nusabali

Sirine Damkar Bingungkan Warga

  • www.nusabali.com-sirine-damkar-bingungkan-warga

Sebelumnya disepakati, sirine apapun sementara ditiadakan selama status awas Gunung Agung, selain sirine peringatan erupsi agar warga tak bingung.

Dikira Sirine Tanda Peringatan Erupsi Gunung Agung


AMLAPURA, NusaBali
Petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Karangasem masih membunyikan sirine saat menuju lokasi kebakaran rumah di Banjar Kaler, Desa Seraya, Kecamatan Karangasem, Sabtu (21/10) dinihari. Suara sirine di tengah warga yang terlelap tidur ini pun sempat membuat warga terbangun dan mengira sebagai peringatan erupsi Gunung Agung.

Aksi membunyikan sirine damkar ini terjadi saat ada peristiwa kebakaran di Banjar Kaler, Desa Seraya, Kecamatan Karangasem, Sabtu (21/10) dinihari pukul 02.30 Wita.

Petugas yang melintas dari  Pos pemadam kebakaran melewati Jalan Ahmad Yani Amlapura, berlanjut menuju Lingkungan Jasri, Kelurahan Subagan kemudian ke arah timur menuju Banjar Kaler, Desa Seraya, Kecamatan Karangasem dini hari itu tetap membunyikan sirine.

Padahal sebelumnya telah disosialisasikan, sejak Gunung Agung berstatus awas per 22 September 2017, sirine hanya terpasang di enam titik menggunakan EWS untuk pemberitahuan kepada masyarakat. Adanya suara sirine petugas pemadam kebakaran ini sempat membuat masyarakat panik, sebab mengira suara sirine EWS (early warning system) yang berkaitan dengan bencana Gunung Agung.

Warga BTN Taman Asri Jalan Sudirman, Amlapura yang bersebelahan dengan Jalan Ahmad Yani, Ni Komang Juliani mengaku sempat terjaga dari tidurnya mendengar suara sirine itu. "Saya sempat bertanya apakah suara sirine itu berkaitan dengan erupsi Gunung Agung," kata Juliani.

Menanggapi persoalan ini, Kadis Pemadam Kebakaran Karangasem I Nyoman Sutirtayasa mengakui, saat keberangkatan menuju TKP (tempat kejadian perkara), Sabtu dinihari kemarin petugasnya masih membunyikan sirine sehingga menyebabkan masyarakat bingung. "Kami telah rapatkan petugas dan kami beri arahan, agar ke depan tidak lagi membunyikan sirine. Sehingga masyarakat tidak bingung mendengarnya," jelas Sutirtayasa.

Sebab pada saat situasi Gunung Agung berstatus awas sekarang, prioritas sirine dibunyikan hanya untuk pemberitahuan, bahwa Gunung Agung sedang erupsi. "Nanti jika terjadi musibah kebakaran lagi, petugas pemadam kebakaran akan mendatangi TKP hanya dengan cara menyalakan lampu, bukan bunyikan sirine," tambahnya.

Terkait larangan sirine ini disepakati saat pertemuan dengan Asisten Operasional (Asops) Kapolri, Irjen Pol Moch Iriawan di Gedung UKM Center Amlapura, Jumat (20/10) lalu agar bunyi sirine sementara ditiadakan, selama status awas Gunung Agung. Nantinya, sirine hanya dibunyikan saat Gunung Agung erupsi, tujuannya agar bunyi sirine tidak membuat rancu dan bingung masyarakat.

Sementara musibah kebakaran, Sabtu dinihari kemarin terjadi di Banjar Kaler, Desa Seraya, menghanguskan rumah milik I Kadek Sudiarta, 35, diduga disebabkan korsleting listrik. Rumah yang terbakar ukuran 6 meter kali 9 meter, didatangi dua regu petugas pemadam kebakaran berjumlah 17 orang. Petugas tiba di lokasi pukul 02.51 Wita, dan tuntas melakukan pendinginan pukul 03.18 Wita, kerugian diperkirakan mencapai Rp 100 juta. *k16

Komentar