nusabali

ST Dharma Subhiksa Bikin Ogoh-ogoh dari Limbah Serbuk Kayu

  • www.nusabali.com-st-dharma-subhiksa-bikin-ogoh-ogoh-dari-limbah-serbuk-kayu

DENPASAR, NusaBali
Kreasi ogoh-ogoh berbahan ramah lingkungan terus bermunculan di kalangan Sekaa Teruna (ST) di Kota Denpasar.

Seperti yang dilakukan ST Dharma Subhiksa, Banjar Sasih, Desa Panjer, Denpasar Selatan, yang membuat kreasi ogoh-ogoh dengan memanfaatkan limbah serbuk kayu.

Penggunaan limbah serbuk kayu digunakan untuk melapisi bagian luar karakter ogoh-ogoh manusia sekaligus pengganti cat. "Kebetulan warna serbuk kayu cocok dengan warna kulit, jadi kami pakai," tutur Ketua ST Dharma Subhiksa, I Made Sandi Jaya, Kamis (5/3).

Untuk mendapatkan limbah ini, mereka mendatangi perajin kayu yang ada di kawasan Panjer. "Karena di sini cukup banyak pengrajin kayu, jadi nggak begitu susah nyarinya," sambungnya. Serbuk kayu sebanyak 2 kilogram mereka kumpulkan selama sekitar satu minggu.

Ogoh-ogoh bertemakan 'Legu Gondong' ini mulai mereka kerjakan sejak pertengahan Januari lalu dengan anggaran Rp 10 juta. Selain karakter manusia, mereka juga membuat nyamuk raksasa sebagai ogoh-ogoh utamanya.



Berbeda dengan karakter manusia yang menggunakan serbuk kayu, karakter ini menggunakan 20 kilogram beras dan biji-bijian untuk pewarnaan. "Jadi kami memang seminimal mungkin menggunakan cat untuk pewarnaannya," ujarnya.

Sandi menjelaskan Ogoh-ogoh Legu Gondong diadopsi dari kisah asal Desa Sanur Kauh. Alkisah penduduk desa diserang wabah penyakit yang disebarkan legu lantaran mereka tidak pernah melakukan upacara yadnya di Pura Dalem Blanjong.

Pendek cerita, sang legu yang merupakan kawisesan Rangda Jero Agung bisa dikendalikan oleh Ki Mekel Klutug utusan Puri Kesiman lewat sebuah pertempuran. "Cerita itu kami garap dalam ogoh-ogoh tahun ini setelah meminta izin kepada pangelingsir di sana dan Pemangku Pura Dalem Blanjong," jelasnya.

Pengerjaan Ogoh-ogoh Legu Gondong ini sudah rampung 85 persen. Rencananya, sayap nyamuk raksasa akan dibikin bergerak menggunakan teknologi mesin. "Dari 2013 kami memang sudah bikin ogoh-ogoh bergerak. Namun waktu itu masih manual. Sekarang sudah ada teknologi untuk dimanfaatkan," ujarnya. *cr75

Komentar