nusabali

Sambut New Normal, 1.188 Pendeta Hindu se-Nusantara Gelar Doa

PHDI dan MGPSSR Didukung ITB STIKOM Bali Gelar Puja Shanti Samgraha

  • www.nusabali.com-sambut-new-normal-1188-pendeta-hindu-se-nusantara-gelar-doa

DENPASAR, NusaBali
Tak cukup hanya dengan upaya sekala, jalan niskala pun harus ditempuh menghadapi pandemi Covid-19.

Apalagi menjelang diberlakukannya new normal di Bali pada 9 Juli 2020 mendatang. Kehati-hatian, kewaspadaan terhadap virus yang meneror umat manusia sejak enam bulan silam, perlu dibarengi dengan upaya-upaya niskala.

Karena itulah pada Kamis (2/7) siang, digelar doa serentak yang melibatkan 1.188 pendeta, panindia dan pemangku se-Nusantara. Acara yang diberi label ‘Puja Shanti Samgraha’ ini digagas oleh ITB STIKOM Bali bekerjasama dengan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat dan PHDI Bali serta Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR).  

Puja Shanti Samgraha yang digelar serentak di 34 provinsi seluruh Indonesia berlangsung menarik, karena seluruh ‘partisipan’ terhubung dalam aplikasi zoom meeting yang dipusatkan di kampus ITB STIKOM Bali. Upacara di halaman kampus di kawasan Renon Denpasar tersebut, dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Jaya Satwikanda dari Griya Taman Bali Bangli, diikuti oleh puluhan orang, termasuk dihadiri Rektor ITB STIKOM Bali Dr Dadang Hermawan.

“Kami berperan serta karena kami tahu ITB STIKOM hanya memiliki kekuatan IT, memanfaatkan zoom dan internet untuk menyatukan masyarakat di Bali, di Indonesia, bersama-sama berdoa, mencapai kedamaian setelah enam bulan terjadi pandemi Covid-19,” ujar Prof Dr I Made Bandem MA, Pembina Yayasasan Widya Dharma Shanti, induk ITB STIKOM Bali.

Prof Bandem menekankan bahwa sebagai anak bangsa yang berketuhanan berdasarkan nilai-nilai Hindu yang bersumber dari Veda dan sejalan dengan nafas Pancasila tidak boleh menyerah dengan ujian pandemi Covid-19. “Kita harus terus berupaya hingga rasa aman, tentram, dan kedamaian terwujud. Oleh sebab itu, setiap orang secara sendiri-sendiri dan secara bersama-sama berupaya apapun yang dapat dilaksanakan untuk keluar dari rasa takut tersebut,” kata Prof Bandem.

Menurut Prof Bandem, dalam rangka menyambut datangnya harapan baru ‘new normal’, maka alangkah baiknya umat Hindu sebagai bagian dari bangsa ini menyatukan langkah melalui spirit suci melakukan kegiatan puja bersama untuk memohon keselamatan dan kedamaian masyarakat di bumi Nusantara khususnya, dan masyarakat di seluruh dunia.

Sementara itu Ketua MGPSSR, Prof  Dr  I Wayan Wita,  menyebut bahwa pandemi Covid-19 sebagai baya agung yang harus dihadapi umat manusia lantaran hingga saat ini belum ada vaksin maupun obatnya.  “Baya agung Covid bukan hanya menyerang kesehatan, melainkan segala sendi kehidupan kita. Oleh karena itu, dengan doa kita tidak akan jatuh dalam kepanikan berlebihan, keputusasaan, dan ketakutan berlebihan yang menurunkan daya tahan kita,” kata Prof Wita.

Mantan Rektor Universitas Udayana ini pun menyebutkan bahwa protokol kesehatan mulai dari penggunaan masker, cuci tangan, tidak berkerumun hingga physical distancing harus dipatuhi semua masyarakat, “Selain itu kegiatan Puja Shanti Samgraha dimaksudkan agar kita semua mendapat anugerah tuntunan dari Tuhan Yang Maha Esa di manapun kita berada diberi kekuatan spiritual, mental, fisikal, sehingga kita bisa melawan baya agung Covid-19,” urai Prof Wita. “Masyarakat kita diserang kesehatan ekonomi, kesehatan fisik, kesehatan mental. Inilah salah satu doa yang dilakukan, salah satu terapi berdoa mohon kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa  supaya bisa menghadapi baya agung,” imbuhnya.

Doa  seribuan pemuka agama Hindu dari seluruh Indonesia itu pun bukan tanpa alasan melibatkan 1.188 orang.  Prof Bandem menyebut angka 1.188 mengandung nilai matematika mistis Hindu berhubungan dengan Devata Navasangga yang menguasai seluruh penjuru mata angin. “Angka 1.188 jika dikupas adalah 1+1+8+8=18 . Selanjutnya  1+8=9,” terang Prof Bandem. “Aspek natural dan supranatural itulah yang mendorong kami menyelenggarakan acara Puja Shanti Samgraha, kami menghadirkan 1.188 pandita dan pinandita dalam webinar untuk mengucapkan mantra, dan mantra  yang digunakan adalah OmDyauh santir antariksam santih Prthivi santir apah santir. Osadhayah santih vanaspatayah santir Visve devah santir eva santih. Sa ma santir edhi. Yang artinya: Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, Anugerahkanlah kedamaian kepada seluruh mahkluk yang ada di langit, di angkasa, di bumi, di air, pada tumbuh-tumbuhan, pada semak-semak, dalam hutan, di alam para dewata, di alam brahma. Damai di seluruh alam semesta. Semoga kedamaian senantiasa datang kepada kam
i,” cetus mantan Rektor ISI Jogjakarta dan ISI Denpasar ini.

Disebutkan,  Puja Bersama ini bertujuan untuk menyucikan dan memurnikan bumi dari efek vibrasi negatif, baik dari hal yang bersifat sakala dan niskala melalui alunan suara genta dibunyikan oleh 88 (delapan puluh delapan) pandita Shiwa dan pandita Budha serta diriingi oleh 1.100 (seribu seratus) suara genta yang dibunyikan oleh para pemangku atau pinadita di seluruh Nusantara. “Melalui vibrasi mantra dan suara genta para pandita dan pinandita diharapkan dapat mesuperposisi dan mereduksi vibrasi gelombang negatif Covid-19, sehingga energi negatif Covid-19 dapat dinetralkan,” ujar Prof Bandem.

Selanjutnya Prof Bandem menerangkan bahwa aktivitas doa bersama ini sesungguhnya sebagai kewajiban suci para pandita dan pinandita mewakili umat manusia yang bertugas mengembalikan sifat Bhutakala menjadi sifat Dewata. “Inilah yang dimaksud dalam semua pustaka suci, bahwa manusia adalah makhluk paling mulia. Hal ini juga menjadi bukti bahwa Covid-19 datang ke bumi untuk menagih janji kepada para pandita agar mengembalikan para Bhutakala menjadi Dewa,” tuntas Prof Bandem. *mao

Komentar