nusabali

30 Tahun Lagi, Lukisan Wayang Kamasan Punah

  • www.nusabali.com-30-tahun-lagi-lukisan-wayang-kamasan-punah

Lukisan klasik Wayang Kamasan, di Banjar Sangging, Desa Pakraman Gelgel, Desa Kamasan, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, diprediksi bakal punah. 

SEMARAPURA, NusaBali
Kepunahan itu bisa terjadi berselang 20- 30 tahun lagi. Karena, animo generasi muda desa meneruskan warisan budaya ini sangat minim. 

Uuntuk menanamkan sejak dini kecintaan melukis Wayang Kamasan, sekaa teruna teruni (STT) Adi Manggala Banjar Sangging, Kamsan, membuat terobosan dengan menggelar lomba seni lukis Wayan Kamasan, beberapa waktu lalu.

Tokoh masyarakat Desa Kamasan I Ketut Sukma Sucita mengakui, kini memang cukup minim kalangan generasi muda untuk melukis Wayang Kamasan. Dia melihat penyebabnya karena perkembangan zaman yang semakin dinamis. “Kalau tidak ada generasi penerus, lambat laun pelukis seni lukis Wayang Kamasan bisa punah,” Minggu (13/3).

Anggota DPRD Klungkung ini juga menyinggung lukisan Wayang Kamasan juga pernah diteliti warga Belanda, John. Sesuai hasil penelitannya diprediksi jika tidak diregenerasi para pelukisnya, maka hal ini bisa punah lagi 30 tahun kemudian. Pasalnya, rata-rata yang masih intens melukis saat ini berusia 50 tahun keatas. Untuk itu dia sangat mengapresiasi STT Adi Manggala menggelar lomba melukis Wayang Kamasan. “Ini adalah terobosan baru,” ujarnya.

Lomba seni lukis Wayang Kamasan sendiri digelar Sabtu (6/2) lalu serangkaian HUT STT ke-36, Minggu (6/3). Pesertanya tingkat SD 10 orang dan SMP 5 orang, sebagian besar dari Banjar Sangging. “Pesertanya memang cukup minim, sebab kami hanya memasang satu baliho saja di depan Bale Banjar Sangging,” ujar Wakil Ketua STT Adi Manggala I Putu Pande Yogantara diamini anggotanya Nyoman Darma Wijaya.

Kata pemuda berusia 23 tahun ini, minimnya peserta juga disebabkan banyak anak-anak yang duduk di bangku SD dan SMP tidak bisa melukis. Sehingga mereka menjadi agak minder untuk tampil dalam lomba tersebut. Putu Pande pun mengakui kalau dia sendiri tidak bisa melukis, padahal ayahnya seorang pelukis Wayang Kamasan. “Saya sempat belajar sejak duduk di bangku SD, namun karena tidak berbakat saya berhenti belajar melukis,” ujarnya.

Bahkan, kalangan remaja se-usianya hampir tidak ada yang bergelut di dunia seni lukis.Terlepas dari hal itu, STT ingin kembali membangkitkan semangat melukis Wayang Kamasan sejak dini, lewat lomba tersebut. “Lomba ini kali pertama kita lakukan, tahun depan bakal kembali kita gelar,” ujarnya. 7 w

Komentar