nusabali

Penyair Frans Nadjira Berpulang di Usia 81 Tahun

Guru Sekaligus Sahabat Para Penyair di Bali

  • www.nusabali.com-penyair-frans-nadjira-berpulang-di-usia-81-tahun

DENPASAR, NusaBali - Penyair Frans Nadjira berpulang di usianya yang ke-81 tahun, Jumat (12/1) pukul 04.50 Wita. Jenazah penyair yang mengawali perjalanan seninya sebagai pelukis ini dikebumikan pada hari yang sama di Pemakaman Bugis, Jalan Pendidikan, Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

Selain dihadiri pihak keluarga dan kerabat, pemakaman Frans, Jumat sore kemarin juga dihadiri kolega para penyair di Bali seperti Warih Wisatsana, Tan Lioe Ie, Hartono, Jengki Sunarta, dan lainnya. Jengki bahkan membacakan puisi untuk gurunya itu sesaat setelah jenazah Frans dikebumikan. Frans Nadjira tutup usia dalam perawatan di RSUP Prof dr I GNG Ngoerah Denpasar, Jumat dini hari. Penyair kelahiran Makassar dalam beberapa tahun terakhir disebut menderita sejumlah penyakit akibat faktor usia. Menantu Frans, Stephanus Dunitz, menuturkan ayah mertuanya setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-81 pada 3 September 2023, juga sempat jatuh terpelesat yang mengakibatkan patah tulang pinggul.

“Operasi dua kali (akibat patah tulang), beberapa kali masuk rumah sakit, ternyata juga ada pembengkakan jantung dan masalah di paru-paru,” ujar Dunitz ditemui usai upacara pemakaman. Penyair seangkatan Umbu Landu Paranggi ini sepertinya telah memiliki firasat dengan kepergiannya. Pada malam sebelum meninggalnya, Frans sempat melakukan video conference dengan anak-anak, cucu, dan cicitnya dari tempat berbaringnya di rumah sakit. “Jam 3 pagi tiba-tiba drop semuanya,” kata Dunitz yang dalam beberapa tahun terakhir tinggal serumah dengan ayah mertuanya.

Foto: Suasana pemakaman almarhum Frans Nadjira di Pemakaman Bugis, Jalan Pendidikan, Desa Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Jumat (12/1) sore. -SURYADI

Penyair Warih Wisatsana menyebut Frans Nadjira merupakan guru sekaligus sahabat yang menemani penyair-penyair Bali bertumbuh sedari muda. Ia menuturkan, eksistensi para penyair-penyair Bali saat ini hingga ke tingkat nasional merupakan buah didikan Frans Nadjira bersama-sama dengan Umbu Landu Paranggi yang terlebih dahulu berpulang. “Bang Frans terbuka, memberikan visi, kreativitas baru, mendorong teman-teman bertumbuh menemukan jati dirinya,” ujarnya.

Warih mengatakan, karya-karya puisi Frans sangat cemerlang, karena penuh idealisme yang menegaskan sikapnya terhadap kehidupan. Saking idealisme dan kerasnya, hingga cenderung tidak mencari ‘panggung’. Pengalaman hidup Frans di beberapa daerah di Nusantara, juga membuat karya-karya puisi Frans tidak menghilangkan rasa kelokalannya. “Karya-karyanya mengandung elan kreatif yang mistis magis juga,” sebut Warih.  

Kolega lainnya, Hartono, menyebut Frans Nadjira kelasnya sudah internasional. Hal itu tidak lain karena pengalaman Frans yang sempat mengikuti program menulis di Iowa University, Amerika Serikat pada tahun 1979. “Sedikit sekali penulis Indonesia yang bisa diundang di sana,” ungkapnya. Frans Nadjira lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 3 September 1942. Cara bicaranya yang lantang dengan logat khas Bugis, niscaya tinggal dalam ingatan banyak kawan yang pernah bersentuhan dengannya.

Setelah sempat berkelana di beberapa daerah di Nusantara, Frans Nadjira sejak tahun 1974 memboyong keluarga kecilnya pindah ke Bali. Sejak saat itu, syair-syairnya membentang puluhan tahun mulai Jendela (Kumpulan Puisi, 1980) hingga Peluklah Aku (Kumpulan Puisi, 2017). Salah satu karyanya ‘Selamat Jalan I Gusti Nyoman Lempad’ dibacakan Jengki Sunarta di atas makam gurunya. "Selamat jalan, batu paras yang ditatah dengan kapak,” ucap Jengki Sunarta. Frans pernah belajar melukis di Akademi Seni Lukis Indonesia (ASLI) Makassar (1960) sebelum akhirnya memilih mengembara mengelilingi hampir seluruh kepulauan Indonesia dan Filipina. Pameran lukisan pertama kali tahun 1970 di Taman Ismail Marzuki bertajuk Tujuh Belas Pelukis Muda Jakarta. Frans Nadjira dikenal pula dengan metode melukisnya yang disebut ‘psikografi’ dan berlanjut dengan metode ‘asosiasi bebas’. 7 cr78

Komentar