nusabali

Korban Tewas Banjir di Sentani Tembus 80 Orang

  • www.nusabali.com-korban-tewas-banjir-di-sentani-tembus-80-orang

Jumlah korban tewas dalam bencana banjir bandang di 9 kelurahan kawasan Kecamatan Sentani, Jayapura, Papua, Sabtu (16/3) malam, terus bertambah.

JAYAPURA, NusaBali
Hingga Senin (18/3), jumlah korban tewas sudah mencapai 80 orang. Selain itu, masih ada 43 korban hilang. Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Kamal, mengatakan Tim Gabaungan Basarnas dan TNI/Polri sudah berhasil menemukan 80 jenazah korban bencana. Dari jumlah itu, sebanyak 73 korban tewas banjir bandang dan 7 tewas diterjang longsor. Menurut Kombes Kamal, jenazah yang sudah dievakuasi ke rumah sakit berjumlah 66 jenazah, yakni ke RS Bhayangkara dan RS Marten Indey.

"Yang dibawa ke RS Bhayangkara 59 kantong jenazah di mana 5 kantong jenazah baru tiba hari ini (kemarin). Sementara yang dibawa ke RS Sakit Marten Indey 7 kantong jenazah (korban tanah longsor di Ampera). Mereka sudah diserahkan ke keluarga korban," ujar Kombes Kamal dilansir detikcom, Senin kemarin.

Kombes Kamal menyebutkan, warga yang terkena dampak bencana di Sentani mencapai 11.726 kepala keluarga (KK). Sedangkan korban luka akibat kejadian itu berjumlah 159 orang dengan rincian 84 orang luka berat dan 75 luka ringan. Ada 4.367 warga korban bencana yang mengungsi. Mereka ditempatkan di beberapa titik pengungsian, termasuk halaman Kantor Bupati Jayapura dan rumah-rumah warga yang tidak terkena banjir.

Sementara, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan sejauh ini masih ada 43 orang korban bencana banjir bandang di Sentani yang belum ditemukan alias hilang. Karena itu, jumlah korban tewas diperkirakan akan terus bertambah.

Menurut Sutopo, ada 9 kelurahan di Kecamatan Sentani yang terdampak bencana banjir bandang. Tiga kawasan mengalami bencana terparah, yakni Kelurahan Dobonsolo, Kelurahan Doyo Baru, dan Kelurahan Hinekombe. “Jadi, korban yang paling banyak di tiga kelurahan ini," kata Sutopo dilansir Tempo di Jakarta, Senin kemarin.

Sutopo mengatakan, hingga kemarin proses evakuasi dan penyisiran masih berlangsung, mengingat ada 43 korban berstatus hilang. Proses evakuasi dilakukan oleh Tim SAR Gabungan mulai dari BPBD, TNI, Polri, Pemda, hingga relawan.

Kepala BNPB, Doni Mornado, disebutkan sudah tiba di lokasi bencana sejak Senin pagi. "Kepala BNPB melakukan rapat koordinasi dengan Bupati Jayapura dan petugas yang ada di sana untuk melakukan penanganan," tandas Sutopo.

Berdasarkan analisis BNPB, bencana banjir bandang dan longsor di Sentani, Sabtu malam pukul 22.00 WIT, salah satunya disebabkan oleh rusaknya ekosistem di Gunung Cycloop. Pegunungan yang seharusnya jadi resapan air, malah dirusak untuk dibikin pemukiman hingga pertanian.

"Kerusakan di Pegunungan Cycloop ternyata sudah berlangsung sejak 2003. Perambahan cagar alam oleh 43.030 jiwa atau 753 keluarga sejak 2003. Terdapat penggunaan lahan permukiman dan pertanian lahan kering campur pada DTA (DAS Sentani) banjir 2.415 hektare," ungkap Sutopo.

Perusakan di pegunungan yang terkenal dengan batu cyloop ini bahkan masih berlangsung. "Masih berlangsung penebangan pohon untuk pembukaan lahan dan perumahan serta kebutuhan kayu dan penambangan galian C," katanya.

Saat hujan deras, aliran sungai tidak mampu menampung air. Kondisi topografinya di bagian hulu agak curam, sedangkan di bagian hilir yang merupakan wilayah Kecamatan Sentani memiliki topografi datar hingga landai. Menurut Sutopo, batuan-batuan penyusun yang ada di sini termasuk jenis batuan remah, mudah tererosi, dan mudah longsor. Karena itu, ketika terjadi hujan deras, ada kemungkinan terjadi longsor dan membentuk bendung alami yang jebol. *

Komentar