nusabali

Bendungan Tamblang Segera Terwujud

  • www.nusabali.com-bendungan-tamblang-segera-terwujud

Bendungan Tamblang segera akan dibangun di wialayah Buleleng Timur

Dibangun di Buleleng Timur, Kapasitas 7 Juta Meter Kubik Air

SINGARAJA, NusaBali
Proses pembangunan bendungan yang digadang-gadang akan menjadi ben-dungan terbesar kedua di Bali setelah Bendungan Titab-Ularan di wilayah Buleleng Barat ini telah memasuki tahap pembebasan lahan.

Bendungan Tamblang rencananya akan dibangun di wilayah perbatasan empat desa bertetangga dari dua kecamatan berbeda kawasan Buleleng Timur, yakni Desa Bila (Kecamatan Kubutambahan), Desa Bontihing (Kecamatan Kubutambahan), Desa Sawan (Kecamatan Sawan), dan Desa Bebetin (Ke-camatan Sawan). Bendungan Tamblang ini akan dibangun di atas lahan seluas 58,10 hektare, dengan luas genangan 358.585 meter persegi dan tinggi bendungan mencapai 68 meter.

Bendungan Tambalang diperkirakan mampu menampung air hingga 7 juta meter kubik, yang dibersumber dari Tukad Daya di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan. Nilai proyek Bendungan Tamblang diperkirakan mencapai Rp 700 miliar, yang dananya bersumber dari APBN. Proyek bendungan ini ditarget rampung tahun 2022 mendatang.  

Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, Putu Sudana, mengatakan pihaknya sudah mengadakan sosialisasi sekaligus konsultasi publik terkait rencana pembangunan Bendungan Tamblang ini. Sosialisasi dilakukan kepada pemilik lahan di dua desa wilayah Kecamatan Kubutambahan, yakni Desa Bontihing dan Desa Bila.

Rencananya, sosialisasi yang sama juga akan dilaksanakan terhadap pemilik lahan di dua desa lainnya di Kecamatan Sawan, yakni Desa Bebetin dan Desa Sawan, mulai Rabu (13/2) ini. “Pemilik lahan di Desa Bila dan Desa Bontihing semuanya setuju lahannya nanti dibebaskan untuk pembangunan Bendungan Tamblang,” jelas Putu Sudana saat dikonfirmasi NusaBali dari Singaraja, Selasa (12/2).

Menurut Sudana, setelah semua pemilik lahan di empat desa bertetangga menyepakati tanahnya dibebekan, maka akan dilanjutkan dengan pengukuran dan indentifikasi terhadap lahan yang dibebaskan tersebut. Dalam pembebasan lahan nanti, ada panitianya dari Badan Pertanahan Negara (BPN) Buleleng.

Setelah pengukuran dan indentifikasi, akan dilanjutkan dengan penentuan harga ganti rugi lahan melalui Tim Appraisal. “Nanti ada panitia pembebasan lahannya yakni dari BPN. Setelah proses pembayaran ganti rugi selesai, baru nanti dilanjutkan pengerjaan fisik bendungan. Ya, mudah-mudahan di tahun 2019 ini kegiatan fisikanya sudah bisa dimulai,” harap Sudana.

Bendungan Tamblang sendiri menjadi proyek strategis sesuai kebijakan Presiden Jokowi. Bendungan Tamblang dibangun untuk menyiapkan ketersedian cadangan air baku bagi wialayah Buleleng Timur, meliputi Kecamatan Sawan, Kecamatan Kubutambahan, dan Kecamatan Tejakula. Di samping itu, Bendungan Tamblang juga mengantisipasi perkembangan akan kebutuhan air baku menyusul rencana pembangunan Bandara Internasional Buleleng di Desa Kubutambahan.

Pola pembangunan Bendungan Tamblang berbeda dengan Bendungan Titab-Ularan di wilayah Buleleng Barat. Kalau Bendungan Titab-Ularan di Kecamatan Seririt-Kecamatan Busungbiu, pembangunan jaringan air bakunya dilakukan belakangan setelah fisik bendungan selesai. Sedangkan Bendungan Tamblang, pembangunan fisik bendungan dan jaringan air bakunya dilakukan secara bersamaan. “Harapannya, agar pemanfaatan air baku bisa dirasakan langsung begitu bendungan selesai,” kata Sudana.

Sebelumnya, di Bali sudah dibangun bendungan terbesar, yakni Bendungan Titab-Ularan. Bendungan terbesar ini berlokasi di 6 desa bertetangga dari 2 kecamatan di Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.

Bendungan Titab-Ularan yang luasnya mencapai 64 hektare dengan kedalaman 60 meter, mampu menampung 12 juta meter kubik air. Proses pengisian air Bendungan Titab-Ularan sudah dimulai sejak 13 Desember 2015 lalu. Pada 16 Januari 2016, warga desa-desa dari dua kecamatan bertetangga di sekitar Bendungan Titab-Ularan juga sempat resah. Kala itu, mereka resah karena beredar isu Bendungan Titab-Ularan jebol, ditandai dengan bunyi ledakan sebanyak tiga kali. *k19

Komentar