nusabali

Ditunggu Masyarakat, Ogoh-ogoh Banjar Tainsiat Rampung Jelang Tengah Malam

  • www.nusabali.com-ditunggu-masyarakat-ogoh-ogoh-banjar-tainsiat-rampung-jelang-tengah-malam

DENPASAR, NusaBali
Parade Ogoh-ogoh pada malam Pangerupukan Nyepi Saka 1945 menyisakan cerita menarik.

Ogoh-ogoh karya Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana (STYSB) Banjar Tainsiat, Desa Adat Denpasar yang banyak dinanti masyarakat belum rampung hingga menjelang pukul 22.00 Wita. Kendala teknis pemasangan sayap mengakibatkan Ogoh-ogoh yang dilengkapi teknologi hidrolik molor penyelesaiannya.

Ketua STYSB Komang Angga Natyalaksana, 22, mengungkapkan Ogoh-ogoh karya pemuda STYSB tahun ini diberi nama Garuda Suwarnakarya (garuda emas), mengambil sosok setengah burung garuda dan setengah manusia. Pemilihan sosok garuda berbalur emas salah satunya terinspirasi Hari Raya Nyepi tahun ini yang juga merupakan perayaan Tahun Baru Saka 1945.

"Kebetulan tahun baru saka sekarang 1945, identik dengan Kemerdekaan Indonesia. Garuda merupakan lambang negara Indonesia," ungkap Angga ditemui di Balai Banjar Tainsiat, Jalan Nangka Selatan, Denpasar, Kamis (23/3) siang.

Angga mengungkapkan, konsep Ogoh-ogoh ini sudah digodok sejak akhir tahun 2022 bersama seniman asal Banjar Tainsiat Komang Gede Sentana Putra atau kerap disapa Kedux Garage.

Angga mengatakan, molornya perampungan Ogoh-ogoh hingga malam hari bukan merupakan satu hal yang direncanakan. Pihaknya sebenarnya memprediksi Ogoh-ogoh paling lambat bisa selesai sekitar waktu matahari terbenam. Namun akhirnya ada sedikit kendala saat pemasangan sayap Garuda.

"Karena ada sedikit masalah salah pasang di bagian sayap, tapi aman-aman saja cuma salah sedikit," sebutnya.

Kesibukan di antara para pemuda STYSB mengakibatkan penggarapan Ogoh-ogoh tidak bisa diselesaikan dengan cepat. Masing-masing memiliki aktivitas sekolah, kuliah ataupun bekerja. Apalagi Ogoh-ogoh dilengkapi dengan teknologi hidrolik yang memungkinkan anggota badan Ogoh-ogoh terlihat bergerak.

Angga mengatakan Ogoh-ogoh Garuda Suwarnakarya mulai digarap pada akhir Januari oleh sekitar 30a-an anggota Sekaa Teruna Banjar Tainsiat. Namun dalam tiga hari menjelang Nyepi pengerjaannya dikebut hampir 24 jam dalam sehari.

Sama dengan kebanyakan Ogoh-ogoh lainnya, garuda emas banyak menggunakan bahan anyaman bambu. Selain itu juga ada bahan tanah liat untuk melumuri tubuh Ogoh-ogoh.

Meski baru rampung sekitar pukul 22.00 Wita (pukul 10 malam), Garuda Suwarnakarya akhirnya bisa 'mentas' di titik nol kawasan Catur Muka Denpasar. Antusiasme masyarakat sangat terasa pasca pandemi Covid-19 melandai seperti saat ini. Banyaknya Ogoh-ogoh di seputaran Denpasar yang diarak menuju pusat Kota Denpasar mengakibatkan Ogoh-ogoh karya STYSB juga baru bisa sampai di titik nol Denpasar sekitar tengah malam.

"Senang sih banyak yang nungguin, kita pun bangga karena sampai tidak tidur, banyak waktu yang kita habiskan membuat Ogoh-ogoh ini. Kita terharu," kata Angga mahasiswa Program Studi Ekonomi Universitas Warmadewa.

Pasca diarak pada malam Pangrupukan sosok Garuda Suwarnakarya masih berdiri tegak di bagian depan Balai Banjar Tainsiat. Ogoh-ogoh setinggi 5 meter (menjadi 11 meter jika sayap dimekarkan) rencananya akan dipajang hingga akhir Maret sebelum dibongkar.

Masyarakat yang belum sempat menyaksikan parade Ogoh-ogoh ini tampak silih berganti datang dan mengabadikan momen. Salah satunya Agus Ade, 28, yang datang jauh-jauh dari Karangasem bersama anak dan istri untuk melihat langsung Ogoh-ogoh Garuda Suwarnakarya yang viral di media sosial.

"Anak-anak suka karena melihat di media sosial, mereka penasaran," ujar pria asal Subagan, Karangasem. Agus Ade mengaku dalam beberapa tahun terakhir mengikuti Ogoh-ogoh yang dibuat STYSB Banjar Tainsiat. *cr78

Komentar