nusabali

Korban Sempat Berpesan kepada Suami Agar Jenazahnya Dibakar

  • www.nusabali.com-korban-sempat-berpesan-kepada-suami-agar-jenazahnya-dibakar

Korban Ni Wayan Sasih dan suaminya, I Ketut Manggis, berasal dari Desa Nawekerti, Kecamatan Abang, Karangasem, kesehariannya bekerja sebagai tukang ukir di Desa Peken Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan

Jatuh Saat Cari Air Minum di Beji Pura Anyar, Perempuan Tukang Ukir Tewas Jatuh ke Sungai Yeh GE


TABANAN, NusaBali
Musibah maut terjadi di areal pancoran beji Pura Anyar, Banjar Pekandelan, Desa Peken Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan, Senin (29/4) siang. Seorang perempuan tukang ukir, Ni Wayan Sasih, 42, tewas tenggelam setelah jatuh ke Tukad Yeh GE sedalam 4 meter, seusai mencari air minum di pancoran beji. Terungkap, jauh sebelum tewas mengenaskan, korban sempat berpesan jika kelak meninggal, jenazahnya agar langsung dibakar.

Informasi yang dihimpun NusaBali, sebelum musibah maut Senin siang sekitar pukul 11.00 Wita, korban Ni Wayan Sasih pamitan kepada sang suaminya, I Ketut Manggis, 44, untuk mencari air minum ke pancoran beji Pura Anyar. Pasutri Ketut Manggis dan Wayan Sasih berasal dari Banjar Bau Kaler, Desa Nawekerti, Kecamatan Abang, Karangasem. Meweka bekerja sebagai tukang ukir pada perusahaan milik I Wayan Darma di Banjar Pekandelan, Desa Peken Belayu, yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi TKP.

Setelah ditunggu suaminya selama 15 menit, korban Wayan Sasih tidak kunjung kembali ke tempat kerjanya. Karena itu, Ketut Manggis pun menyusul istrinya ke pancoran beji Pura Anyar yang berada di tebing Tukad Yeh GE. Setibanya di lokasi, Ketut Manggis terkejut karena dia hanya menemukan galon yang dibawa sang istri. Sedangkan istrinya tidak ada di lokasi.

Curiga terjadi sesuatu, Ketut Manggis pun memanggil rekan kerjanya untuk mencari keberadaan sang istri. Mereka melakukan pencarian dengan menyusuri aliran Tukad Yeh GE. Bahkan, Ketut Manggis sampai berenang dan menyelam di air sungai dengan bantuan bambu.

Sekitar pukul 11.30 Wita, upaya pencarian Ketut Manggis membuahkan hasil. Dia menemukan istrunya, Wayan Sasih, terperangkap di dasar air Tukad Yeh GE, namun sudah dalam kondisi meninggal. Korban diduga terpeleset jatuh ke sungai dari tebing pancoran beji Pura Anyar setinggi 4 meter, lalu tenggelam.

Jasad korban selanjutnya dievakuasi warga beramai-ramai dari dasar sungai. Beberapa lama kemudian, barulah datang petugas kepolisian dan BPBD Tabanan. Oleh petugas gabungan dan dibantu warga, jasad korban Wayan Sasih langsung dibawa naik menggunakan tandu BPBD Tabanan. Proses evakuasi yang berlangsung sekitar 30 menit itu mengambil arah ke utara melalui Sema (Kuburan) Jawa di Desa Kukuh, Kecamatan Marga---agar tidak mengganggu kesucian Pura Anyar jika lewat arah selatan.

Kapolsek Marga, AKP I Gusti Made Sudarma, kemarin siang ikut terjun ke lokasi TKP musibah maut, memantau anggotanya yang melakukan evakuasi. Menurut AKP IGM Sudarma, korban Wayan Sasih diduga terpeleset saat mencari air di pancoran beji Pura Anyar, hingga jatuh ke sungai.

"Diduga kuat korban terpeleset jatuh ke sungai. Dugaan itu dikuatkan dengan adanya luka di telapak tengan tangan korban. Diperkirakan, saat terpeleset jatuh, korban sempat coba berpegangan di batu karang, sebelum tercebur ke sungai dan tenggelam. Menurut keluarganya, korban tidak bisa berenang," papar AKP Sudarma, Senin kemarin.

AKP Sudarma menyebutkan, korban Wayan Sasih dan suaminya selama ini tinggal di rumah kontrakan kawasan Banjar Lebah Pangkung, Desa/Kecamatan Mengwi, Badung. Kesehariannya, pasutri asal Karangasem ini bekerja sebagai tukang ukir di Banjar Pekandelan, Desa Peken Belayu, Kecamatan Marga. Korban pun biasa mencari air minum ke pancoran beji Pura Anyar, yang gerada di tebing Tukad Yeh GE.

Jasad korban Wayan Sasih kemarin sempat dibawa ke BPRSD Karangasem untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan dibersihkan. Sorenya, jenazah korban diantar mobil ambulans BRSUD Tabanan ke rumah duka di Banjar Bau Kaler, Desa Nawekerti, Kecamatan Abang untuk diupacari.

"Korban tidak memiliki riwayat sakit apa pun. Pihak keluarga menganggap kematian korban sebagai musibah. Mereka tak mau dilakukan optopsi jenazah, sehingga jenazahnya sudah dibawa ke rumah duka di Karangasem menggunakan mobil ambulans BRSUD Tabanan," jelas AKP Sudarma.

Korban Wayan Sasih berpulang buat selamanya dengan meninggalkan suami tercinta Ketut Manggis dan dua anak lelaki, yakni I Wayan Nanda (masiswa sebuah perguruan tinggi) dan I Kade Edi (masih sekolah TK). Kematian tragis Wayan Sasih meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya.

Menurut sang suami, Ketut Manggis, ada cerita berbau niskala di balik kematian tragis istrinya. Sekitar 10 tahun sebelum kematiannya, korban Wayan Sasih sempat berpesan kepada suami agar jika kelak meninggal, supaya langsung dibakar. "Itu pesan sudah lama, sekitar 10 tahun lalu," tutur Ketut Manggis. Karena itu, pihak keluarga akan berusaha memenuhi pesan almarhum.

Sementara itu, ipar korban, Ni Luh Sa, mengatakan empat hari sebelum peristiwa maut, dirinya sempat bermimpi aneh. Dalam mimpi, rambutnya dipotong. "Saya mimpi rambut dipotong-potong. Ternyata, begini jadinya,” kenang Luh Sa.

Lain lagi penuturan Wayan Darma, pemilik usaha di Banjar Pekandelan, Desa Peken Blayu di mana pasutri Ketut Manggis dan Wayan Sasih bekerja sebagai tukang ukir. Menurut Wayan Darma, korban dan suaminya sudah diajak kerja di tempat usahanya selama 30 tahun, sejak mereka masih anak-anak. “Almarhum (Wayan Sasih) orangnya baik dan polos. Dia sudah biasa mencari air ke pancoran beji,” kata Wayan Darma. *des

Komentar