nusabali

Eduwisata di Museum Bali: Menyelami Kebudayaan dan Uang Kepeng

  • www.nusabali.com-eduwisata-di-museum-bali-menyelami-kebudayaan-dan-uang-kepeng

DENPASAR, NusaBali.com - Bagi kalian yang ingin mengenal dan mendalami lebih jauh sejarah dan kebudayaan Bali secara lengkap, tidak salahnya untuk mengunjungi Museum Bali, yang berlokasi di Jalan Mayor Wisnu No. 1, Dangin Puri, Denpasar.

Museum ini sangat direkomendasikan, karena dapat memberikan edukasi kebudayaan Bali yang terbilang komplit. Mulai dari macam-macam kesenian Bali, sejarah, arsitektur bangunan khas Bali, dan barang-barang peninggalan masyarakat Bali.

Di dalam kawasan museum tersebut, pengunjung bisa berkeliling, mengunjungi beberapa spot menarik, terdiri dari beberapa bangunan yang masing-masingnya menyimpan edukasi kebudayaan dan sejarah. Uniknya, setiap bangunan itu diberi identitas berdasarkan nama-nama kabupaten yang ada di Bali.

Salah satu bangunan yang sekiranya perlu anda kunjungi adalah Gedung Buleleng. Arsitektur gedung yang menggunakan konsep rumah adat dua atap-empat sisi ini, menyimpan sejarah penyebaran dan pemanfaatan uang kepeng dalam konteks masyarakat Bali dahulu hingga sekarang. 

Uang kepeng atau yang lebih dikenal dengan nama uang logam ini, ternyata memiliki sejarah yang menarik di wilayah Bali. 

Sebagaimana daerah-daerah Nusantara lainnya, penggunaan uang kepeng ini sangat populer dan berada pada fase peralihan dari sistem barter kepada penggunaan uang kertas dalam sistem transaksi yang kita kenal sekarang ini.

“Sebelum ada penyebaran uang kepeng, (masyarakat Bali) mempergunakan manik-manik sebagai alat tukar pada zaman dahulu,” kata Nengah Sadra, penjaga Gedung Buleleng Museum Bali.

Nengah Sadra menjelaskan, penyebaran uang kepeng ini pertama kali terjadi di wilayah Buleleng. Statusnya sebagai pusat perdagangan saat itu, menjadikan Buleleng sebagai daerah pertama yang mendapat pengaruh dari dimulainya penggunaan uang kepeng sebagai alat transaksi pembayaran.

“Uang kepeng ini pertama kali dibawa oleh orang Chna yang datang untuk berdagang,” kata Nengah Sadra.

Dalam kesempatan terpisah, Kurator Koleksi Museum Bali, I Dewa Ayu Eka Mayadewi, menjelaskan uang kepeng yang terpajang dalam Gedung Buleleng ini meliputi uang kepeng, berasal dari beberapa negara seperti China, Jepang, Korea, dan Vietnam. dari Dinasti Han sampai Dinasti Qing.

Dalam perkembangannya, uang kepeng ini ternyata tidak hanya digunakan untuk kepentingan sebagai alat pembayaran semata. Lebih jauh dari itu, masyarakat Bali pun menggunakan uang kepeng ini untuk banyak hal, baik dalam dunia kesenian, sarana permainan, dan juga untuk kepentingan ritual keagamaan.

Dalam dunia kesenian, uang kepeng tersebut nyatanya dimanfaatkan masyarakat Bali menjadi sebuah patung yang punya nilai seni yang sangat indah dan tidak ternilai. 

Adapun patung-patung yang dibentuk dari rangkaian uang kepeng ini juga memiliki nilai luhur dan diyakini sebagai benda suci. Misalnya, patung yang dipandang sakral dalam kebudayaan Hindu Bali adalah Patung Sri Sedana dan Ganesha. Sedangkan, patung sebagai barang kesenian berupa Patung Penari Oleg dan Legong.

Dalam ritual keagamaan Hindu di Bali, uang kepeng ini dimanfaatkan dalam dua fungsi, yakni sebagai upakara atau banten (Sesajen) dan sebagai sarana pelengkap upacara. 

Keberadaan uang kepeng yang memiliki banyak fungsi dalam lini kehidupan masyarakat Bali, menjadikannya tidak mati ditelan perkembangan zaman. Walaupun, dunia sekarang ini lebih menggunakan uang kertas sebagai alat pembayaran yang populer, nyatanya tidak menghilangkan fungsi sentral dari uang kepeng tersebut.

Hingga saat ini uang kepeng ini masih diproduksi oleh para perajin lokal Bali. Tujuan produksi dari uang kepeng tersebut antara lain sebagai barang kesenian dan terutama dalam kepentingan ritual keagamaan masyarakat setempat. Karakter dari uang kepeng, hasil produksi perajin sekarang ini masih menyerupai tampilan uang kepeng Chna. Namun, secara spesifik ada beberapa perbedaan yang cukup mencolok.

Kalau uang kepeng yang asli, misalnya dari China selalu memiliki identitas tertentu yakni ada empat tulisan pada masing-masing sisinya. Di sisi kiri-kanan, terdapat tulisan mata uang (Yuan Fao/Tong Fao), di bagian atas bertuliskan nama dinasti, sedangkan bagian bawahnya terdapat keterangan nama raja yang mengeluarkan uang tersebut sebagai alat tukar.

“Kalau uang kepeng yang sekarang dibuat, tidak lengkap. Yang tertera cuma keterangan mata uangnya,” beber Eka Mayadewi.*ol4





Komentar