nusabali

Tiup Lilin Dilakukan di Atas Kursi Roda

  • www.nusabali.com-tiup-lilin-dilakukan-di-atas-kursi-roda

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana merayakan ulang tahunnya yang ke-55, Jumat (4/8).

Lomba Ngelawar Jadi Kado Ultah Bupati Agus Suradnyana

SINGARAJA, NusaBali
Perayaan ini dimeriahkan dengan Lomba Ngelawar yang sekaligus jadi kado untuk Ultah Bupati Agus Suradnyana. Uniknya, acara tiup lilin dilakukan di atas kursi roda.

Perayaan Ultah kali ini dilakukan Agus Suradnyana di Rumah Jabatan Bupati Buleleng, Jalan Ngurah Rai Singaraja, Jumat siang sekitar pukul 13.00 Wita. Perayaan dihadiri seluruh pimpinan OPD lingkup Pemkab Buleleng, para Camat, dan Perbekel se-Buleleng. Selain tradisi tiup lilin, perayaan Ultah poliisi PDIP kelahiran 4 Agustus 1963 ini juga dimeriahkan Lomba Ngelawar, yang dirangkaikan dengan Buleleng Festival (Bulfest) V 2017.

Lomba Ngelawar diikuti perwakilan dari masing-masing kecamatan se-Buleleng. Setiap peserta diberikan keleluasaan membuat berbagai macam adonan lawar, mulai dari Lawar Kuwier, Lawar Klungah, Lawar Putih, Lawar Nangka, hingga Lawar Nyawan. Ada juga yang membuat Sate Lilit, Sate Kablet, dan Jukut Ares. Usai penilian, seluruh hasil olahan lawar tersebut disantap bersama seluruh undangan dalam perayaan Ultah Agus Suradnyana.

Saat penilian hasil olahan lawar, Agus Suradnyana melakukan tiup lilin dan potong kue Ultah, didampingi sang istri, Nyonya Aries Suradnyana. Uniknya, Agus Suradnyana tiup lilin dari tempat duduk kursi roda, Maklum, Bupati yang juga Ketua DPC PDIP Buleleng ini mengalami cedera kelingking kaki kananya masih dibalut perban putih, setelah menjalani operasi patah tulang. 

Usai tiup lilin, ucapan selamat Ultah untuk Agus Suradnyana silih berganti dilakukan pejabat maupun para undangan. Ikut memberikan ucapan adalah Wakil Bupati Buleleng dr Nyoman Sutjidra SpOG bersama sang istri, Nyonya Ayu Wardhany Sutjidra, dan Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna. “Ya kami mendoakan agar Bapak (Agus Suradnyana, Red) cepat sembuh, panjang umur, dan dapat memimpin Buleleng lebih baik, agar pembangunan Gumi Panji Sakti cepat berkembang,” tandas Wabup Sutjidra.

Usai menerima ucapan selamat, Agus Suradnyana berjanji akan melaksanakan amanat yang disampaikan dalam ucapan tersebut untuk memimpin Buleleng lebih baik, demi kesejahtraan masyarakat dengan pembangunan yang lebih meningkat. “Saya sampaikan terimakasih atas ucapannya. Ini amanat yang harus saya laksanakan,” tegas Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng ini.

Agus Suradnyana juga menjelaskan, Lomba Ngelawar serangkain Bulfest V 2017 dan Ultah ini adalah inisiatifnya sendiri. Agus Suradnyana pula yang menanggung seluruh biaya secara pribadi. Biaya untuk masing-masing peserta diberikan Rp 2,5 juta, kemudian untuk hadiah disediakan Rp 10 juta.

“Jangan sampai salah persepsi, lomba itu saya pribadi yang tanggung biayanya. Daripada hanya makan-makan, lebih baik saya adakan lomba ngelawar, hasil olahannya bisa dimakan banyak orang. Jadi, biayanya bisa lebih murah, dan ada tradisi yang bisa kita tampilkan,” ungkapnya.

Sementara itu, dalam Lomba Ngelawar yang dimulai pukul 09.00 Wita, Jumat kemarin, tiap peserta (kecamatan) beranggotakan 10 orang yang bertindak sebagai Patus (tukang masak). Mereka membagi tugas: ada yang memarut kelapa, memotong daging, mencincang base genep, me-motong batang pisang, hingga memanggang sate.

Peserta sudah memiliki list menu yang akan dibuat dari olahan daging Kuwir dan Ayam, seperti Lawar Klungah, Lawar Gedang, Lawar Nangka, Sate Lilit, Sate Kablet dan Jukut Ares. Bahkan, masing-masing peserta mempunyai trik khusus dalam mengolah daging Kuwir agar tidak amis saat disantap.

Para peserta membutuhkan waktu 3 jam saja untuk memasak berbagai hidangan hingga menyajikannya. Para juri pun mulai berkeliling untuk mencicipi hidangan yang telah dimasak oleh masing-masing tim. Mereka terlihat sibuk berlalu-lalang sembari memberikan penilaian terhadap menu yang telah dicicipinya.

Ketua Panitia Ngelawar, Made Sriwati, menjelaskan tujuan kegiatan ini untuk melestarikan berbagai ragam kuliner yang dimiliki Buleleng. Sesuai dengan tema Bulfest V ‘The Power of Buleleng’, citarasa ragam kuliner di Buleleng begitu kuat sehingga merepresentasikan tema yang diangkat. “Buleleng memiliki ragam kuliner yang khas, rasanya enak dan berani berimprovisasi. Cocok jika dikaitkan dengan tema Bulfest kali ini. Meski lawar dan jukut ares itu ada di mana-mana, tapi di Buleleng memiliki cara mengolah dan rasa yang khas dibandingkan dengan wila-yah lain di Bali” jelas Made Sriwati.

Ditambahkan Sriwati, ada beberapa kriteria dalam penjurian ketika lomba ngelawar digelar. Dewan juri yang terdiri dari tiga orang tidak hanya fokus pada urusan rasa, namun juga menilai cara mempersiapkan, kebersihan peralatan, ketepatan waktu, tata cara penyajian, kreativitas, tradisi, dan kelenturan.

“Lawar sudah menjadi makanan yang sangat populer di Bali. Semua orang sudah tahu menu lawar yang tidak harus terbuat dari babi, melainkan berbagai bahan pokok seperti Ayam, Kuwir, bahkan Ikan. Ini harus dilestarikan dan tetap berinovasi dalam proses penyajian, sehingga bisa diterima banyak kalangan.” *k19

Komentar