nusabali

Korban Wayan Uliantara Ditemukan Tewas Terdampar di Pengambengan

Nelayan Desa Perancak, Kecamatan Jembrana Akhirnya Ditemukan Setelah 15 Jam Hilang di Laut

  • www.nusabali.com-korban-wayan-uliantara-ditemukan-tewas-terdampar-di-pengambengan

Jasad korban Wayan Uliantara pertama kali ditemukan kakaknya, Made Sujana, petugas Bawalista Pantai Kuta Utara yang memimpin langsung upaya pencarian di Pantai Pengambengan, Jembrana, Minggu malam

NEGARA, NusaBali

Setelah menghilang 15 jam lebih, nelayan asal Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, I Wayan Uliantara, 41, akhirnya ditemukan tak bernyawa, Minggu (21/3) malam sekitar pukul 22.30 Wita. Jasad korban terdampar terdampar di Pantai Pengambengan kawasan Banjar Keta-pang Muara, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, yang berjarak 2 kilometer arah barat dari lokasi TKP menghilang.

Korban Wayan Uliantara sebelumnya dilaporkan hilang saat perahunya ditemukan terombang-ambing tanpa awak dalam kondisi mesin hidup di perairan jalur Ujung Muara Sungai Perancak, Desa Perancak, Minggu (21/3) pagi pukul 07.00 Wita. Nelayan berusia 41 tahun ini baru ditemukan dalam kondisi meninggal, Minggu malam pukul 22.30 Wita atau 15 jam lebih pasca hilang. Jasad korban ditemukan oleh pihak keluarga yang berupaya melakukan pencarian ke pesisir Pantai Pengam-bengan.

Begitu menemukan jasad korban, pihak keluarga langsung melapor ke petugas Pos SAR Jembrana dan Sat Polair Polres Jembrana. Selanjutnya, Tim SAR Gabungan turun ke lokasi untuk mengevakuasi jasad korban. Dari tepi Pantai Pangembangan, jasad korban Wayan Uliantara kemudian dibawa menggunakan mobil ambulans BPBD Jembrana ke rumah duka di Banjar/Desa Perancak, Kecamatan Jembrana.

“Kami menerima laporan korban ditemukan Minggu malam sekitar pukul 22.30 Wita. Setelah menerima laporan, jasad korban langsung dievakuasi dan dibawa ke rumah duka sekitar pukul 23.15 Wita,” ujar Koordinator Pos SAR Jembrana, Dewa Putu Hendri Gunawan, Senin (22/3).

Sementara itu, pemantauan NusaBali di rumah duka, Senin kemarin, pihak keluarga beserta krama adat Desa Perancak tampak tengah menyiapkan sejumlah peralatan upakara. Jenazah korban tenggelam ini rencananya akan dilaksanakan di Setra Desa Ada Perancak pada Buda Wage Warigadean, Rabu (24/3) besok. Sedangkan prosesi nyiramang layon sudah dilaksanakan di rumah duka pada Soma Paing Warigadean, Senin sore.

Korban Wayan Uliantara berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Sayu Putu Arini, 40, sertai 3 orang anak: Ni Luh Windariasih, 19, Ni Kade Windi Arianti, 16, dan I Komang Wirasaputra, 10.

Terungkap, ditemukannya jasad Wayan Uliantara yang terdampar di Pantai Pengambengan, Minggu malam, tidak terlepas dari upaya pencarian yang dikoordinasikan kakak korban, I Made Sujana, 47, seorang PNS Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. Made Sarjana yang sehari-hari sebagai petugas Balawista di Pantai Kuta Utara, Badung punya firasat adiknya terbawa arus ke arah barat menuju Pantai Penga-mbangan.

Made Sujana mengaku punya firasat adiknya terbawa arus ke arah barat, dengan melihat kondisi arus di perairan Ujung Muara Sungai Perancak. Berdasar analisanya, sesuai keadaan dorongan arus yang lebih kuat dari laut (selatan), kecil kemungkinan korban terseret ke tengah laut (arah selatan) maupun masuk ke alur Sungai Perancak. Dia memperkirakan pergerakan arus dari laut yang juga terpecah karena terdorong pertemuaan arus dari Sungai Perancak, melebar ke barat menuju perairan Pengambengan. “Makanya saya ajak beberapa keluarga lakukan pencarian ke Pantai Pengambengan,” ujar Sujana di rumah duka, Senin kemarin.

Namun, sebelum berangkat melakukan pencarian ke Pantai Pengambengan, Sujana yang pulang ke rumahnya di Jembrana pada Minggu petang, sempat bersembahyang seraya nunas ica (memohon) kepada leluhur di merajan (pura keluarga), agar adiknya segera ditemukan. Begitu juga ketika akan memulai pencarian, dirinya bersama keluarga sempat kembali berdoa dan ngaturan canangsari di Pantai Pengambengan. “Kami sekeluarga mulai lakukan pencarian Minggu malam sekitar pukul 21.00 Wita,” ujar Sujana, yang sudah hampir 20 tahun menjadi petugas Balawista dan sehari-hari tinggal di Denpasar.

Nah, saat berjalan sekitar 200 meter dari titik awal pencarian di Pantai Pangambengan malam itu, Sujana sempat melihat ada benda seperti kepala dengan tubuh orang terdampar di pinggir pantai. Namun, setelah didekati dan disenter, ternyata itu kelapa dan kayu yang terbentang seperti tubuh manusia.

Meski sempat terkecoh, Sujana bersama keluarganya tetap berusaha melanjutkan pencarian korban. Mereka erus menyisir pantai sambil menganti ke tengah laut. Kemudian, Sujana kembali melihat benda serupa dalam jarak sekitar 50 meter dari tempat ditemukannya kelapa dan kayu mirip tubuh manusia sebelumnya. Begitu didekati, ternyata betul jasad korban Wayan Uliantara.

“Adik saya ditemukan terdampar di pinggir pantai dalam keadaan sudah meninggal. Begitu ditemukan, kita langsung evakuasi ke jalan terdekat. Setelah itu, saya hubungi dulu keluarga di rumah agar menyiapkan upakara. Habis itu, barulah saya hubungi Tim SAR untuk bantu evakuasi. Kemudian, Tim SAR datang, disusul ambulans untuk membawa jasad adik saya ke rumah duka,” papar Sujana.

Menurut Sujana, dirinya sempat melihat dari hidung adiknya keluar darah, kemungkinan karena terbentur sesuatu ketika tenggelam. Namun, dia tidak melihat secara pasti apakah ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. “Yang jelas, kita sudah mengikhlaskan ini sebagai musibah. Kami yakin adik saya memang murni tenggelam,” katanya.

Korban Wayan Uliantara sendiri, sebagaimana diberitakan, awalnya berangkat melaut naik perahu, Sabtu (20/3) malam sekitar pukul 20.00 Wita. Dia melaut barengan dengan beberapa rekan seprofesi sesama asal Desa Perancak, dengan naik perahu masing-masing.

Korban sempat memancing bersama salah satu rekannya, I Ketut Sudiarna, 41, di seputaran perairan Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, sampai Minggu subuh pukul 05.00 Wita. Korban dan Sudiarna kemudian memutuskan pulang. Mereka tiba di lokasi ombak jalur keluar-masuk perairan di Ujung Muara Sungai Peran-cak,pagi pukul 07.00 Wita, saat ombak cukup besar. Sudiarna melintas ke tepi duluan, sementara korban Wayan Uliantara pilih menyusul dengan dalih mau menunggu rekannya yang lain. Namun, tak lama berselang, perahu korban ditemukan terombang-ambing tanpa awak dalam kondisi mesin masih hidup. *ode

Komentar