nusabali

Parade Budaya Antar Jurusan Warnai Puncak Dies ke-8 STAHN Mpu Kuturan

  • www.nusabali.com-parade-budaya-antar-jurusan-warnai-puncak-dies-ke-8-stahn-mpu-kuturan

SINGARAJA, NusaBali - Parade budaya antar jurusan menambah semarak puncak perayaan Dies Natalis ke-8 STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Senin (1/4) kemarin. Berbagai macam kreativitas ditampilkan masing-masing jurusan untuk menunjukkan ciri-ciri program studi masing-masing.

Empat jurusan yang tampil diantaranya Jurusan Brahma Widya, Jurusan Dharma Sastra, Jurusan Dharma Duta dan Jurusan Dharma Acarya. Pementasan dilaksanakan di areal parkir STAHN Mpu Kuturan, Jalan Pulau Menjangan, Banyuning. Mereka mementaskan tarian, fragmen tari hingga parodi.
 
Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Prof. Dr. I Gede Suwindia, M.A menjelaskan bahwa di usia yang menginjak delapan tahun, perguruan tinggi bernafaskan Hindu ini sudah mampu meraih berbagai capaian gemilang.
 
Seperti akreditasi yang sudah unggul bagi sejumlah Prodi seperti PGSD dan Pendidikan Agama Hindu. Termasuk sedang mempersiapkan peningkatan status dari Sekolah Tinggi menjadi Institut.
 
“Tata Kelola menjadi institute sedang dipersiapkan. Termasuk Pembangunan fisik terus digenjot untuk meningkatkan pelayanan terhadap mahasiswa yang mengenyam Pendidikan di STAHN Mpu Kuturan Singaraja,” jelas Suwindia.
 
Suwindia pun mengapresiasi berbagai aktivitas dalam menyambut dies natalis. Seperti festival yang diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa, bakti sosial di panti asuhan dan berbagai seminar akademik yang diselenggarakan serangkaian dies natalis.
 
“Semoga penguatan adat, seni, agama dan budaya menjadi pilar utama di STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Kami berharap Lembaga ini semakin dirasakan keberadaannya di masyarakat, tidak hanya di Bali bahkan di Indonesia,” harap pejabat asal Kabupaten Karangasem ini.


Sementara itu parade budaya berlangsung sangat semarak. Masing-masing peserta tampil totalitas membawakan garapan dan ide kreatifnya di tengah terik matahari parkir rektorat STAHN Mpu Kuturan. Seperti parade yang dibawakan Jurusan Dharma Sastra. Mereka menampilkan  simulasi peradilan semu melalui sidang Mahkamah Konstitusi terkait usulan batas usia Cawapres. Pementasan inipun menarik perhatian sivitas Mpu Kuturan.
 
Bahkan, usai parodi ketok palu hakim, kemudian dilanjutkan dengan parodi debat capres dan cawapres. Tak pelak menimbulkan keriuhan dari penonton. Tepuk tangan dan apresiasi pun datang dari penonton.
 
Beda halnya dengan Jurusan Dharma Duta. Jurusan ini mengangkat pementasan terkait Hukum Tawan Karang yang menjadi hukum adat Bali khususnya di bidang maritim. Hukum Tawan Karang bahkan dialami pasukan penjajah saat kapalnya karam.
 
Sedangkan Jurusan Brahmawidya mengangkat pementasan fragmen Tari bertema Askara. Makna Askara ini sebagai sebuah cahaya kehidupan yang memancar dan abadi. Askara diyakini sebagai pemandu dalam menuju kebenaran dan kebahagiaan.
 
Pementasan lainnya datang dari Jurusan Dharma Acarya. Jurusan ini menyuguhkan fragmen Tari Bhagawan Domya. Dalam Fragmen tari tersebut secara tersirat jelas bahwa karakter bakti kepada guru ditunjukkan oleh ketiga siswa dengan senang hati menuruti perintah guru untuk mengerjakan tugas yang diberikan.
 
Siswa yang tidak menolak perintah guru walaupun diberikan tugas berat menunjukkan siswa memiliki karakter bhakti kepada guru. Seorang anak tidak boleh menolak perintah guru, sebab apabila itu dilakukan maka disebut alpaka guru.@k23

Komentar