nusabali

Balita 13 Bulan Tewas Terseret Arus di Saluran Irigasi

  • www.nusabali.com-balita-13-bulan-tewas-terseret-arus-di-saluran-irigasi

Duka mendalam dirasakan pasangan suami istri (pasutri) I Made Widiarti, 45, Ni Komang Sri, 43, asal Banjar Pedahan Kaja, Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.

Korban Tersangkut pada Batu di Dalam Terowongan


MANGUPURA, NusaBali
Sang buah hati, I Komang Ridi Wiguna, yang baru berusia 13 bulan meninggal dengan cara tragis. Balita tersebut ditemukan tewas di dalam terowongan parit irigasi telabah Subak Bukti Batan Badung di Jalan Ayodya, Banjar Darmayasa, Desa Gulingan, atau sekitar 25 meter dari kediaman mereka di Banjar Munggu, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Sabtu (8/12) sekitar pukul 08.00 Wita. Hingga sekitar pukul 15.00 Wita, jenazah balita malang tersebut masih disemayamkan di Ruang Jenazah RSUD Mangusada di Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung.

Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, sesaat sebelum kejadian atau sekitar pukul 06.30 Wita, balita Komang Ridi Wiguna sedang diasuh dengan dinaikkan sepeda dorong di pinggir sungai oleh Ni Komang Lata, 16, keponakan ayah korban, sambil bermain memungut batu-batu kecil dan melempar batu-batu kecil tersebut ke sungai. Naas, saat Ni Komang Lata memungut batu-batu kecil, kereta balita tersebut tergelincir masuk sungai bersama korban, hingga hanyut dan masuk ke dalam parit.

Arus air parit yang memiliki lebar sekitar 1,3 meter itu cukup deras dengan kedalaman air selutut orang dewasa. Korban akhirnya ditemukan berjarak sekitar 25 meter dari TKP, dalam kondisi sudah tak bernyawa. Korban ditemukan oleh I Nyoman Cenik Mas Mahayasa, 18, seorang karyawan koperasi yang beralamat di Banjar Darmayasa, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung.

Ibu korban, Ni Komang Sri, tampak tak kuasa menahan tangis ketika ditemui di Ruang Jenazah RSUD Mangusada di Kelurahan Kapal, KecamatanMengwi. Dia hanya bisa meratapi musibah yang menimpa sang buah hati. Sementara anak sulung, Putu Purnama Dewi, 15, dan anak keduanya, Kade Yuliantari, 8, senantiasa mendampingi sang ibu.

Menurut penuturan Putu Purnama Dewi, tak ada yang mengetahui persis hingga sang adik hanyut ke sungai dan ditemukan sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Namun, sang adik saat itu bersama sepupunya, Ni Komang Lata. “Kejadiannya saya tidak tahu. Saya waktu itu sekolah,” ucapnya sembari sesekali mengusap bahu ibunya.

Sementara itu, Kelian Banjar Darmayasa I Ketut Rai Adnyana ditemui di rumahnya, Sabtu siang kemarin, menceritakan sebelum ditemukan tewas di dalam terowongan, korban bersama kakak sepupunya (saksi) Ni Komang Lata bermain lempar batu ke air pada parit. Saat itu korban mengenakan baju dan celana warna kuning duduk di sepeda dorong, terikat pada bagian pinggangnya.

Saksi mengajak korban bermain lempar batu ke parit itu saat ayah korban I Made Widiarti, 45, mengantar kakak korban ke sekolah. Saat bermain, korban yang melempar batu ke parit yang arus airnya deras. Sementara Ni Komang Lata mengumpulkan batu berukuran kecil untuk korban.

Setelah beberapa saat batu yang berada di sekitar mereka habis, Ni Komang Lata berusaha mencari batu. Namun betapa terkejutnya Ni Komang Lata saat menoleh ke belakang, korban sudah hilang bersama sepeda dorongnya.

“Kondisi tanahn ya agak landai (miring ke arah parit). Saat itu korban duduk di sepeda dorong yang diikat pada tubuhnya. Karena batu untuk dilemparkan ke parit habis, kakaknya ini melepasnya untuk mencari batu. Kakaknya kaget adiknya hilang bersama sepedanya. Akhirnya dia melaporkan kepada orangtua korban,” beber Rai Adnyana.

Peristiwa tersebut dilaporkan kepada perbekel setempat. Kemudian perbekel melaporkan kepada pihak kepolisian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Badung.

Warga yang berdatangan mengalami kesulitan untuk mencari korban karena dari titik korban diduga terjatuh ke arah selatannya parit itu ditutupi beton sejak 2016. Sementara air yang mengalir dalam parit itu penuh hingga mencapai beton penutupnya.

Untuk mempermudah pencarian korban, terpaksa pintu air irigasi yang berada di selatan disekat dan airnya dialirkan ke barat hingga air di parit sedikit surut. Saat itu hanya I Nyoman Cenik Mas Mahayasa yang berani masuk terowongan sepanjang sekitar 200 meter.

Setelah kurang lebih dua jam proses pencarian akhirnya korban ditemukan oleh Nyoman Cenik Mas Mahayasa sekitar 5 meter dari ujung terowongan. Korban ditemukan tersangkut pada batu bersama sepedanya. Saat itu korban posisinya masih dalam posisi terikat pada sepeda dorong.

“Saat diangkat dari dalam terowongan, korban sudah dalam keadaan lemas. Setelah berhasil ditemukan langsung dibawa ke RSUD Mangusada di Kapal,” tutur Rai Adnyana. “Mereka aslinya orang Karangasem. Mereka di sini kos, dan saya tidak tahu sejak kapan. Karena tempat mereka kos itu di Banjar Munggu. Kebetulan lokasi kejadianya di wilayah saya, Banjar Darmayasa. Lokasi kejadian itu di perbatasan,” imbuhnya.

Informasi yang diperoleh dari sumber kepolisian Polres Badung, ayah korban dari Banjar Pedahan Kaja, Desa Tianyar Tengah, Kecamatan Kubu, Karangasem. Ayah korban bekerja sebagai pedagang lumpia.

Sementara, Kasi Humas SIM Rekam Medik RSUD Mangusada dr Ketut Japa, membenarkan jenazah balita malang bernama I Komang Ridi Wiguna, disemayamkan di Ruang Jenazah RSUD Mangusada. Pihak rumah sakit masih menunggu keputusan keluarga apakah akan dibawa pulang hari ini (Sabtu kemarin) atau dititipkan di RS sambil menunggu hari baik. “Yang jelas saat ini (sore kemarin) masih di ruang jenazah rumah sakit,” tandasnya. *asa, po

Komentar