nusabali

Warna Pelangi di Desa Peguyangan

Para Tokoh Sepakat Turunkan Tensi Politik 2024

  • www.nusabali.com-warna-pelangi-di-desa-peguyangan

DENPASAR, NusaBali - Tahun politik 2024  yang semakin menghangat diantisipasi tokoh-tokoh di Desa Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara dengan menurunkan tensi supaya tidak terjadi gesekan. Warga dan tokoh Desa Peguyangan sepakat menjaga kedewasaan berdemokrasi di tengah warna pelangi pilihan politik.

“Sebagai politisi kami ingin suasana kondusif tanpa gesekan di Desa Peguyangan. Walaupun kita paham dan tahu di Peguyangan itu ‘pelangi’ banyak partai politik dan keragaman pilihan masyarakatnya,” ujar Panglingsir Puri Peguyangan Denpasar, Anak Ngurah Gde Widiada di Denpasar, Rabu (3/1) siang.

Widiada mengatakan, tokoh-tokoh di Desa Peguyangan sepakat menjaga suasana politik yang kondusif jelang coblosan 14 Februari 2024. Suasana keakraban diciptakan dengan menggelar kegiatan bersama. Salah satunya kegiatan tirtayatra melibatkan jajaran tokoh desa adat, pengurus dan staf LPD (Lembaga Perkreditan Desa) ke Pura Pemuteran, Pura Pulaki dan Pura Melanting di Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak Buleleng, Redite Umanis Ukir, Minggu (31/1) lalu.

Widiada yang juga Kertha Desa di Desa Adat Peguyangan mengkilas balik, LPD Peguyangan yang berdiri pada Buda Cemeng Kelawu, 30 Agustus 1989 silam sempat mengalami pasang surut. Mengalami kerugian ratusan juta pada tahun 2000 silam hingga mereformasi pengurusnya, LPD Peguyangan bangkit menyelesaikan masalah keuangan pada tahun 2005 di bawah kepemimpinan I Wayan Damita. 

Kepercayaan masyarakat pulih, hingga pada tahun 2006, LPD bisa menyetorkan sisa hasil usaha mencapai ratusan juta ke desa adat. Puncaknya tahun 2017, hasil usaha pernah tembus Rp 3,5 miliar. “Bahkan, pasca pandemi Covid-19 bisa meraih keuntungan Rp 3 miliar. Kita bisa menggelar acara matatah massal dan nyambutin massal untuk masyarakat. Kegiatan melibatkan 1.600 KK dari 21 banjar adat,” ujar Widiada.

Kata Widiada, perjalanan ini tidak terlepas dari sinergisitas Bendesa Adat, Wayan Sutama, tokoh Anak Agung Ketut Sukarma (mantan pegawai di BPD Bali), Made Darsana (pensiunan di Badan Pemeriksa Keuangan) dan Ketua LPD Wayan Darmita. “LPD Peguyangan betul-betul menjadi tulangpunggung perekonomian krama desa adat,” ujar Ketua Fraksi NasDem-PSI DPRD Denpasar ini.

Menurut Widiada, Desa Peguyangan memiliki keunikan yang tidak dimiliki desa adat lain di Bali. Salah satunya hubungan Desa Adat dengan Puri Peguyangan yang saling merangkul. Bendesa Adat di Peguyangan dijabat secara turun temurun/secara garis keturunan. 

Sementara pratima Ratu Gede Desa distanakan di Puri Peguyangan. “Ini pengaturan warga dan sameton Puri yang kental dengan nafas saling merangkul, saling mengayomi dan rasa saling memiliki. Ini tetamian atau nilai-nilai luhur yang harus dijaga, terutama juga oleh Pemerintah Kota Denpasar untuk generasi kita berikutnya,” ujar Widiada.n nat 

Komentar