayu Nyoman Ratna Pawitrani menjelaskan seminar yang digelar ini sebagai upaya untuk mengenalkan museum subak ke masyarakat. Sehingga diangkat tema ‘sakralisasi air dalam subak’. “Air ini sangat sakral, bahkan di dalam kitab suci yang kita punya sudah dituangkan untuk tidak boleh membuang kotoran, bahkan kencing maupun meludah,” ujarnya.

Dikatakannya, tema air diangkat karena melihat dari fenomena di lapangan masih banyak dijumpai kualitas air atau kesucian air yang belum dijaga dengan baik. Masih banyak dijumpai sampah, kotoran, yang dibuang ke air. “Air sakral biasanya kita bisa jumpai saat ada upacara agama saja, selepas itu sudah tidak ada. Yang kita jumpai justru banyak sampah di saluran air, padahal air ini adalah yang memberi kehidupan seluruh makhluk,” beber Pawitrani.

Kadis Kebudayaan Tabanan I Gusti Ngurah Supanji mengatakan, seminar tentang nilai-nilai budaya lokal semacam ini rutin digelar Museum Subak Sanggulan hampir tiap tahun dengan topik berbeda.

Hasil dari pertemuan ini akan dituangkan dalam bentuk buku yang akan dijadikan acuan atau panduan bagi pemda untuk pembangunan sektor pertanian, apalagi saat ini tengah disusun RPJMD termasuk rencana strategis Dinas Kebudayaan 2021-2026. “Kegiatan ini selaras dengan visi misi Bupati Tabanan dan Gubernur Bali terkait dengan pembangunan semesta Bali berlandaskan nilai-nilai lokal Bali,” kata Ngurah Supanji.

Seminar tersebut menghadirkan tiga narasumber, Dr Drs I Wayan Suardiana, Dr Dra Ida Ayu Tary Puspa, dan Drs I Gusti Ngurah Tara Wiguna dengan mengundang sejumlah elemen mulai dari sabhantra pekaseh, subak, OPD terkait, dan masyarakat. *des

Komentar