nusabali

Tampil di FSBJ, Sarat Pesan Kehidupan

Tari Kontemporer 'Terdampar'

  • www.nusabali.com-tampil-di-fsbj-sarat-pesan-kehidupan

Penggunaan musik gamelan mulut (gamut) juga terasa asyik dipadukan dalam kesenian kontemporer teater ini.

DENPASAR, NusaBali
Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-5 Tahun 2023 pada Senin (17/7) mengetengahkan utsawa (parade) apresiasi tari kontemporer berjudul 'Terdampar' yang dipersembahkan Sanggar Qakdanjur, Banjar Pegok, Desa Adat Sesetan, Denpasar Selatan. Diiringi musik  gamelan mulut (gamut) pertunjukan siang itu sarat pesan kehidupan. 

Peribahasa ada berkah di balik musibah sepertinya turut melatarbelakangi cerita yang dibangun pembuat naskah I Made Wardana. Wardana yang juga dikenal pembuat gamelan mulut (gamut) juga banyak menyisipkan musik viral tersebut dalam pementasan sekitar 60 menit. Pertunjukan pun menjadi tidak monoton dan penonton di Kalangan Ayodya jadi enggan beranjak sebelum pertunjukan usai. 

Made Wardana atau dikenal sebagai Bli Ciaaattt mengungkapkan, 'Terdampar' mengisahkan Stela, wanita kaya sosialita perawakan jelita tetapi angkuh dan sombong. Ia digambarkan sebagai penguasa kapal pesiar mewah yang dilengkapi dengan perahu kecil. Stela memperkerjakan Harta seorang pria muda yang baik hati dan berdedikasi tinggi. 

Pada hari itu pesta besar dilakukan di dalam kapal dengan mengundang para seniman musik, teater dan tari. Dalam sebuah kesempatan pesta telah berakhir, sinar bulan menerangi lautan yang menakjubkan, Stela memerintahkan Harta untuk mendayung sampan perahu kecil menuju ke tengah lautan, hanya berdua saja. 

Dalam suasana riak ombak yang membuat perahu kecil mereka terombang ambing, gemuruh kilat, angin meliuk pertanda badai akan melewati dalam hitungan menit. Tidak bisa dihindari, badai telah membuyarkan rencana Stela dan membuat mereka terdampar di pulau terpencil yang sangat asing tanpa penghuni. 

Dalam upaya menyelamatkan diri keluar dari pulau, mencuat beragam karakter keangkuhan, keputusasaan, pertengkaran, perkelahian, kebencian, percintaan dan seterusnya.

"Karena terdampar berlama-lama akhirnya mereka ada rasa cinta dan tidak bisa dipisahkan begitu saja," ujar Warda ditemui usai pertunjukan. 

Wardana menuturkan, pesan yang ingin disampaikannya adalah bahwa di manapun kita berada sesuatu itu bisa saja terjadi. Kadang-kadang perselisihan juga membawa kerinduan dan cinta. 

"Dan ini penting buat kita khususnya buat generasi muda perlu bersabar menghadapi berbagai persoalan-persoalan kehidupan," ujarnya. 

Kritik terhadap persoalan sampah di pesisir dan lautan juga jadi concern dalam pertunjukan ini lewat narasi yang disampaikan aktor. Berbagai karakter unik seperti nelayan yang pantang menyerah meski hasil tangkapannya belum memuaskan, wisatawan asing yang berusaha menghormati kebudayaan lokal dan sebaliknya ada juga wisatawan angkuh yang tidak menghormati budaya setempat.

"Ini merupakan Rwa Bhineda ada yang yang berbeda, ada yang baik dan buruk," sebut alumnus ISI Denpasar. 

Penggunaan musik gamut juga terasa asyik dipadukan dalam kesenian kontemporer teater ini. Bli Ciaaattt yang biasanya memadukan gamut dengan kesenian tradisi seperti bondres atau arja mencoba bereksperimen pada pertunjukan kontemporer dan ternyata berhasil. Keasyikan gamut berpadanan dengan gerak tari para pemeran. 

Menurut Wardana gamut memiliki ciri khas yang bisa memberi warna pada pertunjukan modern maupun tradisional. "Gamut itu bisa dipadukan dengan apa saja. Nadanya bisa dirubah-rubah kesana kemari, sehingga ada warna warna menarik untuk pertunjukan tari kontemporer Terdampar ini," tandas pria yang puluhan tahun menetap di Belgia ini. 7 cr78

Komentar