nusabali

Drone PVMBG Hilang di Puncak Gunung Agung

  • www.nusabali.com-drone-pvmbg-hilang-di-puncak-gunung-agung

Pesawat tanpa awak, Drone AI 450 yang dilengkapi sensor untuk mengukur multigas dan kamera milik PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi) Kementerian ESDM RI yang diterbangkan Tim Aero Terrascan hilang di dekat puncak Gunung Agung, Selasa (23/1).

AMLAPURA, NusaBali
Drone itu terbalik dan nyemplung di ketinggian 2.854 mdpl atau sekitar 288 meter dari puncak Gunung Agung akibat angin kencang. Pesawat yang diterbangkan dari Lapangan Umum Desa Selat, Banjar Selat Kelod, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem pukul 10.30 Wita sempat terbang di ketinggian 3.300 mdpl. Akhirnya hilang kendali sehingga pesawat tidak bisa balik ke pangkalan. Flight Direktur Tim Aero Terrascan, Seno Sahisnu, menjelaskan, pesawat take off pukul 10.30 Wita hingga pukul 10.37 Wita mampu mencapai ketinggian 3.300 mdpl. Drone berputar-putar di atas kawah Gunung Agung dan mampu merekam kondisi kawah selama satu menit.

Selanjutnya pesawat bergerak turun mencapai ketinggian 3.100 mdpl, disusul angin kencang. Saat itu, sedianya pesawat ditarik agar kembali ke pangkalan. Akibat angin kencang, drone sehingga sulit di kendalikan. Sehingga sinyal hilang kontak pada pukul 11.08 Wita saat pesawat di posisi 288 meter dari puncak kawah Gunung Agung. Drone itu terbang selama 38 menit. Hilangnya pasawat tanpa awak di ketinggian 2.854 mdpl, menurut Seno, tidak ada niat mencari bantuan relawan untuk mengambilnya. “Sebenarnya pesawat itu tidak perlu diambil. Tujuan menerbangkan drone untuk mengganti orang mengambil sampel dan kondisi kawah Gunung Agung,” kata Seno, tanpa merinci kerugian dialami pihak PVMBG.

Sebenarnya lanjut Seno, selama ini pesawat tersebut telah beberapa kali berhasil diterbangkan untuk merekam kondisi kawah Gunung Agung. Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM RI, Devi Kamil Syahbana, mengatakan, telah dapat laporan pesawat yang diterbangkan jatuh di ketinggian 2.854 mdpl. Pesawat diterbangkan tujuannya untuk mengukur gas H2S atau belerang yang keluar. “Maunya mengukur volume H2S yang keluar karena angin kencang, pesawat gagal terbang sehingga tidak dapat hasil pengukuran," kata Devi. Padahal pesawat tersebut dilengkapi alat ukur multigas dan kamera. Harapan sebelumnya selain hendak mendapatkan volume H2S yang keluar, juga keberadaan CO2 (karbondikosida). *k16

Komentar