nusabali

Hendak Melasti, Sepasang Pratima Raib

Terjadi di Pura Dalem Desa Adat Pumahan, Buleleng

  • www.nusabali.com-hendak-melasti-sepasang-pratima-raib

SINGARAJA, NusaBali - Krama Desa Adat Pumahan, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng gempar, Minggu (24/3) pagi. Prajuru adat dan krama yang sudah berkumpul di Pura Dalem Pumahan terkejut melihat dasar bangunan gedong dalam keadaan tercongkel. Akah pedagingan (sarana upacara) yang ditanam di bawah palinggih gedong sudah tidak ditemukan.

Kejadian tersebut diketahui saat krama sedang bersiap untuk berangkat melasti pada Purnama Kadasa, Redite Kliwon Pujut, Minggu kemarin. Melasti ini sendiri digelar setelah perayaan Hari Suci Nyepi. Untuk diketahui di Desa Adat Pumahan melasti digelar setelah Nyepi. Prajuru adat meyakini aksi pencurian itu terjadi pada, Minggu dini hari. Dugaan tersebut diperkuat karena saat krama terakhir ngayah bersih-bersih dan mempersiapkan upacara melasti pada, Sabtu (23/3) sore tidak ada kerusakan bangunan. 

Kehilangan benda sakral juga dialami Dadia Dwi Jendra, Desa Adat Pumahan, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Sepasang pratima yang disimpan di palinggih gedong juga raib. Hal tersebut diketahui saat krama dadia Dwi Jendra sedang menyiapkan upacara melasti, Sabtu (23/3). Krama dadia melihat engsel pintu gembok palinggih gedong sudah terbobol. Krama Dadia Dwi Jendra, Agus Rimawan saat menunjukkan tempat penyimpanan pratima itu mengatakan tidak mengetahui secara pasti kapan hilangnya sepasang pratima milik dadianya. Sebab selama ini pengecekan pratima hanya dilakukan saat hari raya saja. 

“Kemarin karena persiapan melasti kami bersih-bersih ternyata sudah tercongkel. Saat dicek pratima lanang-istri dari uang kepeng sudah tidak ada,” terang dia. 

Foto: Kelian Desa Adat Pumahan, Made Rida. -LILIK

Kelian Desa Adat Pumahan, Made Rida ditemui di rumahnya menyebut pencurian benda-benda sakral di pura di wewidangannya itu diperkirakan menimbulkan kerugian puluhan juta rupiah. Sepasang pratima harganya relatif mahal, karena menggunakan uang kepeng asli. 

Namun nilainya disesuaikan dengan jumlah pemakaian uang kepeng untuk membentuk sebuah perwujudan patung dewa-dewi. Sedangkan untuk akah pedagingan yang ditanam di dasar palinggih juga berisikan sejumlah benda-benda sarana upakara. Selain uang kepeng asli, akah pedagingan juga biasanya dilengkapi dengan emas murni hingga batu permata. 

“Kalau yang di Pura Dalem ini kami tidak tahu pasti isinya apa saja, karena pembangunannya sudah lama. Tetapi yang lebih mahal kan proses dan rangkaian upacaranya,” terang Rida. Atas dua peristiwa pencurian di wewidangan desa adat Pumahan, Rida mengaku menjadi pelajaran untuk lebih waspada. Desa adat kedepannya akan mengupayakan pemasangan CCTV. Namun dari rembug desa adat, memilih untuk tidak membawa kejadian ini ke jalur hukum. “Tadi sudah ada dari Polsek Sukasada yang datang ke Pura. Tetapi dari kami di desa adat tidak menempuh jalur hukum, karena seperti kasus-kasus kehilangan pratima kebanyakan itu tidak ditemukan pelakunya,” kata dia. 

Atas kejadian tersebut Desa Adat Pumahan segera akan menggelar upacara ngulapin, guru piduka, menjelang piodalan yang akan jatuh pada akhir Mei mendatang. Namun untuk perbaikan akah pedagingan disebut Rida masih menunggu hari baik karena perlu perhitungan yang matang. 7 k23

Komentar