nusabali

Gambarkan Telik Sandi Pahlawan Ngurah Rai

Tari ‘Ni Luh Suasti’ Karya Ni Putu Yuna Sri Rejeki

  • www.nusabali.com-gambarkan-telik-sandi-pahlawan-ngurah-rai

Ni Luh Suasti dikenal sebagai telik sandi atau mata-mata kepercayaan pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai pada saat perang melawan Belanda.

DENPASAR, NusaBali
Siswa SMA Negeri 1 Denpasar Ni Kadek Candra Jyoti, 17, meraih prestasi Juara I dalam Lomba Tari Kreasi Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta pekan lalu.

Dalam lomba tersebut Rara panggilan akrab Candra Jyoti, membawakan sebuah tarian tradisional-kontemporer bertajuk 'Ni Luh Suasti'. Tari ini merupakan karya guru tari Rara di sekolah Ni Putu Yuna Sri Rejeki SPd MPd.

Putu Yuna mengungkapkan Rara bukan saja muridnya di sekolah. Guru seni tari ini mengelola sanggar tari bernama Dadong Rerod di Desa Penatih, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar dimana Rara juga menjadi anak asuhnya.

Putu Yuna menuturkan, konsep Ni Luh Suasti dibuatnya sendiri pada tahun 2017. Tari ini sempat dipentaskan pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) 2017 sebagai bagian dari pentas gong kebyar dewasa dengan tema Karang Awak.

Tarian tersebut terinspirasi salah satu pahlawan di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, yaitu Ni Luh Suasti asal Kabupaten Tabanan. Ni Luh Suasti dikenal sebagai telik sandi atau mata-mata kepercayaan pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai pada saat perang melawan Belanda.


Dalam tarian dikisahkan Ni Luh Suasti ditugaskan oleh I Gusti Ngurah Rai untuk menjadi mata-mata dan menyamar agar dapat mengetahui gudang senjata sekaligus membunuh pasukan Belanda. Sebelum perjalanannya ke markas Belanda, Ni Luh Suasti melatih ketangkasan dan ia merias dirinya serta tidak lupa memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Singkat cerita Ni luh Suasti pun bergegas menuju gudang senjata pasukan Belanda. Dengan lihai Ni Luh Suasti membuat pasukan Belanda menjadi lengah melihat kecantikannya. Akhirnya, pasukan Belanda pun terbunuh dan Ni Luh Suasti berhasil merampas senjata dari gudang pasukan Belanda.

"Ni Luh Suasti ini punya wajah yang cantik, sehingga salah satu tentara Belanda menaruh hati. Hal inilah yang dilihat I Gusti Ngurah Rai, sehingga lebih mudah menjadikan Ni Luh Suasti sebagai mata-mata," ungkap Yuna Sri Rejeki kepada NusaBali, Sabtu (25/11).

Kepahlawanan Ni Luh Suasti tersebut kemudian diterjemahkan Yuna melalui gerakan-gerakan tari kontemporer dengan dipadukan pakem-pakem tari tradisional Bali. Menurut Yuna, tari Bali sangat terbuka untuk dipadukan dengan gerakan-gerakan kekinian.

"Jadi tidak hanya agem kanan, agem kiri, seledet, tapi juga ada gerak olah tubuh, ada gerak yoga, jadi dia kompleks, bahkan gerak pencak silat pun bisa dimasukkan ke dalam tari Bali," ujarnya.


Dalam tari tersirat pesan historis bagaimana para leluhur Bali berjuang mempertahankan tanah kelahiran. Untuk mengikuti lomba kali ini, Yuna dibantu sang adik I Made Adhi Wiguna, SSn, MSn, yang juga merupakan seorang koreografer.

Adhi Wiguna menuturkan, Tari Ni Luh Suasti merupakan perpaduan gerak tari tradisional Bali yang dipadukan dengan gerak-gerak modern. Gerakan Ni Luh Suasti dalam berlatih ketangkasan, misalnya, masuk ke dalam gerakan tari modern. "Ada juga Ni Luh Suasti sedang berdandan ketika dia mau menyamar untuk merebut senjata di gudang Belanda," ujarnya.

Menurut Adhi, Rara membawakan tari Ni Luh Sausti dengan sangat baik. Apa yang ingin disampaikan, yakni kepahlawanan Ni Luh Suasti, dapat dirasakan ketika Rara membawakannya dengan sangat energik.

Rara sendiri mengatakan cerita kepahlawanan dari tari yang dibawakannya turut memotivasi untuk melakukan yang terbaik dalam lomba. Meski demikian untuk membawakan tarian kontemporer juga butuh adaptasi karena ia terbiasa menarikan tarian tradisi Bali. "Badannya sakit, gerakannya ada guling-guling harus dipelajari lebih," ujar siswi kelas XII ini.

Rara mengaku sudah sejak kecil menikmati gerakan tari. Orangtua Rara mendaftarkannya ke sanggar tari untuk berlatih lebih serius. Ia pun akhirnya terbiasa mengikuti sejumlah lomba menari. cr78.

Komentar