nusabali

Tiga Kerusuhan dalam 15 Hari Warnai Sepakbola Indonesia

  • www.nusabali.com-tiga-kerusuhan-dalam-15-hari-warnai-sepakbola-indonesia

JAKARTA, NusaBali - Sepakbola Indonesia kembali diwarnai kerusuhan suporter. Tiga kerusuhan merebak dalam 15 hari.

Kasus terbaru terjadi saat PSIS Semarang mengalahkan PSS Sleman 1-0, di Stadion Jatidiri, Semarang, Minggu (3/12). Kontroversi dimulai saat Mahesa Jenar menang 1-0 berkat gol penalti Carlos Fortes.

Saat injury time babak kedua, ada suporter masuk ke lapangan. Terjadi keributan di tribune barat stadion. Ada aksi saling lempar di tribune. Pendukung PSIS bersitegang dengan kelompok pendukung PSS.

Padahal, di Liga 1 musim ini, sudah ada larangan suporter untuk melakukan away day. Keputusan PSSI itu diambil sebagai ekses dari Tragedi Kanjuruhan.

Pada akhir pekan sebelumnya, pertandingan Dewa United dengan Persib Bandung juga ricuh. Di Stadion Indomilk Arena, Kabupaten Tangerang, aparat kepolisian juga terlibat gesekan dengan suporter.

Kericuhan di luar area stadion itu terjadi karena suporter Persib memaksa masuk, tapi dihalau pihak keamanan. Lemparan batu pun dilakukan supporter Persib. Lalu prosesnya ada 25 orang ditangkap karena kerusuhan itu. Akibat peristiwa itu, ada 12 orang terluka, delapan orang dari kepolisian, empat lainnya dari suporter.

Kerusuhan juga terjadi di Liga 2. Gresik United vs Deltras di Gelora Joko Samudro yang tercoreng dengan aksi kekerasan. 

Pada 19 November 2023, Gresik United kalah 102 dari Deltras. Suporter hendak melakukan protes ke manajemen Laskar Joko Samudro.

Kericuhan terjadi di luar Gelora Joko Samudro, pihak kepolisian ingin membubarkan kerumunan suporter. Kericuhan pecah setelah ada lemparan batu.

Akibat dari kericuhan itu, ada sebanyak 11 polisi dan 17 suporter terluka. Salah satu akibat dari kerusuhan di Gresik adalah tertundanya pertandingan Persebaya Surabaya vs PSIS Semarang.

Maraknya kerusuhan suporter ini seakan stakeholder sepakbola Indonesia tak belajar dari Tragedi Kanjuruhan. Pada 1 Oktober 2022, terdapat 135 nyawa melayang di stadion usai laga Arema FC vs Persebaya.

Ratusan korban jiwa itu membuat Indonesia tak membuat suporter belajar, setidaknya untuk menciptakan rasa aman di stadion. Apalagi, Indonesia sedang dalam upaya untuk transformasi sepakbola. FIFA sampai berkantor di Indonesia untuk usaha itu.*

Komentar