nusabali

Pihak PLTU Celukan Bawang Tetap Ingin Gunakan Bahan Bakar Batu Bara

  • www.nusabali.com-pihak-pltu-celukan-bawang-tetap-ingin-gunakan-bahan-bakar-batu-bara

Pihak pengelola Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng tetap berniat memanfaatkan bahan bakar batu bara sebagai penghasil energi listrik dalam pembangunan pembangkit Tahap II.

Kemarin Terima Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI

SINGARAJA, NusaBali
Alasannya, penggunaan batu bara jauh lebih murah dibanding bahan ba-kar gas, sehingga listrik yang dijual PLN ke pelanggan masih terjangkau.

Renacana ini disampaikan Direktur Utama (Dirut) PT General Bali Energi (GEB)---selaku pengelola PLTU Celukan Bawang, Agus Darmadi, saat menerima kunjungan kerja Komisi VII DPR RI di PLTU Celukan Bawang, Jumat (15/2). Rombongan Komisi VII DPR RI (membidangi masalah energi) yang berkunjung ke PLTU Celukan Bawang kemarin dipimpin Gus Irawan Pasaribu. Kedatangan mereka disambut langsung Bupati Buleleng, Puru Agus Suradnyana.

Dirut PT GEB, Agus Darmadi, mengatakan penggunaan bahan bakar gas di PLTU Celukan Bawang memang dimungkinkan, tentu harganya lebih mahal. “Tapi, jangan lupa pembangkit listrik yang ada di Indonesia, 65 persennya menggunakan batu bara. Indonesia ini kaya dengan batu bara. Kalau pakai batu bara, harganya jelas lebih murah,” papar Agus Darmadi.

Agus Darmadi juga menjelaskan, penanganan dampak lingkungan sebagai akibat penggunaan batu bara di PLTU Celukan Bawang telah dilakukan secara maksimal. Bahkan, PLTU Celukan Bawang memanfaatkan teknolgi tinggi dalam penanganan limbah batu bara.

“Dalam hal ini, pasokan batu bara disimpan melalui sistem closed coal yard, yang dilengkapi dengan fire fighting sistem, di mana seluruh batu bara tersimpan tertutup. Sehingga, batu bara tidak ada yang terkontaminiasi ke luar areal. Sistem tertutup ini satu-satunya yang ada di Indonesia saat ini,” tegas Agus Darmadi.

Dia menambahkan, abu hasil pembakaran batu bara juga ditangani secara maksimal. Sisa pembakaran baru bara yang dihasilkan oleh boiler fly ash bottom ash, secara teratur diangkut oleh perusahaan pengelola limbah bahan berbahaya dan beracun.

“Ini setiap hari ada 10 sampai 12 unit truk kapsul yang mengangkut abu sisa pembakaran batu bara. Pengangkutan ini kami kerjasamakan dengan pihak ketiga yang sudah punya sertifikat. Limbahnya dibawa ke Mojokerto, Jawa Timur,” ungkap Agus Darmadi.

Sedangkan Ketua Rombongan Komisi VII, Gus Irawan Pasaribu, menyatakan kehadirannya bukan dalam kapasitas setuju atau menolak penggunaan bahan bakar batu bara dalam pembangunan pembangkit tahap II di PLTU Celukan Bawang. Menurut Gus Irawan, kehadiranya hanya untuk memastikan ketersediaan listrik di Bali dalam jangka waktu yang panjang. Pasalnya, Bali adalah jendelanya Indonesia, sehingga ketersediaan listrik di Pulau Dewata harus menjadi perioritas utama. “Kami datang untuk memastikan ketersediaan listrik di Bali. Karena, jika ada permasalahan yang terkait dengan pasokan energi di Bali, dipastikan gaungnya sampai ke dunia internasional,” tandas Gus Irawan.

Meski demikian, Komisi VII DPR RI berjanji akan mengkaji lebih lanjut persoalan-persoalan energi yang ada di Bali, termasuk pembangunan pembangkit Tahap II di PLTU Celukan Bawang. “Melihat tingkat pertumbuhan kebutuhan energi listrik di Bali, maka harus ada satu solusi jangka panjang. Harus juga melihat peluang lain untuk menambah pembangkit di Bali. PLN pun sudah memiliki road map tentang kelistrikan di Bali,” papar politisi Gerindra ini.

Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana yang ikut hadir menyambut rombongan Komisi VII DPR RI, enggan berkomentar saat dikonfirmasi peluang PLTU Celukan Bawang memanfaatkan bahan bakar batu bara pada pembangunan Tahap II. “Saya tidak berkomentar, karena itu merupakan wilayah kebijakan Pak Gubernur,” elas Agus Suradnyana.

“Kalau kita bicara kebijakan, mungkin Pak Gubernur ingin Bali ini menjadi pulau yang ramah lingkungan. Kita sangat apresiasi kebijakan itu. Tapi, kalau bicara dari sudutnya ketersediaan energi dan harga jual listrik, tentu akan beda. Kalau saya di Buleleng tentu mendukung ketersediaan energi, karena industri apa pun yang memakai energi, tentu sangat tergantung dengan biaya,” lanjut Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini.

PLTU Celukang Bawang sendiri sudah cukup lama merancang pembangunan pembangkit Tahap II. Pembangunan pembangkit Tahap II ini dirancang mampu menghasilkan listrik berkapasitas 600 Megawatt (MW), jauh lebih besar dibanding pembangkit Tahap I. Untu pembangkit Tahap I di PLTU Celukan Bawang yang telah beroperasi, menghasilkan energi listri sebesar 3 x 142 MW = 426 MW.

Rencana semula, pembangkit listri Tahap II di PLTU Celukan Bawang juga akan menggunakan bahan bakar batu bara, seperti pada pembangkit Tahap I. Namun, rencana tersebut dihentikan oleh Gubernur Bali Wayan Koster. Dalam hal ini, Gubernur Koster ingin agar PLTU Celukan Bawang dapat mengkonversi penggunaan bahan bakar batu bara ke bahan bakar gas. Alasannya, penggunaan bahan bakar gas lebih ramah lingkungan ketimbang batu bara.

“Bali ini harus dilindungi. Saya tegas minta pakai gas saja. Kalau masih menggunakan batu bara, saya tolak pembangunan pembangkit Tahap II PLTU Celukan Bawang,” tegas Gubernur Koster saat hadir dalam ‘Diskusi Akhir Tahun’ yang digelar oleh Komunitas Jurnalis Buleleng (KJB) di Gedung Mr Ketut Pudja di belas Pelabuhan Buleleng di Singaraja, 7 Desember 2018 lalu. *k19

Komentar