nusabali

QuisQuenovit, Kolektifan Anak Rantau di Denpasar Bikin Gelaran Perdana 'Aeternitas'

  • www.nusabali.com-quisquenovit-kolektifan-anak-rantau-di-denpasar-bikin-gelaran-perdana-aeternitas
  • www.nusabali.com-quisquenovit-kolektifan-anak-rantau-di-denpasar-bikin-gelaran-perdana-aeternitas

DENPASAR, NusaBali.com - QuisQuenovit, kolektifan baru yang dibentuk pemuda perantau di Denpasar ngumpul di The Uncle's Bali, Tanjung Bungkak. Mereka bikin gelaran perdana Aeternitas, yang berangkat dari salah satu filosofi bunga jepun.

Inisiator QuisQuenovit, Janitrasafa Asmorodigdo, 20, mengungkapkan, kolektifan yang dirikan para perantau belia ini hadir pada bulan Juni 2023 lalu. Tujuannya menyediakan wadah ekspresi diri di bidang seni untuk para pendiri dan seniman lain, baik pemula dan berpengalaman.

"QQ (QuisQuenovit) ini baru kami bentuk Juni lalu. Jadi baru banget, acaranya ini juga cukup dadakan, manfaatin relasi teman-teman," beber pemuda asal Depok, Jawa Barat yang akrab disapa Sidodi, Kamis (20/7/2023) sore.

Lanjut Sidodi, eksibisi seni bergenre pop art bertajuk Aeternitas ini terinspirasi dari pengalamannya selama tujuh bulan di Bali. Dodi melihat bunga jepun yang ikonis di Pulau Dewata, baik sebagai tanaman maupun sarana ritual.

"Setelah cari-cari di internet, salah satu filosofi bunga Jepun itu adalah keabadian. Aeternitas itu sendiri dari Bahasa Latin yang artinya keabadian," imbuh Dodi.

Foto: Inisiator QuisQuenovit Sidodi. - WAYAN

Dodi cukup senang bisa masuk dunia kolektif di Bali lewat sahabatnya Dwymabim, seorang street artist asal Tabanan. Sejak Desember 2022 merantau ke Bali, Dodi sering terlibat dan merasakan dinamika dunia kolektif Pulau Dewata.

Kata pemuda pecinta anjing ini, kesan dunia kolektif di Jakarta dan Bali tidak terlalu kontras. Hanya saja, menurutnya, adat dan budaya Bali memang memengaruhi ciri khas karya dan gelaran kolektifan di Pulau Dewata.

Sementara itu, Aeternitas yang dimulai pada Kamis sore akan berlangsung selama 23 hari dan dimeriahkan oleh 13 seniman berbagai aliran. Setiap pekannya akan diambil empat hari untuk gelaran yakni Kamis-Minggu selama tiga pekan.

Pada hari-hari gelaran akan ada pertunjukan live painting, paint brush, dan musik. Ada pula talkshow, workshop, dan tarot reading. Namun sorotan pada gelaran Aeternitas ini adalah pameran karya lukis berbagai aliran dari member dan seniman lain.

Salah satu seniman Bali yang terlibat dalam gelaran di Jalan Dewi Kunti Nomor 1 Tanjung Bungkak, Sumerta Kelod ini adalah Eka Sumawan, 32. Pelukis dengan nama panggung Satumone ini mengaku mau terlibat karena ingin merasakan suasana baru bareng pegiat kolektif luar Bali.

"Saya biasa di jalanan bikin grafiti. Di sini bisa eksplorasi konsep baru yang belum pernah saya bikin sebelumnya," tutur street artist asal Gianyar dijumpai Kamis sore di lokasi acara.

Foto: Peserta pameran lukisan Aeternitas, Satumone. -WAYAN

Aeternitas ini, kata Satumone, adalah gelaran kesekian berkolaborasi bareng seniman luar Bali. Pria berambut panjang ini pun berharap bisa melebarkan relasi dan ide-ide karya dengan melihat hasil lukisan dari pegiat kolektif dari luar Bali.

Belasan lukisan yang dipamerkan dipajang di ruangan bernuansa gelap. Ruangan berukuran cukup sempit itu diberikan pencahayaan yang berbeda yakni dengan lampu berwarna berbeda-beda di beberapa sudut. Memberikan kesan sedikit mencekam.

"Jepun itu juga ada makna lainnya kalau dari masing-masing perspektif para pelukis (non Bali). Jadi ada yang bikin lukisan traumatik (berkesan horor) juga di sini," kata Dodi.

Lukisan yang dipajang pun dalam kondisi siap dijual. Dodi menuturkan, harga lukisan yang dipajang berkisar mulai dari jutaan hingga belasan juta rupiah. Lukisan ini siap diangkut para pengunjung Aeternitas selama tiga pekan ke depan.

Dodi membeberkan, Aeternitas bakal jadi salah satu gelaran yang diprakarsai QuisQuenovit. Selanjutnya bakal ada gelaran lain dengan konsep berbeda begitu pula dengan tajuknya tidak akan dibikin monoton.

"Seperti makna QuisQuenovit yaitu 'semua orang tahu' dalam Bahasa Latin. Kami berharap gelaran perdana ini bisa menjadi pintu agar kolektifan kami ini dikenal semua orang," tutup pelukis yang sudah lebih dari 30 kali mengikuti pameran. *rat

Komentar