nusabali

SLBN 2 Denpasar Gelar Parade Budaya Nusantara

  • www.nusabali.com-slbn-2-denpasar-gelar-parade-budaya-nusantara

DENPASAR, NusaBali - SLB Negeri 2 Denpasar mengadakan kegiatan parade budaya, Senin (4/12), di halaman sekolah setempat, Jalan Pendidikan, Sidakarya, Denpasar Selatan.

Para siswa tampil mengenakan pakaian adat dari Aceh, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, hingga Papua. Usai berparade singkat mereka berkumpul dan menampilkan kesenian masing-masing daerah sesuai busana yang dikenakan.

Kepala Sekolah SLBN 2 Denpasar Ni Wayan Rapiyanti SPd mengungkapkan kegiatan ini merupakan bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dilakukan pihaknya sebagai sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka. Parade budaya diikuti seluruh murid mulai tingkat SDLB, SMPLB, SMALB sebanyak sekitar 200-an siswa. Adapun tema P5 yang diangkat ‘Kebhinekaan Global’.

“Hasil belajar mereka kita wujudkan dengan parade budaya nusantara,” kata Rapiyanti ditemui di sela kegiatan.

Menurut Rapiyanti keragaman di sekolahnya telah dibina dalam pembelajaran sehari-hari di kelas. Siswa SLBN 2 Denpasar juga tidak hanya berasal dari Bali tapi juga berasal dari luar Bali. Pun guru-guru yang mengajar sebagian berasal dari berbagai daerah di nusantara.

Sejalan dengan tema Hari Disabilitas Internasional 2023, ‘Bersatu dalam aksi untuk menyelamatkan dan mencapai SDGs untuk, dengan, dan oleh penyandang disabilitas’, parade budaya ini sekaligus menjadi ajang kolaborasi siswa bersama orangtua maupun guru. Rapiyanti mengatakan, guru-guru ikut mendampingi para siswa dengan mengenakan pakaian adat nusantara.

Rapiyanti berharap kegiatan parade budaya dapat semakin memperkenalkan keragaman budaya Indonesia kepada para siswa. “Mereka bisa menghargai budaya yang berbeda-beda di Indonesia, lebih menyadari bahwa keanekaragaman itu merupakan kekayaan yang harus dijunjung tinggi,” ujarnya.

Sementara itu salah seorang orangtua siswa SDLB, Ni Ketut Wihadi, bangga anaknya yang bisa tampil mengenakan pakaian adat nusantara. Dia bersyukur pihak sekolah memberikan kesempatan kepada para siswa yang memiliki keterbatasan untuk berekspresi.

Dia menuturkan meskipun anaknya memiliki keterbatasan dalam pendengaran (difabel tuli), namun anaknya juga menyimpan bakat di bidang olahraga dan matematika. “Dulu sebelum sekolah dia hiper, sekarang sudah mau mandiri, dulu susah diatur sekarang sudah bisa,” ungkapnya. 7 cr78

Komentar