nusabali

Dua Sumber Air Dipisahkan Tebing, Sering Dijadikan Tempat Semedi

  • www.nusabali.com-dua-sumber-air-dipisahkan-tebing-sering-dijadikan-tempat-semedi

Saat dilakukan pembersihan timbunan material longsor tahun tahun 2015 lalu, secara ajaib muncul sangku (tempat tirta) di atas permukaan air kelebutan. Makanya, sumber air panglukatan ini kemudian dinamai Tirta Sangku

Tirta Sangku dan Tirta Kerincing di Desa Negari, Klungkung Akan Ditata Jadi Objek Wisata Spiritual


SEMARAPURA, NusaBali
Dua sumber air di Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung akan ditata untuk bisa emnadi objek wisata spiritual. Kedua sumber air tersebut, masing-masing Tirta Sangku dan Tirta Kerincing. Dua sumber air yang lokasinya berdampingan, namun dipisahkan tebing ini kerap dijadikan tempat semedi oleh penekun spriitual.

Kedua sumber air yang disakralkan ini sudah sempat ditinjau Bupati Klungkung, Nyoman Suwirta, saat kegiatan ‘Bedah Desa’ ke-42 di Desa Negari, Sabtu (16/2) lalu. Tirta Sangku dan Tirta Kerincing berada dalam satu areal di Tukad Kerincing, Desa Pakraman Negari. Namun, kedua mata air yang berjarak sekitar 50 meter ini disekat oleh sebuah tebing.

Untuk menjangkau lokasi Tirta Sangku dan Tirta Kericing yang selama ini kerap dijadikan tempat panglukatan, haruslah menuruni anak tangga dari jalan raya sejauh 100 meter. Sebelum mencapai areal Tirta Sangku, pengunjung lebih dulu tiba di areal Tirta Kerincingan.

NusaBali sempat datang ke Tirta Sangku dan Tirta Kerincingan ketika Bupati Nyoman Suwirta meninjau lokasi kedua sumber air ini, 16 Februari 2019 lalu. Pantuan NusaBali, areal Tirta Kerincingan dan Tirta Sangku tampak belum terawat dengan baik. Bahkan, pancorannya tertutup material longsor yang terjadi beberapa waktu lalu.

Meski demikian, baik air di Tirta Sangku maupun Tirta Kerincing tampak sangat jernih. Keberadaan Tirta Sangku dan Tirta Kerincing ini menjadi menjadi perhatian khusus Bupati Suwirta untuk ditata guna ke depannya dikembangkan menjadi objek wisata spiritual.

Apalagi, selama ini sudah banyak krama dari berbagai kawasan, terutama penekun spiritual, melakukan ritual semedi di areal Tirta Sangku. Semedi (bertapa) biasanya dilakukan seusai malukat (mandi suci) di Tirta Sangku maupun Tirta Kerincing, karena diyakini dapat meningkatkan ketajaman spiritual.

Menurut Bendesa Pakraman Negari, I Wayan Narta, 55, terdapat 7 mata air di lokasi panglukatan Tirta Sangku. Selain itu, juga ada Palinggih Pesimpangan Ida Batara Ratu Niang Lingsir Sakti di areal Tirta Sangku. “Tirta ini (Tirta Sangku) diyakini bisa menambah ketajaman spiritual, sehingga banyak orang malukat dan semedi di sini,” papar Wayan Narta yang ikut mengantar rombongan Bupati Suwirta meninjau areal Tirta Sangku dan Tirta Kerincingan hari itu.

Wayan Narta menyebutkan, areal Tirta Sangku sempat tertimbun mateial longsor sekitar tahun 1980. Pasca tertimbun longsor, areal Tirta Sangku sempat lama dibiarkan terbengkalai. Sampai kemudian muncul pawisik (petunjuk niskala) tahun 2015, yang intinya prajuru desa diminta untuk membuka timbunan material longsor.

“Ketika dilakukan pembersihkan material longsor, ditemukan batu mirah ukuran kecil. Kemudian, di atas permukaan kelebutan muncul sangku (tempat tirta) berwarna keemasan bersinar. Karenanya, tempat suci ini dinamai Tirta Sangku,” kenang Wayan Narta, tokoh adat yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah (Kasek) SDN 3 Negari.

Sedangkan panglukatan Tirta Kerincing, kata Wayan Narta, juga sudah ada sejak dulu. Air di Tirta Ketrincing biasa digunakan untuk prosesi ritual ngingsah nyangling ketika piodalan di pura-puwa wewidangan (wilayah) Desa Pakraman Negari. Selain itu, juga digunakan untuk prosesi ritual ngening saat ngaben.

“Kaitan Tirta Sangku dan Tirta Kerincing adalah sama-sama berfungsi untuk panglukatan, yakni membersihkan dasa mala pada diri kita. Kedua tirta ini juga diyakini mampu memberikan kepekaan atau ketajaman spiritual,” tandas alumnus S1 Fakultas Ayur Weda Unhi Denpasar ini.

Menurut Wayan Narta, di areal panglukatan Tirta Kerincing kerap muncul sosok perempuan tua berbaju putih dan yuyu (kepiting) sebesar sokasi. Itu sebabnya, tempat ini disakralkan krama setempat.

Air di areal Tirta Kerincing sendiri, kata Wayan Narta, juga digunakan warga setempat untuk kebutuhan konsumsi. Airnya tidak pernah kering sepanjang zaman, sekalipun musim kemarau berkepanjangan.

Sementara itu, Bupati Suwirta meminta agar lokasi panglukatan Tirta Sangku dan Tirta Kerincing ditata dengan baik, sehingga ke depan bisa dikembangkan sebagai objek wisata spiritual. “Nanti ini perlu ditata dan dijaga kebersihannya, untuk dikembangkan menjadi wisata spiritual,” kata Bupati asal kawasan seberang Banjar Ceningan, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung ini.

Selain dikembangkan menjadi objek wisata spiritual, kata Bupati Suwirta, debit air cucuk besar yang mengalir dari areal Tirta Kerincing juga bisa diberdayakan dalam untuk pengairan, terutama sistem pertanian hidroponik yang akan masuk ke Desa Negari.

Tirta Sangku dan Tirta Kerincing merupakan salah satu dari sekiab banyak sumber air yang akan dikembangkan menjadi wisata spiritryal di Kabupaten Klungkung. Sebelumnya, sumber air Tirta Sudamala Centeng yang berlokasi di bantaran Tukad Centeng, Desa Tegak, Kecamatan Klungkung juga dikembangkan sebagai wisata spiritual. Tirta Sudamala Centeng sempat ditinjau Wakil Bupati Klungkung, I Made Kasta, Minggu (10/2) lalu.

Tirta Sudamala Centeng di Desa Tegak memiliki sebuah kelebutan besar dan 15 kelebutan kecil di sekitarnya. Debit air yang keluar dari kelebutan diperkirakan mencapai 10 liter per detik. Mata air ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh warga sekitar, sehingga airnya sebagian besar terbuang percuma ke Tukad Centeng. *wan

Komentar