nusabali

Warga Gelar Apel Bendera di Tukad Unda

  • www.nusabali.com-warga-gelar-apel-bendera-di-tukad-unda

Puluhan warga di Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, untuk ketiga kalinya menggelar upacara bendera di Tukad (kali) Unda, Klungkung, bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-72, Rabu (17/8) pagi.

SEMARAPURA, NusaBali

Bedanya dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini perangkat upacara dan pasukan inti dengaan formasi 17, 8, 45 orang peserta mengenakan seragam poleng (hitam-putih) dan melilitkan pita merah putih di dahi. Hal ini sebagai inovasi dari tahun ke tahun. Sedangkan 72 peserta upacara lainnya mengenakan pakaian aneka ragam sebagai simbol kebhinnekaan.

Peserta apelnya pun dari lintas agama. Pantauan di lokasi, pelaksanaan upacara bendera di Tukad Unda, dimulai pukul 09.00 Wita. Para peserta upacara mengawali berbaris di atas Tukad Unda, kemudian mereka turun ke bawah kali dengan saling berpegangan tangan.
Setelah berada di barisan masing-masing upacara langsung dimulai. Inspektur Upacara diemban langsung oleh Lurah Semarapura Kangin I Wayan Sudarma. Secara umum jalannya upacara sama seperti upacara pada umumnya. Pemeluk agama lainnya juga dilibatkan dalam acara ini, sesuai dengan pakaian masing-masing, baik umat Hindu, Budha, Muslim, Kristiani dan lainnya.

Apel selama 30 menit ini menarik minat warga dan wisatawan untuk menyaksikan langsung. Mereka rela menunggu sejak pukul 08.00 Wita. Setelah upacara selesai peserta upacara juga kembali menggelorakan kemerdekaan, dan tak sedikit anak-anak SD menceburkan diri dan bersalto pada tempat yang dikenal dengan Air Terjun Tirai ini.

Lurah Semarapura Kangin Wayan Sudarma mengatakan, dipilihnya Kali Unda sebagai lokasi upacara, bahwa perjuangan pahlawan terdahulu dalam merebut kemerdekaan. “Perjuangan tidak memandang lokasi, ras, suku maupun agama. Karena kita semua adalah sama, Indonesia,” tegas pria berbadan kekar ini, kepada NusaBali.

Kata dia, apel di Tukad Unda sudah berlangsung sejak 2015. Pada 2015 hanya upacara bendera biasa dengan mengenakan pakaian adat, kemudian 2016 mengangkat tema perjuangan. Tahun 2017 dengan pesan simbolik dari seragam yang dikenakan. Di antaranya baju putih simbolik Indonesia yang bersih, kain poleng simbolik keseimbangan antara teori dan perbuatan. Pita merah itu yakni spirit dari nilai perjuangan itu sendiri. “Setiap tahun berinovasi,” katanya.

Pihaknya juga sudah mematangkan persiapan sejak jauh-jauh hari. Termasuk memperhitungan tingkat risiko air deras yang bisa terjadi. Untuk itu mereka melibatkan petugas Polri/TNI dan lainnya. Diharapkan, kegiatan ini bisa memupuk rasa persautuan dan parsaudaraan di masyrakat.

Sebelumnya, apel unik juga digelar Sekaa Truna (ST) Eka Putra Desa Pakraman Batumulapan, Desa Batununggul, Kecamatan Nusa Penida. Mereka menggelar upacara di tengah laut pada Rabu (16/8) sore sekitar pukul 16.30 Wita. Seragam yang digunakan kamben dan udeng tidak menggunakan baju khusus untuk pria sementara perempuannya menggunakan adat madya. “Upacara di laut ini sebagai bentuk kecintaan kita kepada alam, karena laut memberi banyak penghidupuan,” ujar Ketua ST Eka Putra, I Putu Agus Widiantara, didampingi pengagas acara I Dewa Gede Sentana.

Karena mengambil lokasi di laut maka faktor ombak sangat menentukan lancarnya upacara ini. Beruntung pada Rabu itu kondisi ombak normal alias tidak pasang. Saat pembukaan upacara diisi kirab bendera oleh tiga orang warga yang sudah ditunjuk. *wa

Komentar