nusabali

Dispar Buleleng Turun Tangan, Tertibkan Pos Tiket Mandiri

Pasca Viral Tarif Wisata Mahal di Air Terjun Sekumpul, Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan, Buleleng

  • www.nusabali.com-dispar-buleleng-turun-tangan-tertibkan-pos-tiket-mandiri

Seorang wisatawan yang juga konten kreator ini memilih tak jadi berkunjung karena diberi tarif Rp 300.000 per orang, lalu soal ini viral setelah diunggah di medsos

SINGARAJA, Buleleng
Tarif wisata ke Air Terjun Sekumpul di Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan, Buleleng dikeluhkan wisatawan lokal. Keberatannya akan tarif wisata yang dinilai mahal viral saat diunggah di media sosial. Wisatawan yang juga seorang konten kreator ini memilih tidak jadi berkunjung karena diberi tarif Rp 300.000 per orang.

Dalam video tersebut wisatawan yang mengaku dari Tabanan itu bermaksud akan berkunjung ke Air Terjun Sekumpul. Namun saat di pertengahan jalan yang bersangkutan dihentikan oleh pemuda yang menawarkan paket wisata ke air terjun Sekumpul, tariff Rp 300.000 per orang. Pemuda tersebut akhirnya mengurungkan niatnya untuk berkunjung ke Air Terjun Sekumpul dan memilih destinasi lain.

Video tersebut pun mengundang respon netizen dan membuatnya menjadi viral. Satgas Pariwisata Buleleng pun langsung terjun ke lokasi kejadian untuk mengecek kondisi tersebut, Kamis (16/11).


Foto: Satgas Pariwisata Buleleng melakukan pengecekan ke loket tiket mandiri di sepanjang jalan masuk menuju Air Terjun Sekumpul yang viral di media sosial, Kamis (16/11). -LILIK SURYA ARIANI

Ditengarai, kondisi penyetopan wisatawan untuk membeli paket wisata ke air terjun Sekumpul itu masih di wilayah Desa Lemukih, desa tetangga Sekumpul di Kecamatan Sawan, Buleleng. Dari pemantauan yang dilakukan, di wilayah Desa Lemukih ada 4 pos tiket yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Pos-pos ini akan dilewati lebih awal oleh wisatawan jika masuk dari kilometer 18 jalur Singaraja-Bedugul. Pos-pos tiket ini menawarkan menu beberapa paket wisata mulai dari Rp 300.000 hingga Rp 500.000. Paket wisata itu selain tiket masuk juga termasuk pemandu wisata, minuman ringan, pemandangan terasering, waterslide dan jumping, air terjun, makan siang dan ojek.

Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, I Gede Dody Sukma Oktiva Askara mengatakan pihaknya menemukan persaingan yang tidak sehat dalam manajemen pariwisata. Yang menjadi persoalan menurutnya adalah sikap pemasaran yang menghentikan wisatawan yang datang untuk menawarkan paket wisata. Sehingga membuat wisatawan tidak merasa nyaman.

“Sebenarnya tiket masuk di sentra counternya Rp 20.000 untuk dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak. Nah yang pos tiket ini jual adalah activity, berupa tracking, guide, makan siang, ojek dan lain-lain. Memang kalau paket wisata Rp 300.000 itu relatif hanya saja memang harus ada kesepakatan pengelola, sehingga tidak terkesan berlomba-lomba membuat pos,” ucap Dody didampingi Satpol PP, kecamatan dan pihak pemerintah desa.

Akibat situasi ini Dody pun menginstruksikan seluruh pos tiket yang dikelola mandiri di sepanjang jalan masuk air terjun Sekumpul ditutup sementara. Dispar pun berencana akan segera memanggil pengelola dan dua desa yang mencari penghasilan dari destinasi air terjun Sekumpul, untuk mencarikan solusi perbaikan manajemen pengelolaan pariwisata.

Salah satu pengelola counter tiket I Made Yuliantara menjelaskan untuk harga publish tidak ada perbedaan. Namun kadang yang menyebabkan berbeda adalah tipe tamu yang datang. Dia pun mengklaim untuk tamu domestik tidak pernah menawarkan harga paket. Seluruhnya tergantung wisatawan yang bersangkutan apakah akan pakai guide atau tidak. Paket wisata dengan guide hanya diwajibkan untuk wisatawan asing.


Yuliarta pun menjelaskan konter-konter tiket ini berkembang sejak tahun 2014 lalu, untuk memecah kepadatan di pintu utama, terutama di musim high season. “Kenapa wisatawan distop di jalan, karena ini kan ada persaingan antara Sekumpul dengan Lemukih. Kalau tidak distop di Lemukih jadi pemasukannya ke desa sebelah semuanya,” terang Yuliantara.

Dia pun menyebut kasus ketidakpuasan wisatawan yang mengeluh membayar terlalu mahal hanya 1:1.000. Wisatawan domestik ada satu yang komplain tetapi yang mengapresiasi bagus disebutnya banyak. Sementara itu Perbekel Lemukih, Nyoman Singgih yang juga mendampingi Satgas Pariwisata Buleleng berharap persoalan ini segera mendapatkan solusi. Sebab pariwisata ini melibatkan banyak masyarakatnya sebagai guide, ojek, hingga warung-warung makan. Pengembangan pariwisata di Lemukih disebutnya sudah berjalan sejak 2014 lalu. Namun hingga kini belum ada kesepakatan pengelolaan satu pintu.

“Dengan masalah ini kami ambil positifnya saja. Bagaimanapun kami ingin pariwisata yang menganut keamanan, kenyamanan, keindahan dan memberikan kesejahteraan bagi anak-anak kami di sini. Sehingga tidak perlu lagi kerja ke luar desa,” terang Singgih. 7 k23

Komentar