nusabali

Bangkit, Maria Londa Sabet Emas

Coki Kehilangan Medali Emas Cabang Karate

  • www.nusabali.com-bangkit-maria-londa-sabet-emas

Maria Londa jadi atlet Bali ke-6 sabet emas SEA Games 2019, setelah Kadek Anny Pandini, Gede Agastya Dharma Wardhana, Gede Ganding Kalbu Soethama, Sanggoe Dharma Tanjung, Gede Siman Sudartawa

DENPASAR, NusaBali

Maria Natalia Londa, 29, menjadi atlet asal Bali keenam yang sukses persembahkan medali emas bagi kontingen Indonesia dalam pesta olahraga multievent se-Asia Tenggara SEA Games XXX 2019, di Filipina. Maria Londa sabet medali emas dari nomor spesialiasinya lompat jauh putri, Minggu (8/12).

Dalam lomba cabang atletik SEA Games XXX 2019 yang digelar di Stadion Atletik Clark, New Clark Citu, Filipina, Minggu kemarin, Maria Londa pastikan medali emas dengan lompatan sejauh 6,47 meter. Jarak tersebut dibukukan atlet kelahiran Denpasar, 29 Oktober 1990 ini, pada lompatan terakhir dari enam percobaan.

Maria Londa mengungguli atlet Thailand, Parinya Chuaimaroeng, yang harus puas kebagian medali perak dengan lompatan terbaik 6,23 meter. Sedangkan medali perunggu lompat jauh putri direbut atlet Vietnam, Mong Mo Vu Thing, dengan lompatan sejauh 6,16 meter.

Ini medali kedua bagi Maria Londa di SEA Games 2019. Sehari sebelumnya, Sabtu (7/12), ratu lintasan atletik kebanggaan Bali ini juga sukses sabet medali perak di nomor lompat jangkit putri dengan lompatan sejauh 13,60 meter. Saat itu, dia diungguli atlet Thailand, Chuaimaroeng, yang meraih emas dengan lompatan 13,75 meter. Sedangkan perunggu lompat jangkit diraih atlet Vietnam, Thi Men Vu, dengan lompatan 13,55 meter.

Bagi Maria Londa, ini merupakan kebangkitan, setelah sempat gagal sabet medali emas dalam SEA Games XXIX 2017 di Malaysia. Saat itu, Maria Londa hanya kebagian 2 medali pereak, masing-masing melalui nomor lompat jauh (dengan lompatan 6,47 meter) dan lompat jangkit (dengan lompatan 13,52 meter).

Sedangkan pada SEA Games XXVIII 2015 di Myanmar, Maria Londa kebagian medali emas nomor lompat jauh (dengan lompatan 6,70 meter) dan medali perunggu lompat jangkit (dengan lompatan 13,75 meter). Sementara 2 tahun sebelumnya, Maria Londa sukses borong 2 medali emas di SEA Games XVII 2013, masing-masing melalui nomor lompat jauh (dengan lompatan 6,39 meter) dan lompat jangkit (lompatan 14,17 meter).

Maria Londa sendiri sudah tampil 6 kali secara beruntun di arena SEA Games. Pada partisipasi perdananya di SEA Games 2009, PNS Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali ini harus puas cuma kebagian 2 medali perunggu dari lompat jauh dan lompat jangkit. Sedangkan pada aksi keduanya dalam SEA Games 2011 di Jakarta-Palembang, anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Kamisus Kasi (almarhum) dan I Gusti Ayu Komang ‘Anastasia’ Ariningsih ini kebagian 2 medali perak, melalui dua nomor spesailisasinya itu.

Barulah pada aksi ketiganya di SEA Games 2013, Maria Londa sukses borong 2 medali emas. Sejak itu, Maria Londa seakan tak tertandingi di Asia Tenggara, bahkan tingkat Asia. Maria Londa pun sempat sabet medali emas nomor lompat jauh Asian Games Asian Games 2014 di Inchoen, Korea Selatan, dengan lompatan sejauh 6,55 meter. Sayangnya, dalam Asian Games 2018 di Jakarta, alumnus SMAN 2 Denpasar dan IKIP PGRI Denpasar ini hanya mampu menempati peringkat 5 nomor lompat jauh.

Setahun pasca Asian Games, Maria Londa bangkit sabet 1 emas dan 1 perak di SEA Games 2019. Hanya saja, kakak dari Riko Ardianus Meli dan Riki Arianto Mori ini gagal menyamai rekor terbaiknya dengan lompatan 6,70 meter yang diukirnya saat sabet emas lompat jauh SEA Games 2019. Meski demikian, raihan emas dari Maria Londa tetap berarti bagi kontingen Indonesia, yang kini bertahan di posisi kedua distribusi perolehan medali sementara SEA Games 2019 di bawah tuan rumah Filipina.

Maria Londa merupakan atlet asal Bali keenam yang berhasil persembahkan medali emas bagi kontingen Indonesia di SEA Games 2019 yang kini tengah berlangsung. Sebelumnya, ada 5 atlet asal Bali yang telah lebih dulu raih emas bagi Merah Putih. Tiga (3) orang di antaranya atlet judo, yakni Ni Kadek Anny Pandini, 26 (Kelas -57 Kg Putri), Gede Agastya Dharma Wardhana, 16 (Kelas +100 Kg Putra), dan Gede Ganding Kalbu Soethama, 23 (Kelas -100 Kg Putra). Sedangkan 2 atlet asal Bali lainnya yang juga sabet medali emas SEA Games 2019, masing-masing Sanggoe Dharma Tanjung di cabang skateboard (kelas street) dan perenang I Gede Siman Sudartawa (nomor 50 meter gaya punggung putra).

Sayangnya, Maria Natalia Londa belum berhasil dikonfirmasi terkait suksesnya sabet medali emas SEA Games 2019. Berkali-kali dihubungi NusaBali per telepon hingga tadi malam, ponselnya tidak diangkat.

Sedangkan pelatih Maria Londa, I Ketut Pageh, mengakui prestasi anak asuhannya ini cukup memuaskan. Semula, Maria Londa memang ditarget sabet 2 emas atau minimal 2 perak. Harapan 2 emas bahkan nyaris terwujud. Sayang, medali emas nomor lompat jangkit melayang.

“Saat turun di nomor lompat jangkit, Maria Londa mengaku sangat susah ngangkat kaki, karena sakit perut. Namun, mental bajanya membuat Maria Londa tak mudah menyerah hingga sabet medali perak,” ungkap Ketut Pageh saat diokonfirmasi per telepon, tadi malam. "Di nomor lompat jangkit, Maria Londa kalah sama atlet Thailand. Giliran di lompat jauh, Maria Londa menang atas atlet Thailand.” Lanjut Ketut Pageh.

Dikonfirmasi terpisah, ibunda Marua Londa, I Gusti Ayu Komang ‘Anastasya’ Ariningsih, yang dikonfirmasi terpisah di Denpasar tadi malam, mengaku sangat bersyukur atas rezeki yang diberikan Yang Maha Kuasa terkait sukses putrinya sabet emas. "Benar anak saya dapat medali emas? Kalau benar, saya pasti bersyukur sekali. Sebab, Maria Londa belum mengabari saya kalau dia dapat medali emas," tutur IGA Komang Ariningsih.

Menurut Ariningsih, keberhasilan yang diraih Maria Londa tidak terlepas dari kerja kerasnya selama ini: selalu rajin dan ulet dalam latihan. "Jelas kami sangat bangga, karena anak saya sudah berguna bagi negara. Dia selalu dipercaya membela Merah Putih di event internasional," tandas Ariningsih.

Menurut Ariningsih, dirinya tidak pernah berharap banyak sejak anaknya menjadi atlet. Dia hanya mendoakan agar Maria Londa usai bertanding selalu pulang dalam keadaan sehat dan selamat. Soal prestasi, itu merupakan rezeki dan kehendak Tuhan.

Soal bonus yang diraih Maria Londa atas prestasinya meraih medali di gelanggang olahraga, Arningsih selaku orangtua juga tak pernah sampai minta bagian. Sebab, semua itu diatur penuh oleh Maria Londa. “Uangnya mau dikelola untuk apa, itu keputusannya di tangan Maria Londa. Apalagi, sebentar lagi mau Hari Raya Natal. Saya hanya mendoakan yang terbaik untuk anak saya," katanya.

Sementara itu, karateka Cokorda Istri Agung Sanistya Rani alias Coki, 25, gagal mempertahankan medal;I emas yang direbutnya dalam SEA Games 2017. Bahkan, Coki gagal sekadar sabet medali perunggu setelah kalah dalam perebutan posisi III-IV dalam SEA Games 2019 di Filipina, Minggu sore. Saat perebutan medali perunggu Kumite Kelas -55 Kg Putri kemarin, Coki kalah 4-5 dari karateka Filipina, Soriano Mae Eso.

Medali emas kelas ini direbut karateka Malaysia, Poovanesan Madhuri. Sedangkan medali perak direbut karateka Thailand, Khamsi Tippawan. Penampilan Coki di SEA Games 2019 memang kurang meyakinkan. Di pertandingan pertama, Coki langsung kalah telak 2-6 dari karateka Thailand, Khamsi Tippawan. Ini disusul kekalahannya melawan Soriano Mae Eso saat perebutan medali perunggu.

Ini antiklimas bnagi Coki, yang belakangan begitu disegani lawan-lawannya. Pada SEA Games 2017 lalu di malaysia, karateka Inkai kelahiran Klungkung, 31 Desember 1994, ini sukses sabet medali emas Kumite Kelas -61 Kg Putri, setelah mengalahkan andalan Thailand, Arm Sukkiaw, dengan skor telak 7-0 di babak final. Sedangkan dalam Asian Games 2018 di Jakarta, Coki sukses sabet medali perunggu Kumite Kelas -57 Kg Putri.

Pelatih Coki, I Putu Deddy Mahardika, mengatakan akan ada evaluasi atas hasil yang dituai anak asuhannya di SEA Games 2019. "Kita akan evaluasi hasil ini, karena ada beberapa hal yang perlu diperbaiki," ujar Putu Deddy saat dihubungi NusaBali, tadi malam.

Menurut Putu Deddy, yang akan dievakuasi, antara lain, teknik bertanding Coki agar tidak terlalu dekat dengan badan lawan, sehingga ruang geraknya lebih lebar. Kemudian, pukulannya sering ragu-ragu, sehingga perlu dipertajam. “Mental Coki juga perlu diasah lagi,” katanya. Maklum, Coki baru saja kehilangan adik ketiganya, Cokorda Gede Bagus Kusuma Nanda alias Ahong, yang tewas lakalantas sebulan lalu. *k22,dek,nar

Komentar