nusabali

Diyakini Keramat, Sebelum Ditangkarkan Diperciki Tirta

  • www.nusabali.com-diyakini-keramat-sebelum-ditangkarkan-diperciki-tirta

Desa Timpag Konservasi Burung Hantu

TABANAN, NusaBali
Selain Desa Pagi, Kecamatan Penebel, yang mengkonservasi burung hantu (Tyto Alba), Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, juga mulai mengkonservasi. Ada 10 ekor Tyto Alba yang ditangkarkan sebelum dilepas bebas.

Karena Tyto Alba yang ada di Desa Timpag diyakini keramat, sebelum disangkarkan burung tersebut diperciki tirta, Selasa (15/5). Sekaligus pihak Desa Timpag dan Camat Kerambitan mapakeling di Merajan Agung Pura Batur Beranjingan untuk memasang dan meletakkan Rubuha (rumah burung hantu) di sekitar Pura dan Subak Timpag.

Perbekel Desa Timpag I Gusti Sukewahana, menjelaskan konservasi dilakukan guna melestarikan warisan leluhur populasi Tyto Alba yang saat ini semakin punah. Tujuan ke depan memberlakukan pertanian di Desa Timpag dengan sistem organik. Karena Tyto Alba nantinya dimanfaatkan sebagai predator tikus yang saat ini masih banyak dijumpai di Subak Timpag. “Arahnya nanti memang ke sistem pertanian organik, sehingga kami lakukan konservasi Tyto Alba,” ujarnya.

Kata dia, ada 10 ekor Tyto Alba yang saat ini ditangkarkan. Tyto Alba itu didapatkan dari warga setempat, dari Desa Tista maupun dari warga Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan. Selama ditangkarkan nanti, 10 tim pengurus yang beranggota warga Desa Timpag secara swadaya bertugas memperhatikan.

Bahkan warga Desa Timpag pun nantinya diminta membantu mencarikan tikus untuk makanan Tyto Alba. Tikus yang didapatkan tersebut akan dibeli per ekor Rp 5.000. “Tikus yang didapat tidak boleh diracun, tetapi dengan cara dijebak,” bebernya.

Gusti Sukewahana menuturkan sebelum ditangkarkan di lahan milik I Made Subur, jajaran Desa Timpag, Kantor Camat Kerambitan, dan masyarakat yang peduli lingkungan matur piuning di Merajan Agung Pura Batur Beranjingan. Pura ini merupakan tempat awal adanya populasi Tyto Alba sehingga dianggap keramat.

Sebab di dalam pura tersebut dulu ada pohon bengkel yang berumur ratusan tahun. Di pohon inilah banyak sarang Tyto Alba. Namun sekitar 5 tahun lalu pohon bengkel ini tumbang, belasan Tyto Alba ini tidak punya sarang. Sehingga keberadaannya semakin sedikit. Ada yang masih bertahan sekitar beberapa ekor dibuatkan sarang di pohon beringin depan Kantor Desa Timpag.

“Sekarang di pura ini kami buatkan pelinggih di tempat bekas pohon bengkel tumbuh. Maka dari itu sebelum ditangkarkan dan memasang Rubuha, kami matur piuning. Tyto Alba diperciki tirta dengan harapan program ini berjalan lancar dan bisa membantu petani di Subak Timpag,” tuturnya.

Camat Kerambitan I Gede Sukanada mengatakan ini adalah program inovasi keempat dari Kecamatan Kerambitan yakni konservasi Tyto Alba dengan nama Uma Maurip, artinya sawah tersebut merupakan sumber kehidupan. Dipilih di Desa Timpag karena dukungan masyarakat, adat, desa, dan pakaseh sangat antusias.

Sementara untuk pendanaan konservasi ini, menurut Sukanada melalui dana CSR dan bantuan dari masyarakat yang peduli lingkungan. Sukanada berharap 10 ekor Tyto Alba yang sekarang ditangkarkan bisa dilepas bebas dan populasinya semakin banyak. *d

Komentar