nusabali

Layar Terganjal Regenerasi

  • www.nusabali.com-layar-terganjal-regenerasi

DENPASAR, NusaBali
Memiliki kekayaan bahari, namun pengembangan cabang olahraga (cabor) layar di Bali masih sulit.

Terbukti hingga saat ini, belum terbentuk Pengkab/Pengkot di daerah-daerah. Padahal ada delapan Pengkab/Pengkot, kecuali Kabupaten Bangli, yang daerahnya memiliki hamparan perairan.

"Kita memang kesulitan melakukan proses regenerasi. Jumlah atlet memang sangat terbatas. Jadi tidak mudah mengembangkan olahraga layar di Bali," ungkap Sekum Pengprov Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (Porlasi), Wayan Sujana, Selasa (11/8).

Menurut Sujana ada banyak kendala dalam melakukan regenerasi atlet. Pertama atlet layar harus wajib bisa berenang, karena tempat lokasi latihan dan tempat bertanding memang di laut. Kendala lainnya alat-alat layar harganya cukup mahal. Satu set peralatan layar seharga Rp 150 juta. Alat semahal itu bahkan diakui cepat rusak.

Tak hanya itu,  beli alatnya juga sangat susah. Harus beli di Singapura. Makanya cabor layar sangat membutuhkan bapak angkat untuk jadi sponsornya. "Kami pernah terjun ke semua daerah mengembangkan layar. Atlet pemula ada mau latihan. Tapi begitu kita plot untuk latihan, alatnya tidak ada. Siapa yang mau memfasilitasi dengan harga yang cukup mahal itu. Akhirnya mandeg dan tidak jalan lagi," tutur Sujana.

Pria yang juga pelatih layar PON Bali itu mengatakan, proses pembinaan juga menunggu waktu yang cukup lama untuk bisa diterjunkan di level nasional. Bahkan kecenderungannya jarang peminat anak muda untuk menekuni cabor layar.  "Dulu pernah ada sponsor, tapi sebatas memberikan pakaian saja. Selebihnya bergantung pada anggaran di KONI Bali," kata Sujana.

Atlet pun paham hanya dipakai empat tahun sekali saat gelaran Pra PON dan ajang PON. Setiap turun di kejuaraan nasional dan internasional bahkan tidak ada uang sebagai hadiahnya. “Atlet bertanding sering tanpa yang saku. Belum lagi mereka merasa tidak diperhatikan saat bertanding. Bertanding di laut memang tidak bisa ditonton. Lain kalau menekuni cabor sepakbola, saat bertanding banyak yang menyaksikan,” ujarnya.

Dan, jikapun ada menekuni kemungkinan mengarah ke surfing saja. Tidak sampai ke cabor layar. "Jarang anak muda mau kulitnya hitam. Karena ini risiko jadi atlet layar. Sering berjemur di pantai saat latihan. Ini banyak sekali kendalanya mengembangkan cabor layar," tutur Sujana.

Sujana yang juga salah satu pengurus KONI Bali itu menyebutkan, saat ini yang terdaftar sebagai atlet layar Bali bisa dihitung dengan jari yakni Wayan Duta Kirana, Kadek Joe, IB Baruna, I Gusti Danendra Hazel, I Gusti Gopala Sulaksana, Kadek Widnyana, Gusti Candra Pertiwi Sulaksana, Gede Subagiasa, Nyoman Suartana, Wayan Wiranatha, Made Astika, dan I Gusti Made Oka Sulaksana. "Kami sulit sekali melakukan pembibitan atlet. Itu akibat Pengcab belum ada," tegas Sujana. *dek

Komentar