nusabali

Kondisi Aman, Pertemuan IMF-WBG Tetap di Bali

  • www.nusabali.com-kondisi-aman-pertemuan-imf-wbg-tetap-di-bali

Pertemuan Tahunan International Monetary Fund (IMF)-World Bank Group (WBG) dipastikan tetap akan digelar di Bali, 8-14 Oktober 2018 mendatang.

DENPASAR, NusaBali

Pasalnya, Bali dalam kondisi aman, sementara status Awas Gunung Agung hanya berlaku dalam radius 8-10 kilometer. Kepastian ini disampaikan Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, saat memimpin Rapat Koordinasi Persiapan Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018 di Ruang Rapat Basement Aula A Gedung Keuangan Negara, Denpasar, Jumat (22/12). Luhut menyebutkan, berdasarkan informasi dari ototritas kementrian dan lembaga terkait, status Awas hanya berlaku di radius 8-10 kilometer dari Gunung Agung.

Di luar area tersebut, semua aktivitas di wilayah Bali tetap normal, sehingga aman untuk aktivitas kunjungan wisata. Lagipula, lokasi pelaksanaan pertemuan IMF-WBG yang dijadwalkan akan dihadiri 17.000 delegasi yang merupakan pelaku ekonomi keuangan dari seluruh dunia, berlangsung di kawasan wisata Nusa Dua, kecamatan Kuta Selatan, Badung. Nusa Dua berjarak sekitar 73 kilometer dari Gunung Agung.

"Tidak ada masalah, pertemuan tahunan IMF-WBG berjalan seperti biasa, karena kami sudah dapat hasil simulasi komputer bahwa kalaupun terjadi erupsi di Gunung Agung, hanya radius sekitar 10 kilometer dari puncak yang terdampak," tegas Luhut seusai rapat koordinasi bersama Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dan para pemangku kepentingan, termasuk Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Komarudin Simanjuntak, dan Kapolda Bali Irjen Pol Petrus reinhard Golose.

Selain itu, kata Luhut, Menkeu Sri Mulyani juga sudah memastikan dan berkoordinasi dengan pihak IMF, sejauh ini tidak ada masalah. Lagipula, persiapan sejumlah infrastruktur pendukung pertemuan tahunan IMF-WBG juga telah berjalan. Termasuk pembangunan Underpass Simpang patung Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung.

“Penggarapan underpass kami lihat sudah 18-20 persen dan akan selesai sekitar Agustus-September 2018 mendatang," katanya. Demikian pula proyek pendukung lainnya, yakni TPA Suwung, Denpasar Selatan, kini sudah tahap peletakan batu pertama. Proyek TPA dan underpass ini ditarget sudah seleasi sebelum Oktober 2018.

Sedangkan dalam keterangan persnya di Pos Pengamatan Gunung Api Agung kawasan Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Jumat siang, Luhut kembali menegaskan Annual Meeting IMF-WBG 2018 tetap digelar di Bali, karena kondisi aman.

Luhut memaparkan, prakiraan arah angin saat pelaksanaan pertemuan IMF-WBG, Oktober 2018 mendatang, bertiup ke arah timur, sesuai dengan simulasi komputerisasi dan peristiwa letusan Gunung Agung tahun 1963. Karenanya, erupsi Gunung Agung diprediksi tidak mengganggu kawasan Denpasar-Badung. "Semua sudah dibuat secara 'scientific' (ilmiah) bahwa peluang untuk berbahaya bagi orang di Den-pasar atau Nusa Dua yang jaraknya 73 kilometer itu hampir tidak ada."

Paparan hampir senada juga disampaikan Menkeu Sri Mulyani. Menurut Sri Mulyani, pihaknya terus berkomunikasi dan melobi tim sekretariat serta memastikan keamanan Bali. Sri Mulyani tidak menampik bahwa pemberitaan terkait aktivitas Gunung Angung telah menjadi perhatian dunia. “Untuk itu, koordinasi dengan panitia inti terus kami intensifkan,” tegas Sri Mulyani.

Sri Mulyani menambahkan, Panitia Nasional Annual Meeting IMF-WBG 2018 memastikan seluruh persiapan penyelenggaraan event tahunan tersebut berjalan sesuai rencana dan target yang ditetapkan bersama Meetings Team Secretariat (MTS) IMF-WBG. Untuk memastikan persiapan tersebut, MTS akan berkunjung ke Bali, 29 Januari-9 Februari 2018 depan, guna melakukan pembahasan bersama panitia nasional, terutama terkait aspek keamanan dan mitigasi bencana Gunung Agung.

Jika terjadi erupsi Gunung Agung yang menharuskan ditutupnya Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, kata Sri Mulyani, telah disiapkan bandara pendukung yakni Bandara Blimbingsari di Banyuwangi (Jawa Timur) dan Bandara Internasonal Juanda di Sidoarjo (Jawa Timur).

Sementara itu, Gubernur Pastika dalam kesempatan wawancara kemarin, menyatakan aktivitas Gunung Agung memang menjadi perhatian, terlebih Bali akan menjadi tuan rumah event tahunan IMF-WBG 2018. Pastika mengakui status tanggap darurat bencana telah memberikan persepsi yang negatif bagi kalangan wisatawan. “Jadi, kesannya Bali itu lagi ada bencana besar, padahal (status Awas) hanya berjarak 8-10 kilometer dari puncak Gunung Agung. Namun, tanggap darurat harus ada karena terkait logistik, sesuai dengan peraturan Kementrian Sosial,” papar Pastika.

Untuk menanggulangi masalah tersebut, menurut Pastika, akan dilakukan pembahasan dalam Rapat Terbatas Kabinet di Sanur, Denpasar Selatan, Jumat sore, yang dipimpin langsung Presiden Jokowi. “Kita akan duduk bersama, membahas dan mencari jalan keluar tentang istilah tanggap darurat tersebut, bagaimana caranya tidak menggunakan istilah tersebut, namun logistik tetap disalurkan ke para pengungsi,” tandas Pastika. *k17,k16

Komentar