nusabali

Disembunyikan Wong Samar, Ditemukan Setelah Dibunyikan Gong Bonangan

  • www.nusabali.com-disembunyikan-wong-samar-ditemukan-setelah-dibunyikan-gong-bonangan

Pekak Widana tidak mengalami luka yang serius, dia hanya luka gores di bagian lengan kanan padahal jalan menuju lokasi cukup jauh dan sulit.

Pekak Hilang Selama 7 Jam di Banjar Kawanan, Desa Petandakan, Buleleng


SINGARAJA, NusaBali
Peristiwa berbau mistis menimpa Pekak (Kakek) Nyoman Gede Widana, 75, warga Banjar Dinas Kawanan, Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Jumat (2/8) pagi. Pekak dengan 7 cucu ini sempat menghilang tanpa jejak hampir 7 jam, kemudian ditemukan setelah warga membunyikan tabuh Gong Bonangan.

Pekak Widana ditemukan di dasar tebing dalam posisi rebahan di atas batu paras Tukad Tangis, Banjar Dinas Kawanan, Desa Petandakan, Kecamatan Buleleng. Peristiwa ini diyakini akibat ulah Wong Samar yang menuntun Pekak Widana jalan-jalan. Karena Pekak Widana dalam kondisi sakit dan susah untuk berjalan. Apalagi harus jalan menuju Tukad Tangis, sangat tidak mungkin karena akses jalan tersebut tidak bisa dilewati, apalagi dalam kondisi masih gelap gulita.

Peristiwa mistis ini bermula, ketika Pekak Widana terbiasa bangun pagi sekitar pukul 03.30 Wita, guna buang air kecil di depan rumah. Biasanya begitu usai buang air kecil, Pekak Widana langsung kembali masuk kamar. Namun, karena tidak ada datang, istrinya Dadong (Nenek) Ketut Suati, 74, bangun melihat ke luar rumah. Dadong Suati khawatir karena suaminya sedang dalam kondisi sakit karena usia. Bahkan untuk berjalan saja Pekak Widana harus memakai tungked (tongkat dari kayu, Red).

“Adi tumben sing mekaukan, jejeh bayune ketinggalin pesu. Adi dapat be sing ade. Mih nak mare akejep gati, laut sube ilang. (Kok tumben tidak memanggil, karena khawatir saya lihat keluar. Kok sudah tidak ada, padahal baru san buang air kecil, sudah menghilang,Red),” kata Dadong Suati. Khawatir terjadi sesuatu, Dadong Suati membangunkan anak pertamanya Wayan Gunarsana, 45, agar ikut mencari orang tuanya. Karena Dadong Suati sempat mencari suaminya di sekeliling rumah termasuk kamar mandi dan dapur tidak juga menemukan.

Rumah Pekak Widana berada jauh dari pemukiman warga, sekitar 1 kilometer dari pusat desa. Pekak Widana tinggal bersama anak pertama, menantu dan cucunya dalam satu rumah. Sedangkan empat (4) anaknya lagi, tinggal jauh dan ada yang sudah kawin keluar.

Nah, Wayan Gunarsana yang dibangunkan langsung mencari ayahnya Pekak Widana. Pencarian hingga ke Tukad Tangis yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Tukad Tangis ini memiliki tebing dengan kedalaman hampir 50 meter.

Dalam kegelapan, Gunarsana berusaha menyisir tebing hingga turun ke Tukad Tangis. Karena tidak ditemukan, Gunarsana akhirnya kembali ke rumah, dan meminta bantuan kepada tetangganya. Bahkan Dia meminta tolong pada warga yang saat itu melaksanakan Puja Trisandya di Pura Desa setempat, agar mengumumkan Pekak Widana hilang lewat pengeras suara. “Saya minta tolong, siapa tahu nanti ada warga yang menemukan bapak di jalanan. Karena disini saya cari tidak ketemu. Warga yang mendengar akhirnya datang ke rumah dan ikut mencari ke sekeliling rumah,” terangnya.

Warga semakin banyak datang ikut mencari keberadaan Pekak Widana, sambil menyisir tebing Tukad Tangis. Bahkan pencarian hingga kebeberapa desa tetangga seperti Desa Runuh, dan Sari Mekar, Kecamatan Buleleng, juga tidak membuahkan hasil, hingga waktu menujukkan sekitar pukul 08.30 Wita.

Sambil lakukan pencarian, pihak keluarga berinisiatif menanyakan kepada orang pintar. Hasil penerawangan, orang pintar menyebut Pekak Widana masih hidup dan berada di sebuah tempat semacam rumah. “Begitu mendapat kabar itu, warga kemudian berinisiatif mengeluarkan Gong Bonangan, agar dibuyikan saat pencarian. Karena dengan membunyikan gong itu, warga yang disembunyikan mahluk gaib bisa ditemukan lagi,” ungkap Gunarsana.

Setelah penyisiran Tukad Tangis, sambil membuyikan Gong Bonangan, akhirnya Pekak Widana berhasil ditemukan, sekitar pukul 10.30 Wita. Pekak Widana ditemukan berada di seberang Tukad Tangis, dalam posisi merebahkan badan di atas batu paras. “Tadinya saya sudah 3 kali lewat di lokasi itu, tidak juga menemukan. Padahal saya sambil memanggil namanya teriak-teriak tidak juga ada jawaban. Ini memang sangat aneh sekali, begitu dibawakan gong, baru bisa kelihatan,” ujar Gunarsana.   

Begitu ditemukan, warga beramai-ramai menggotong Pekak Widana kembali ke rumah. Yang membuat kejadian itu berbau mistis, ternyata Pekak Widana tidak mengalami luka yang serius. Dia hanya luka gores di bagian lengan kanan. Pekak Widana yang ditemui bercerita, meski tidak begitu lancar. Saat buang air kecil, tiba-tiba pikirannya hanya ingin berjalan ke Tukad Tagis. Namun, dia tidak sadar kalau jalan yang dilalui itu sangat sulit, apalagi dalam kondisi sakit (sulit berjalan,Red). Dia juga tidak tahu apa yang dicari ke Tukad Tangis.

“Nak jeg mekeneh mejalan sube. Nak galang tepuk, siang ade nepuk bet. (Pokoknya sudah niat berjalan. Semuanya terang benderang terlihat. Tidak melihat semak-semak,” ujarnya dalam kondisi terbaring di kasur, menahan sakit.

Masih kata pihak keluarga, di lokasi penemuan Pekak Widana dikenal cukup angker, dan menjadi sarang ular. Sehingga warga tidak ada yang berani ke Tukad Tangis. Di lokasi penemuan Pekak Widana, pihak keluarga menghaturkan sesajen Tuak Arak dan Fanta, sesuai petunjuk dari orang pintar yang diminta bantuan menemukan Pekak Widana. *k19

Komentar