nusabali

Cerita Bule Prancis yang Temukan Tapel Rangda di Tumpukan Sampah di Negaranya

Dijadikan Koleksi Pribadi, Sempat Alami Peristiwa Niskala

  • www.nusabali.com-cerita-bule-prancis-yang-temukan-tapel-rangda-di-tumpukan-sampah-di-negaranya

Pierre mengaku sedang berjalan-jalan bersama putrinya di kawasan Rue (jalan) Michelet, Kota Montreuil ketika tak sengaja menemukan tapel rangda di tumpukan sampah.

DENPASAR, NusaBali
Cerita mengejutkan datang dari Prancis. Seorang warga Kota Montreuil, Paris, Prancis mendapati sebuah tapel rangda dibuang di atas tumpukan sampah di pinggir jalan. Kisah ini dibagikan langsung oleh sang penemu tapel rangda, yakni Pierre Charrié. Pierre tinggal di Kota Montreuil, sebuah wilayah di pinggiran Kota Paris yang jaraknya sekitar 6,6 kilometer dari pusat ibukota negara Prancis itu.

Kebetulan Pierre saat ini sedang berada di Bali untuk mengikuti program Artist Designer in Residence (ADIR) 2023 yang digagas CushCush Gallery (CCG) Denpasar. NusaBali berkesempatan berbincang dengan Pierre di sesi wawancara eksklusif.

"Penemuan tapel rangda ini saya alami sekitar bulan Februari tahun ini (2023), saat saya tengah mempersiapkan pendaftaran untuk melamar sebagai residen di program ADIR 2023," kata Pierre dijumpai di sela ADIR 2023 Closing Exhibition & Meet the Designer di CCG, Jumat (23/6) malam. Pierre mengaku sedang berjalan-jalan bersama putrinya di kawasan Rue (jalan) Michelet, Kota Montreuil ketika menemukan tapel rangda. Ketika melewati tumpukan sampah di pinggir jalan dia mendapati sebuah topeng yang disebutnya sangat 'powerful'.

Saat itu, Pierre tidak tahu bahwa topeng itu tapel rangda dan berasal dari Bali. Katanya, yang dia pikirkan saat itu adalah benda yang terlihat menyeramkan dan bernilai seni ini memiliki 'sesuatu' di dalamnya. Untuk itu, tidak seharusnya berada di tumpukan sampah. Lantas, Pierre memungut tapel rangda berwarna hitam itu untuk dibawa ke rumahnya.

"Saya tidak tahu kalau itu tapel rangda dari Bali. Tapi saya lihat vibrasinya sangat 'powerful' dan seharusnya benda itu tidak berada di sana. Akhirnya saya ambil dan bawa pulang sembari saya cari-cari di internet, ternyata itu tapel rangda dari Bali," beber pria lulusan ilmu seni murni ini. Namun yang membuat Pierre cukup heran adalah tapel rangda ini ditemukannya saat masih proses mendaftar program ADIR 2023. Artinya, belum ada kepastian dia bakal terpilih dalam program ini dan nantinya akan pergi ke Pulau Dewata untuk program residen selama sebulan mulai Mei 2023.

Foto: Warga Prancis, Pierre Charrié. -NGURAH RATNADI

Selain itu, Pierre mengaku belum pernah menginjakkan kaki di Indonesia sama sekali. Namun, dia pernah membaca sebuah buku karya penulis Meksiko, Miguel Covarrubias bertajuk 'Island of Bali'. Buku berlatar tahun 1931 terbitan tahun 1937 ini salah satunya membahas keberadaan seni calonarang. "Kejadian ini seperti (pertanda bahwa) saya telah 'dipilih' untuk datang ke Bali. Dan akhirnya saya benar-benar di sini," tutur Pierre.

Saat berkeliling ke beberapa tempat representatif di Bali bersama tim ADIR 2023, Pierre sempat bertemu dengan Tjokorda Raka Sedana, seorang sangging tapel barong di Singapadu, Gianyar. Kata Pierre, maestro yang akrab disapa Tjok Alit itu menyebut bahwa tapel rangda itulah yang menemukannya. "Bukan kamu yang menemukan tapel rangda ini, tapi tapel rangda ini yang menemukanmu, begitu kata Pak Tjok," ungkap pria pemenang berbagai penghargaan di bidang desain dan kerajinan ini.

Foto penemuan tapel rangda ini pun dipamerkan oleh Pierre serangkain ADIR 2023 Closing Exhibition & Meet the Designer. Foto itu lantas dikomentari salah satu seniman Bali yang hadir dalam penutupan masa residen Pierre di CCG, yaitu Pendiri Sanggar Seni Cundamani I Dewa Putu Berata. Kata Dewa Berata, tapel rangda yang ditemukan Pierre sedikit berbeda. Secara kasat mata terlihat seperti dibeli dari art shop, namun tampilannya terlalu detail dan rapi untuk ukuran produk tapel rangda dari art shop.

"Rasa-rasanya ini kemungkinan dibeli di art shop. Tapi agak beda, tampilannya bagus, detail, dan rapi," ujar Dewa Berata. Lanjut seniman Bali yang sudah melanglang buana ini, kasus-kasus seperti ini cukup banyak terjadi. Misalnya Sanggar Sekar Jaya, organisasi kesenian Bali yang bermarkas di Amerika Serikat. Dewa Berata menjelaskan, organisasi ini cukup sering diserahkan tapel rangda oleh para kolektor asing.

Alasannya bermacam-macam. Ada karena kurang sreg melihat tapel rangda dipajang di dinding, karena merasa 'diganggu', dan lain sebagainya. Melihat hal ini, kasusnya sedikit mirip dengan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) yang menerima tapel celuluk dari warga negara Kanada sekitar tahun 1990-an. Tapel itu saat ini sudah dilinggihkan dan menjadi sasuhunan di Merajan Puri Saren Kauh Ubud. Kisah tapel celuluk yang kini resmi sekala dan niskala maparab Ida Ratu Gede Manik atau Ratu Gombrang dan lebih populer dengan julukan Ratu Gede Manik Amerika ini pun sempat ramai awal tahun 2000-an.

Sebagai orang Eropa yang cenderung berpikir logis, apakah Pierre percaya terkait hal mistis semacam ini? Dia membalas, yang pasti ada bagian dari dunia ini yang tidak diketahui manusia. Untuk itu, hal-hal supranatural (niskala) itu percaya tidak percaya adalah rahasia lain dari dunia ini. "Pernah tapel rangda yang saya temukan itu saya gantung di tembok rumah. Pagi harinya tapel itu sudah di bawah. Entah apakah itu nyata atau tidak," tutur Pierre. Kini saat Pierre masih di Indonesia hingga Minggu (2/7) nanti, tapel rangda itu sedang 'menunggunya' di studio miliknya di Prancis. 7 ol1

Komentar