nusabali

Tren Sepeda Custom di Tengah Pandemi

  • www.nusabali.com-tren-sepeda-custom-di-tengah-pandemi

DENPASAR, NusaBali
Bersepeda kini menjadi salah satu olahraga yang tengah menjadi tren saat pandemi. Seiring tren tersebut pula, M Nasir, pemilik bengkel sepeda di Jalan Nusa Kambangan gang Dahlia, Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat, kebanjiran permintaan dari masyarakat untuk memodifikasi sepeda gayung.

Ramainya permintaan untuk memodifikasi sepeda custom ini cukup membuatnya kewalahan. Dirinya yang biasa bekerja tanpa terburu-buru, kini banyak dikejar pelanggan yang menginginkan sepeda customnya untuk segera diselesaikan. Model yang menjadi populer untuk menjadi modifikasi yaitu model sepeda fixie dengan sentuhan warna-warna candy. Memang, model fixie telah menjadi populer sejak beberapa tahun belakangan ini.

Namun, sejak pandemi menyerang tiga bulan yang lalu, permintaan akan sepeda fixie semakin meningkat. Dalam sehari, dirinya bisa membuat tiga hingga empat sepeda. “Kalau bikin dari awal bisa tiga, empat.  Dulu kadang saya bisa nyetok, sekarang tidak bisa nyetok. Diuber-uber terus. Dulu yang sudah selesai bisa saya pajang, bikin lagi, selesai, pajang. Sekarang belum saya pajang pun sudah ada yang pesan,” ujar Muhammad Nasir saat ditemui di bengkel kerjanya, Sabtu (20/6).

Warga yang memesan sepeda custom di bengkelnya, beberapa di antaranya membawa desain gambar sepedanya kemudian meminta Nasir untuk membuat sepedanya persis seperti di gambar. Ada juga yang membeli langsung jadi untuk langsung dibawa bersepeda. Sementara itu, beberapa warga yang membawa sepeda model lipat, umumnya meminta untuk dicat ulang. 



Untuk pengerjaan bagian badan (body) sepeda custom, Muhammad Nasir mematok kisaran harga antara Rp 550.000 – Rp 600.000 untuk model klasik, sementara untuk sepeda Os harganya bisa mencapai Rp 1.500.000 hanya untuk bagian body sepeda. Sementara itu, jika total mereparasi keseluruhan sepeda, untuk model klasik berkisar antara Rp 1.500.000 – Rp 1.600.000, dan mencapai harga di atas 2 juta rupiah untuk model sepeda Os, tergantung permintaan pelanggan.

Dalam mengerjakan sepeda custom ini, Muhammad Nasir dibantu oleh tiga orang pekerja. Dua di antaranya merupakan pegawai tetap. “Yang dua ini (tetap). Satu memang sementara ini untuk bantuin ini. Yang satu itu memang orang sini, dia tidak bekerja saya ajak untuk bantu,” lanjut pria berusia 38 tahun ini.

Muhammad Nasir sendiri juga telah menjadi teknisi sepeda sejak lama, sebuah keahlian yang diwariskannya dari sang ayah. Awalnya, dirinya membuka layanan bengkel untuk sepeda gayung dan sepeda motor, namun lama kelamaan dirinya fokus untuk melayani perbaikan dan pembuatan sepeda custom saja. “Dulu sambil sama motor, karena terlalu ribet ngurusinnya jadi fokus ke sepeda saja,” bebernya.

Bengkel yang buka sejak pukul delapan pagi, bahkan lebih awal, hingga pukul lima sore ini memiliki pelanggan yang luas, mulai dari sekitar wilayah Denpasar hingga seluruh Bali. Bahkan, ada beberapa wilayah di luar Bali, seperti dari Jawa, yang mengirimkan sepedanya ke bengkel milik Muhammad Nasir. Ada pula, pemuda yang ingin belajar langsung dari Muhammad Nasir.



Hal ini membuatnya piawai dalam mereparasi jenis sepeda apapun, mulai dari model fixie yang biasa bahkan model fixie yang tak lazim, yakni berisi rem dan gear. Baginya, justru model yang seperti itu lebih aman. Rata-rata, penyuka model sepeda fixie berasal dari kalangan pemuda. Selain itu, saat musim libur sekolah yang menjadi musim favorit lainnya untuk bersepeda, jenis yang paling banyak direparasi yaitu jenis sepeda untuk anak-anak.

Selain mereparasi sepeda, dia juga melayani jual beli sepeda bekas bagi warga yang ingin melakukan tukar tambah. Biasanya, Nasir akan mereparasi sepeda tersebut untuk kemudian dijual kembali. Namun di tengah ramainya pelanggan saat pandemi ini, dia lebih fokus untuk memenuhi pesanan pelanggan terlebih dahulu. *cr74

Komentar