nusabali

Wisata Religi di Bali: Eksplorasi Sejarah dan Keajaiban Air Sumur Tua Masjid As-Syuhada

  • www.nusabali.com-wisata-religi-di-bali-eksplorasi-sejarah-dan-keajaiban-air-sumur-tua-masjid-as-syuhada

DENPASAR, NusaBali.com - Masjid As-Syuhada di Kampung Bugis, Kelurahan Serangan, Denpasar menyimpan sejarah panjang di samping proses pembangunannya dan akulturasi Bali-Bugis pada arsitekturnya.

Masjid ini dibangun atas restu Kerajaan Badung setelah melihat jasa suku Bugis, utamanya dalam pemenangan perang antarkerajaan di Bali di masa lalu. Selain itu, tempat ibadah umat Islam ini juga disebut dirancang oleh seorang undagi (arsitek Bali).

Hal ini berdasarkan cerita yang diwariskan turun temurun di Kampung Bugis dan begitu pula kisah yang dibagikan Wakil Ketua Takmir Masjid As-Syuhada Muhamad Zulkifli.

Jauh sebelum Kampung Bugis, Serangan menjadi tujuan wisata religi dan miniatur toleransi dan akulturasi Hindu-Islam di Pulau Dewata, ada satu sumur sedalam tujuh meter di dalam masjid. Sumur ini disebut satu-satunya yang mengeluarkan air tawar ketika digali di masa lalu.

Oleh karenanya, meski lokasinya di dalam masjid, air sumur ini dimanfaatkan oleh seluruh warga Serangan, tidak peduli suku dan agamanya. Kata Zulkifli, air sumur itu dimanfaatkan sebagai air wudhu hingga kebutuhan memasak, dan MCK oleh warga Serang di masa lalu.

Sumur yang berada di dalam Masjid As-Syuhada di Kampung Bugis, Kelurahan Serangan,Denpasar Selatan.

Sumur ini pulalah yang membuka pintu masyarakat luar untuk mengetahui keberadaan Kampung Bugis, sampai menjadi tujuan wisata religi seperti sekarang ini. Bagaimana kisahnya? Hal ini berawal dari perjalanan seorang murid dari seorang kiai besar asal Madura.

"Ada seorang kiai besar di Madura punya murid. Muridnya ini agak stres, seperti orang gila karena terlalu banyaknya mempelajari ilmu agama. Ikhtiar sudah dilakukan untuk kesembuhan tapi belum berhasil, sampai akhirnya mendapat mimpi," tutur Zulkifli kepada NusaBali.com, Kamis (11/4/2024).

Mimpi itu mengamanatkan murid kiai besar ini untuk mengambil air dari sumur tua yang letaknya ada di Bali selatan. Namun, mimpi itu tidak diindahkan. Baru pada mimpi ketiga, ia mulai benar-benar mencari sumur yang diamanatkan di mimpinya.

Kata Zulkifli, setelah sebulan mencari-cari di Pulau Bali, sampailah murid kiai itu di Kampung Bugis, Serangan. Dikatakan bahwa sumur tua di dalam masjid benar-benar persis dengan yang ia temukan di mimpinya.

"Dilayanilah beliau oleh orang tua kami untuk mengambil air sumur dan dibawa pulang. Air itu digunakan untuk mandi dan diminum atau seperti 'melukat' kalau di Bali, akhirnya bisa sembuh," ungkap Zulkifli yang juga Ketua LPM Kelurahan Serangan ini.

Sayangnya tidak diketahui siapa kiai besar asal Madura yang dimaksud. Begitu pula sang murid yang mengalami stres dan diamanatkan mengambil air sumur di Kampung Bugis, Serangan. Kata Zulkifli, kisah ini terjadi di masa kakek dari kakeknya.

Sementara di Kampung Bugis, Serangan saat ini, warga tertua, dikatakan Zulkifli, berusia sekitar 80 tahun. Sehingga, tidak dapat dikonfirmasi lebih jauh mengenai detail dari kisah turun temurun warga Kampung Bugis ini.

Komentar